Chapter 10

151 16 0
                                    

Kiwa Present
_000_

Sekitar seminggu setelah penembakan di bawah guyuran hujan, dan Adhara masih tidak percaya kalau ia sudah menjadi pacar seseorang. Sembari menjaga toko milik Kakek dan Neneknya, Adhara terus membayangkan kejadian itu. Sudut bibirnya terus terangkat membentuk senyum, lalu ia akan terkikik geli tanpa suara, kemudian menutup wajahnya yang merona dengan kedua tangan. Kedatangan dua orang pelanggan yang tampak mencurigakanpun ia hiraukan.

Sang Nenek yang sedang melayani pelanggan menatap aneh ke arah cucunya.

“Ah, masa muda!” ujar Kakek.

Adhara yang tengah asyik melamun dikejutkan dengan dering ponsel miliknya. Ada pesan masuk dari Riyan.

---

Aku lupa bawa sepatu buat latihan lagi!
Tehe… XP
Bisa bawakan aku sepatu ke sekolah?
Please………….

---

Mendengus geli, Adhara mulai yakin kalau sepupunya itu punya penyakit Alzeimer. Tunggu, dia tidak bermaksud mendo’akan sesuatu yang buruk untuk Riyan. Setelah berpamitan, Adhara bergegas menuju tempat latihan basket yang tak lain adalah sekolah.

Setelah Adhara sampai, Riyan langsung menghampirinya. Dan kali ini Adhara setuju untuk tinggal setelah mendapat pesan dari Kakek dan Neneknya saat diperjalanan barusan.

---

“Ada acara reuni mendadak di taman selatan, jadi kami akan kesana. Kami juga akan kencan sepulang nanti, karena itu kami menutup toko lebih awal!”
-_-

---

Saat istirahat latihan, Adhara memberi minuman kepada sepupunya, juga membantu mengelap keringat Riyan dengan handuk. Evan yang berada di seberang lapangan menjadi sedikit kesal karenanya. Dia tidak sedang cemburu, ok?

“Kok kayak ada bau-bau angus, ya?” ujar Raffa.

“Aduh… kok itu mereka romantis banget, sih?” Armin memulai aksinya sebagai kompor. “Such a sweet couple!”

“Wah, couple goals, tuh!” dan akan ada saatnya Zayan ikut memanas-manasi.

Evan yang terpancingpun berlari kearah pacarnya. Begitu sampai ditariknya tangan Adhara sedikit kencang, membuat pemilik tangan meringis sakit.

“Kamu ini, pacar kamu itu aku atau dia, sih?” protes Evan. “Masak lebih perhatian kedia?”

“Heh, emang salah perhatian kesepupu sendiri?” tanya Riyan dengan tidak santainya.

“Ya salah, lah!” jawab Evan. “Gue!” serunya sambil menunjuk dirinya sendiri. “Sebagai pacarnya jadi terabaikan, goblok!”

Riyan yang kesal dikatai goblok langsung me-nabok  adik kelasnya itu. “Gak sopan lo sama senior! Minta di-sleding, ya?!”

“Apa lo, ngajak ribut?” tantang Evan. Entahlah apa yang terjadi padanya hari ini, ia mudah sekali emosi, PMS mungkin? Ya…kali.

“Malah nantangin. Ayo sini maju!”

Gadis manis yang sialnya berada di antara mereka berdua tampak bingung, tidak tahu harus apa untuk melerai. Kenapa mereka jadi bertengkar, sih?

“Kasian Adhara!” Armin yang tumbennya punya rasa empati pada orang lain.

_000_

Si BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang