Chapter 7

169 16 0
                                    

Kiwa Present
_000_

Pagi itu Adhara bangun dengan keadaan terenggah, nafasnya memburu, tubuhnya berkeringat, dan jantungnya berdetak kencang. Gadis cantik itu mengusap wajahnya kasar, ia benci bermimpi buruk.

Jam menunjukkan pukul 08.30. Tidak mungkin Adhara berangkat sekolah sekarang, sudah pasti ia akan terlambat. Kenapa tidak ada yang membangunkannya? Kemana Kakek dan Neneknya?.

Gadis itu kemudian bangkit dari atas kasur, lalu pergi ke dapur. Dapati note kecil tertempel di kulkas.

...

Hari ini dalah hari anniversary kami yang ke-70
jadi kami akan pergi kencan seharian ini
Tak perlu membuka toko hari ini
Nenek juga sudah menyiapkan sarapan untukmu

Penuh cinta
Kakek & Nenek

...

Adhara mendengus, sedikit geli dengan tingkah Kakek dan Neneknya. Ayolah, mereka itu sudah tua, seluruh rambut mereka sudah beruban, gigi mereka juga ompong. Tapi Adhara salut, meski sudah renta, dua insan yang sudah membesarkannya itu masih berjiwa muda.

Dia-Adhara, berharap bisa seperti itu suatu saat nanti, tua bersama sang terkasih. Tapi, memangnya ada yang mau dengannya?. Kali ini adara mendengus miris, menertawakan nasibnya yang seperti ini.

_000_

“Lo udah dapet kabar tentang anak itu?” Tanya seorang pria berkepala plontos.

“Udah! Ini fotonya.”

Foto gadis dengan seragam  SMA yang tampak manis. Sudut-sudut bibirnya tertarik ke atas, tersenyum. Pipinya merona dengan warna pink. Siapapun yang melihat akan berpikir bahwa bidadari itu tak hanya ada dalam bait puisi para pujangga.

“Dia sekarang tinggal bareng Kakek dan Neneknya. Dia sekolah di SMA X, kelas 1!” jelas si pemberi foto, sebut saja si N (karena si x udah anti-mainstream). “Sebernya gue masih bingung, ngapain coba nyari-nyari data nih cewek?” Tanyanya.

“Masih nanyak? Udah gue bilang, gue mau balas dendam sama dia!” jawab si botak. “Gue dengar si Harta selamat malam itu. Yah, walau dia akhirnya meninggal 3 hari kemudian.”

Foto bergambar Adhara diambil, diremas lalu dibuang ke arah api.

“Gadis ini, akan menanggung perbuatan ayahnya!” ucapnya dengan seringai keji.

_000_

Si BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang