9. Bab baru

108 19 24
                                    

Kabar mengejutkan dari ibu dan ayahku adalah ketika mereka sudah sepakat akan menjodohkanku dengan anak teman mereka.

Serentak aku menolak, umurku masih muda. Masa mau menikah di umur segini.

"Ngga bu, reka gamau nikah" bantahku pada ibu dan ayah malam itu di meja makan saat menyantap makan malam.

Makan malam yang harusnya hikmat karena perayaan ulang tahunku malah tidak karuan karena rencana perjodohan ini.

"Nak, ibu sama ayah kan udah tua. Ngga bisa lama-lama liat kamu merantau sendirian" ujar ibu yang mencoba memberi penjelasan

"Tapi reka belum siap nikah. Ibu kan tau, reka udah punya pacar" bantahku lagi

"Reka, ayah kan udah sering bilang. Pacar kamu itu ayah ngga suka" ucap ayahku dengan nada tinggi. Ayah memang selalu begitu ketika aku membicarakan rey di hadapannya.

"Salah rey apa sih yah? Dia itu baik yah" belaku

"Ayah ngga suka, mana dia sekarang ? Udah siap nikahin kamu belum?" Ucap ayahku

"Ayaaah.. dia kan lagi berusaha sekarang" bantahku

"Reka, kamu tuh udah perawan tua. Mau sampe kapan kamu begini" ucap ayahku lagi kesal

"Ayah, 24 itu masih muda yah" tepisku

"Muda kalo dijakarta, kalau di desa seperti kita kamu tuh udah paling tua" ucap ayah

"Ngga mau ayah, reka ngga mau nikah. Kenapa tiba-tiba sih" ucapku kesal

"Sudah sayang, semua ini udah direncanain ayah sama ibu sejak lama. Kamu cuma perlu nurut aja" ucap ibuku

"Ngga bisa bu, reka punya pacar" jawabku

"Kalo kamu punya pacar, mana pacar kamu? Sudah berapa kali ayah minta dia buat nikahin kamu. Tapi mana, dia selalu saja ngeles" ucap ayahku dengan nada yang marah

"Ayah, tapi ngga bisa gitu dong. Ini ngga adil" ucapku.

Malam itu malah menjadi malam yang kacau. Diumurku yang 24 malah menjadi serangan yang menakutkan bagiku.

Ibu dan ayah bilang bahwa perjodohan ini sudah di atur sejak lama. Baru-baru ini mereka membicarakannya lagi. Aku menolak keras perjodohan ini, aku tidak ingin ada perjodohan ini. Aku harus segera menghubungi reyhan.

Berkali-kali ku coba menghubungi rey, namun tidak ada balasan. Chat tidak dibaca, panggilan tidak di angkat. Begitulah sampai beberapa hari, membuatku panik dan takut.

Ayah sudah menagih rey yang akan datang menemuinya. Namun rey saja tidak ada kabar beberapa hari ini, entah tidak ada sinyal atau bagaimana, rey tidak bisa dihubungi. Ini membuatku frustasi, ayah tidak bisa dikendalikan.

Aku berusaha menahannya, namun ayah sudah tidak mau menerima penjelasanku lagi. Malam itu, aku berniat kembali ke jakarta dan tidak akan pulang dulu sampai keadaan benar-benar kondusif.

Langkahku terhenti ketika pemandangan yang yang ku kenal ada di hadapanku.
Orang tua dika dan dika, mereka berada didalam rumahku.

Apakah mereka kembali ke desa ini? Menempati rumah mereka yang sudah lama usang.

Aku menghampiri mereka, memberi salam pada ibunya. Kemudian duduk bersamanya, seperti tidak terjadi apa-apa.

"Reka sudah dewasa ya" ucap ibunya dika

"Cantik lagi" ucapnya lagi

"Ibu mau pindah lagi kesini ya?" Tanyaku, yang kemudian membuat dia tersenyum tipis.

Tidaakkk....

Ternyata yang ayah dan ibu maksud teman mereka adalah ibunya dika.

Dika menarikku keluar rumah, membawaku ke jauh dari rumah.

