10. Identitas hati

93 17 12
                                    

Pada akhirnya sekuat apapun kita menahan rasa yang setiap hari datang menghantui akan ada saatnya kita menyerah untuk tidak mengungkapkannya.

Perjodohan ini adalah sebuah jebakan takdir untuk kami berdua. Ada dua sisi dalam perjodohan ini yang berbeda pandangan. Sisi dika, dia jelas menolak. Dan untukku adalah tidak bisa menolak.

Orang tuaku menjelaskan tentang rencana pernikahan ini bisa terjadi. Mereka bercerita bahwa ibunya dika memang sedang sakit, sebenarnya sudah lama sakit. Mereka ingin ketika ibunya tidak bisa lagi bersama dika, akan ada orang tuaku yang sudah menjadi keluarga sah nya.

Ini semua demi kebaikan dika, ujar mereka. Terlebih, ternyata kedua orang tua ku tau perihal perasaanku pada dika. Mereka memang sudah tau, saat mereka membaca buku harianku dan gerak gerikku yang mencurigakan. Jadi tidak ada alasan untuk mereka tidak menjodohkanku.

Seperti kisah klasik lainnya, akupun tidak bisa menolaknya. Terlebih ibunya dika sakit dan sudah parah, aku bisa lihat jelas dari wajah dan seluruh tubunya yang sudah menua.

Aku berpikir semalaman, apa yang harus aku lakukan ? Kalaupun aku kabur hanya akan menjadi masalah baru. Namun menikahpun akan menjadi masalah baru.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk sekali lagi bilang akan menolak pernikahan ini. Karena kata-kata dika malam itu teringat jelas sekali diingatan ini. Sangat menyakitkan dihati ini, tertusuk dalam.

Saat aku hendak memberitahu niatku pada kedua orang tuaku, mereka sedang menerima tamu. Namun aku sedikit curiga, karena tidak biasanya mereka kedatangan tamu yang lebih muda. Lalu ku hampiri mereka, ku lihat-lihat apa yang sedang mereka lakukan.

Jangan-jangan...

"Bu, ini apa ya?" Tanyaku penasaran sambil melihat-lihat katalog yang mereka pegang

"Ini ya bu calonnya" ucap salah seorang diantara mereka, aku masih menetralkan otakku agar tidak berimajinasi aneh-aneh

"Nak, mereka ini yang nanti bantuin acaramu nanti" ucap ibuku serentak membuat imajinasiku terhenti menjadi realita

"Maksud ibu apa sih?" aku masih mencari tau kebenaraan yang sebenarnya

Malam itu aku baru tau kebenaran bahwa pernikahan ini memang akan terjadi, dan dalam waktu cepat.

Yahhh, begitulah akhirnya..
Anehnya, pernikahan ini disetujui oleh dika. Aku masih sedikit heran, bukannya dia yang paling keras menolak pernikahan ini. Masa cuma butuh waktu satu minggu buat berubah pikiran.

Acara pernikahan akan dilaksanakan bulan depan. Ini masih seperti mimpi bagiku, karna akan menikah secepat ini, bersama dia yang aku kenal lama.

Sejujurnya, pernikahan ini membingungkanku. Aku suka dia, harusnya aku senang. Namun mengapa malah sakit, apa karna malam itu? Kata-kata yang dia ucapkan. Tapi, aku juga suka dia, bukankah akan lebih baik jika menikah dengan laki-laki yang disukai?

Lalu bagaimana dengan rey?
Bagaimana kabarnya? Tidak ada jawaban apapun darinya, ini membuatku frustasi juga.

Bagaimana aku bisa tau, hatiku ini milik siapa.

Satu minggu kemudian, aku kembali ke Jakarta. Urusan pernikahan adalah urusan orang tuaku. Aku tidak ingin ikut campur, karena memang ini bukan keinginanku yang terniat dari hati.

Saat itu aku mencoba menghubungi rey kembali, namun tetap tidak ada jawaban.

Aku terduduk didepan meja kerjaku, ku pandangi foto kami berdua, ku ingat-ingat kembali kenangan bersama dia. Kenapa berat ya? Kenapa sakit ya? Sedalam itukah aku mencintai rey? Tapi kenapa dia ngga ada kabar? Dia kemana? Apa aku harus menyusulnya ke Surabaya?

Benar, aku harus ke surabaya.

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke surabaya. Lusa adalah keberangkatanku, aku mencoba mencari tau alamat rey bekerja disana. Salah satu teman kantornya akhirnya memberitauku alamatnya. Mungkin akan sedikit susah mencarinya, namun aku akan berusaha mencarinya.

Persahabatan dan Cinta (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang