Chapter 11

149 15 0
                                    

Kiwa Present
_000_

Pada akhirnya, Adhara pulang sendirian. Evan maupun Riyan tidak mau pulang dengannya. Dan Adhara malah menjadi korban pertengkaran keduanya.

“Ini semua gara-gara kamu. Kamu tuh harusnya bisa bersikap adil sama pacar dan sepupu kamu!”

“Itu benar!” setuju Evan.

Poor Adhara. Padahal ia sudah membayangkan sesuatu yang romantis akan terjadi nantinya. Seperti saat hujan waktu itu, dimana Evan merangkulnya, memberi perasaan hangat ditengah dinginnya hujan. Yah, realita memang tak seindah ekspetasi.

Terngiang olehnya, obrolan antara dirinya dan Armin barusan.

“Udah seminggu,ya?”

Adhara yang tak mengerti menatap Armin bingung, maksudny apa?

“Lo tau, gak? Alasan Evan nembak lo?”

Gadis itu menggeleng sebagai jawaban. Dia juga sebenarnya penasaran akan hal itu.

“Jadi kemarin kita main Truth Or Dare, dan Evan dapet Dare nembak lo!”

Jadi  karena dare, ya? Apa karena itu Evan bilang kalau dia tidak peduli meskipun Adhara itu bisu?

“Gue pikir hubungan lo sama dia Cuma bisa sampe… ya, minimal 3 hari lah, mengingat ini Cuma dare. Tapi ini udah seminggu.” Kata Armin sembari menengok wajah Adhara yang menampakkan raut kecewa.”Dan juga, gimana dia marah tadi karena cemburu, gue rasa dia sayang beneran deh sama lo!”

Adhara jadi galau. Tapi mengingat bagaimana sikap Evan padanya selama seminggu ini… ah, Adhara mendadak pusing memikirkannya.

'Kakak serius? Aku ini bisu, loh! Memangnya kakak mau pacaran dengan orang bisu sepertiku?'

“Memangnya siapa yang peduli?!”

___

Entah kenapa sekarang ia merasa sedang diikuti. Adhara menoleh sebentar ke belakang, tak ada siapapun disana. Mungkin hanya perasaannya saja. Adharapun kembali melangkah, namun terhenti dilangkah ke-10. Menoleh kebelakang lagi, ada pria botak disana tampak bermain dengan seekor kucing yang hendak mencakarnya.

Tunggu, bukankah itu adalah pria yang tadi ada di toko? Yang terus menatap ke arahnya tanpa henti. Jangan-jangan pria itu mengikutinya. Adhara harus segera pulang. Tapi tak ada siapaun di rumah. Apa yang harus ia lakukan? Ah, yang terpenting harus kabur dulu dari orang itu.

Langkah yang dipercepat itu berubah menjadi lari. Di pertigaan itu, Adhara hanya perlu berbelok kearah kiri dan rumah tempat tinggalnya akan terlihat. Namun, seorang pria-temannya si botak, berdiri di bawah tiang listrik, membat Adhara berbelok ke arah kanan.

Cukup jauh Adhara berlari, iapun akhirnya berhenti. Dengan nafas terenggah gadis itu mengusap dahinya yang berkeringat. Ia tak pernah berlari sejauh ini, kakinya terasa pegal. Setelah meras tenang, ia menengok kebelakang. Tak ada siapapun, Adhara berhasil lolos. Namun saat kembali melihat ke depan, dua orang tadi sudah berada di sana.

Bagaimana bisa?

Adhara hendak kabur, tapi tangannya berhasil di tarik si botak. Dengan sekuat tenaga ia berusaha lepas, dan usahanya itu tidak sia-sia. Gadis itupun berlari kembali, masuk ke gang sempit di sisi kiri jalan.

Beruntung, ujung gang tidak buntu. Ada jalanan disana, meskipun terlihat sangat sepi.

Suara derap langkah kaki terdengar dari belakang, Adhara berlari lagi. Kali ini ia berhenti di depan sebuah rumah.

Si BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang