14. Perih

43 39 65
                                    

Apa memang harus sesakit ini yang aku rasakan?
setelah tidak mendapat pengakuan,
Aku harus menerima sebuhah tamparan

Tamparan yang begitu meyakitkan
Sebegitu beratkah cobaan yang harus aku hadapi?
apakah dunia tidak bisa adil lagi kepadaku?

Apakah aku harus menghabisi sisa hidupku dengan cara seperti ini?

Tuhan...
Taukah Kau bahwa aku juga hamba-Mu
Yang sedang membutuhkan uluran tangan-Mu

Taukah Kau bahwa aku ingin bahagia juga?
Taukah Kau bahwa ini sangat menyakiti hatiku?

Aku ingin Kau mendengarkan untuk sekali ini saja

Kumohon...

~Elsie~

***

Sekarang Elsie sedang berada diperjalanan pulang kerumah bersama dengan Valdo. Setelah perdebatan panjang yang dilalui untuk meyakinkan yang lain dengan kondisi Elsie akhirnya mereka semua percaya dan membiarkan Valdo mengantar Elsie untuk pulang kerumah. Dendra yang seharusnya ikut mengantar Elsie terpaksa tidak jadi ikut karena ibunya sudah menelpon Dendra untuk menemaninya dirumah yang sedang sendirian. Sedangkan yang lainnya sudah pulang kerumah mereka masing-masing. Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan diantara Elsie dan Valdo, mereka sama-sama tak ingin membuka pembicaraan. Valdo yang mengerti dengan kondisi Elsie yang masih syok akan penyakit yang dia alami memilih untuk diam saja.

"Kak nanti berhentinya cukup digerbang aja yah." Elsie akhirnya berbicara walaupun hanya mengatakan seperti itu dan memilih diam kembali.

"Kenapa engga sampai masuk kedalam aja?" Valdo masih fokus menyetir mobil dan sesekali menoleh kearah Elsie yang sibuk memilin jari-jari tangannya sendiri.

"Engga papa. Takutnya ganggu orang rumah aja kalau kakak sampai kedalam buat antar aku."

Valdo yang tidak mau berdebat pun hanya menganggukkan kepalanya dan kembali fokus ke depan sedangkan Elsie melihat kearah luar jendela mobil. Menampilkan beberepa kendaraan yang berlalu lalang dijalan raya. Lima belas menit kemudian akhirnya mobil Valdo berhenti didepn gerbang rumah megah nan mahal. Elsie yang menyadari sudah sampai pun langsung membuka pintu mobil dan beranjak keluar. Valdo yang melihat itu ikutan untuk turun dan langsung menarik tangan Elsie untuk menghadap kearah dia.

"Kalau lo butuh sepasang telinga untuk dengarin semua keluh kesah lo, gue siap untuk dengarinnya. Kalau lo butuh bahu untuk bersandar gue siap buat sandarin lo, dan kalau lo butuh tubuh buat didekap gue siap buat peluk lo seerat mungkin." Valdo menatap teduh kearah manik mata Elsie yang sudah membengkak karena air mata yang keluar padasaat di rumah sakit. "Gue yakin lo perempuan terkuat yang pernah gue temui."

Valdo mengelus pelan rambut Elsie dan mencium tepat dikening gadis tersebut. Cukup lama dan itu membua Elsie terkesiap beberapa detik. Setelah melepas ciumannya dikening Elsie, Valdo tersenyum sekilas dan langsung masuk kedalam mobil dan setelahnya meninggalkan pekarangan rumah Levinson. Sedangkan Elsie masih menormalkan pikirannya dengan perlakuan Valdo yang sama sekali belum pernah dia rasakan dari siapa pun.

Memilih menyadarkan pikirannya Elsie langsung masuk kedalam rumah mewah tersebut. Mobil yang digunakan kedua orang tuanya saat pergi ke pesta sudah terparkir manis digarasi yang masih terbuka itu tandanya mereka sudah pulang dan malah membuat jantung Elsie berdetak dengan kencang. Dia sangat takut untuk masuk ke dalam rumah. Tepat saat Elsie membuka pintu rumah, dia sudah disuguhkan dengan pemandangan kedua orang tuanya yang menatap nyalang kearahnya terutama mamanya dan itu membuat badan Elsie bergetar seketika karena takut. Sedangkan Gavin dan Leah masih asik dengan handphone yang berada ditangan mereka. Menunggu drama yang akan terjadi selanjutnya.

To Do Something for LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang