Pesan untuk takdir yang sedang mempermainkan perasaan ini, terimakasih sudah mempertemukan kami di dunia ini walau hanya sebagai teman.
Bagaimana bisa aku hidup berdua satu atap dengan orang yang ku sukai namun harus tetap berpura-pura menetralkan perasaan ini. Kadang aku merasa ingin mengakhiri, namun hidup ini akan terus berjalan apapun yang terjadi.
Hari terus berlalu, kami melakukan aktivtas seperti biasa, aku sudah mulai bekerja kembali. Dika memang sudah kembali bekerja sejak lama, namun Dika sangat sibuk jadi dia jarang sekali ada di rumah.
Berbicara tentang Naura, dika sangat mencintainya. Itulah fakta yang aku tau dari setiap kata yang dia ungkapkan. Betapa dia sangat merindukan Naura yang jauh disana. Peranku sebagai sahabat yang baik sangat membantu Dika jika dia butuh seseorang untuk menemaninya jika ia sedang rindu.
"Kenapa ya gue bisa terkurung di dalem takdir yang sebenernya gue ngga mau?" ungkapnya saat itu.
"Entah" jawabku
"Apa sebenernya maksud dari semua kejadian ini? Kenapa susah banget nyatu sama Naura?" ungkapnya lagi.
"Kenapa gue harus lost sama dia, padahal dulu kita baik-baik aja. Kita ngga pernah ada masalah apapun. Gue juga tau Naura juga cinta sama gue, kenapa buat bales chat aja dia sampe ngga sempet" ucap Dika yang sedikit terpuruk, karena semenjak dia ke luar negri sudah tidak memberi kabar lagi.
"Yaa kadang emang gitu, lebih serem lagi kalo ngga pernah ada masalah kan? justru itu yang bikin orang kadang ngerasa bosen" jawabku
"apa Naura bosen sama gue?" ungkap Dika
"Mmm ya mungkin, udah deh jangan mikir aneh-aneh dulu. Nanti aja pas dia pulang lu tanya langsung aja sama dia, ngga usah galau-galau. Gue jadi ikutan sedih kan, mending lu kaya dulu lagi aja deh, playboy gitu" saranku
"Emang seneng ya liat gue jadi playboy?" Tanya Dika
"Ya daripada galau mulu, bikin cepet tua tau ngga" ucapku
"Dulu waktu lu sering galauin gue kaya gini ngga sih?" tanya Dika secara tiba-tiba
"Apaan sih, ngga usah dibahas kali" ucapku
"Emang salah ya kalo di bahas?" tanyanya
"ya salah lah, pake nanya lagi. udah deh jangan dibahas." ucapku
"Ehh tapi besok kayanya gue ngga balik deh" ucapku
"Kenapa emang?" tanya Dika
"Ada urusan di Jakarta, di toko. Kayanya beberapa hari agak sibuk, mungkin ngga balik ke sini" ucapku
"Ohh yaudah" jawabnya
"Yaudah gue ke kamar dulu ya" ucapku
Keesokan harinya aku berangkat sangat pagi sekali, Dika belum bangun, matahari belum terbit dan kebanyakan orang masih tertidur. Ada banyak yang harus aku kerjakan, karena aku akan membuka toko cabang baru, dan tempat yang aku pilih saat itu adalah di BSD, karena memang sebagian dari cita-citaku adalah memiliki rumah dan toko di daerah sana.
Hari ini aku sangat sibuk sekali sampai larut malam tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.00 aku mulai merasa pegal-pegal dan menyadari kalau ini sudah malam. Beres-beres sebentar aku langsung bergegas menuju kosanku.
Sesampainya di kosan aku langsung membersihkan diri di kamar mandi, waktu menunjukan pukul 01.00 pagi, aku baru bisa mengecek ponselku. Ternyata ada wa dari Dika pukul 10.00 siang tadi, pikirku karena sudah malam tidak perlu di jawab, karena dia juga hanya bertanya apa aku sudah sampai toko. Ku abaikan chat dari Dika dan tidak lama mataku terpejam, karena merasa hari ini sangat berat bagiku.
Selama kurun waktu satu minggu ini aktivitasku sangat padat sekali, sehingga membuatku sangat sibuk. Fokusku hanya pada pekerjaanku saja, beginilah caraku melupakan segala sesuatu yang menyakitkan yang pernah kulalui. Kehilangan sosok yang sangat baik Rey, dan kembali pada luka yang lama Dika.
Sebenarnya aku suka kesibukan ini, karena dengan begitu setidaknya beberapa waktu mereka tidak ada di otakku dulu. Aku terus menyibukan diriku dengan pembukaan toko baruku. Sengaja aku mengabaikan chat dari dika, karena berada jauh darinya membuatku sangat rindu. Rindu ingin tau kabarnya, rindu ingin mendengar suaranya. Namun inilah satu-satunya cara untuk melindungi diriku dari rasa penuh pengharapan.
Entah bagaimana cerita selanjutnya, aku hanya berharap takdir akan memberiku hadiah atas penantian panjangku yang amat rumit ini. Aku berharap siapapun itu, Dika atau Rey atau siapapun nanti yang benar-benar akan hidup sampai tua denganku, aku hanya ingin bilang padanya, cepat datang karena rasanya sakit sekali mencintai takdir yang bukan milik kita.
Teruntuk takdirku, jika itu memang Dika, aku akan berusaha sabar dan kuat untuk mengikuti semua permainan ini. Aku akan terus mengalah padanya dengan tidak membuatnya kembali mengungkit masa lalu, biarkan dia sadar dengan sendirinya, biarkan dia melihatku denga mata hatinya agar ia benar-benar percaya bahwa cinta ini bukan main-main, bukan seperti permainan saat masih kecil.
Jika memang bukan Dika, terimakasih sudah memberikan perjalanan yang panjang ini untuk mendapatkan waktu tepat untuk bertemu dengan dia si pemilik takdir cinta ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persahabatan dan Cinta (OnGoing)
Novela JuvenilBagaimana rasanya jika menikah dengan orang yang paling kita cintai sejak kecil ? Namun bagaimana rasanya jika dia tidak pernah mencintai kita ? Reka dan dika, menceritakan sebuah cerita yang berawal dari persahabatan namun berubah menjadi cinta. Bi...