"Lepasin ka" ucapku kesakitan, kemudian berhentindi tempat yang sedikit jauh jaraknya dari rumahku.

"Ini semua rencana lo ya" ucapnya kasar

"Maksud lo apa?" Tanyaku kebingungan

"Iya lo sengaja kan supaya perjodohan ini terjadi" ucapnya kesal

Dika marah, dika kesal. Tandanya.. sudah jelas sekali, dia tidak pernah semarah itu.

"Siapa juga yang mau dijodohin" ucapku dengan nada kesal

"Ya lu lah.. emang gue ngga tau" ucapnya lagi

"Tau apa, sotoy banget sih lo" jawabku kesal

"Gue udah baca buku harian lo" ucapnya

Haaaa...

"Buku harian yang mana?" Tanyaku heran

"Buku harian lu yang isinya gue semua" jawabnya kesal

Apaa????

"Maksud lo" ucapku gagu

"Iya gue udah tau semua. Dan perjodohan ini lu yang minta kan. Dengan dalih ibu gue yang lu jadiin umpan supaya gue terima" ucapnya lagi kesal.

"Ko lu fitnah gue sih, tau aja engga. Malah nuduh-nuduh gitu" kataku marah

"Ngaku deh, lo masih suka kan sama gue? Ngga cukup apa waktu yang gue kasih 7 tahun buat lo lupain perasaan lo ke gue" ucapnya seketika menusuk perih dada ini.

Jahattt....

Aku terdiam, hendak menangis namun bukan saatnya. Ini dika kan ? Ini aslinya? Ini dika yang aku harapkan? Ini dika yang aku dambakan?

"Pokonya, batalin. Gue ngga mau tau" ucapnya lagi, namun kini nadanya merendah.

"Sejak kapan lo baca buku harian gue?" Tanyaku dengan nada datar

"Waktu ngga sengaja masuk kamar lo, pas lo suruh gue ambilin pr" jawabnya

"Kenapa lo ga bilang kalo baca? Lo biarin gue kaya orang bego. Kenapa ga nahan aja dulu biar perasaannya ngga berlanjut" ucapku

"Terus, kenapa lo dateng ke kosan gue waktu itu?" Tanyaku lagi

"Gue cuma mau mastiin kalo lo udah move on" jawabnya

"Kenapa lo peduli? Kenapa ngga lo diemin aja gue? Bikin gue malu tau ngga" jawabku

Saat itu air mata ini jatuh tanpa permisi, dia jatuh atas keinginannya. Dia jatuh memberiku alasan untuk tidak lagi berharap. Dia jatuh karena memberiku kekuatan yang lebih lagi.

Aku mehela nafas dan mencoba tetap tegar dihadapnnya.

"Asal lo tau ya, gue ngga pernah minta apapun ke orang tua gue. Apalagi perjodohan ini. Gue juga punya pacar. Gue pasti bakal batalin pernikahan ini" ucapku dengan penuh keyakinan.

"Lo udah bikin gue kaya orang bego tau ngga, udah bikin gue malu banget" ucapku lagi.

"Maaf, maksud gue ngga kesitu ka. Kita sahabatan, dan gue ngga mau ngerusak itu. Maaf gue udah nuduh lo , maaf banget soalnya gue kaget banget. Baru aja gue bilang ke ibu kalo gue mau nikah sama naura, malah ibu ngajak gue kesini. Siapa coba yang ngga kaget" jelasnya

"Iya gue ngerti" ucapku

"Udah jangan nangis" tepisnya

"Gue pastiin bakal batalin pernikahan ini" ucapku yang kemudian bergegas pergi meninggalkan dia sendiri.

Sekarang aku baru mengerti, kenapa dia menghilang selama 7 tahun tanpa kabar, karna aku memang bukan tujuan dia. Dia ingin aku melupakan perasaan padanya karna dia tidak menyukaiku. Dia datang kembali padaku hanya untuk memastikan apakah aku masih menyukainya apa tidak.

Sudah jelas sekali, takdir mempermainkanku dengan lelucon ini. Dunia mentertawakanku selama ini. Kupikir ini adalah love story, ternyata bukan, ini hanya angan-angan kosong.

Persahabatan dan Cinta (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang