15-End

167 18 0
                                    

Marvin, Herlan, dan Rayi tengah menunggu dosen mereka hadir di kelas. Mungkin akan telat, mengingat sekarang matkul sore. Agak sedikit santai.

"Gaes mau liat momen bersejarah ga?" Ucap Herlan setelah membalas pesan dari Joya.

"Apaan?" Rayi

"Kata Kaka gua besok bang Lucas mau nembak Ka Yara." Herlan cengengesan mengatakan berita ter up-to-date.

"Seriusan?" Marvin kaget mendengarnya.

"Hooh. Bang Lucas udah nanya ke ka Joya. Gila sih gosip kita waktu itu beneran." Herlan takjub.

"Besok dimana?" Tanya Rayi penasaran.

"Di restoran kayaknya, sekalian dinner gitu."

Marvin hanya diam saja mendengar Herlan dan Rayi membicarakan Lucas dan Yara.

Tiba-tiba ia merasa ada yang mengganjal di hatinya. Ada rasa takut dan rasa yang Marvin tidak tau apa namanya.

Selama kelas Marvin hanya melamun. Otaknya seperti penuh tapi sebenarnya ia tidak tau sedang berpikir soal apa.

Saat dosen keluar, Marvin segera pergi. Bahkan panggilan dari Herlan dan Rayi ia hiraukan.

Mengendarai mobil seakan berada di sirkuit, Marvin mengebut tak tentu arah. Ia tidak tau harus kemana.

Berhenti di pinggir jalan yang sepi, ia menatap kosong jalan di depannya.

'Ayo Vin mikir. Lu beneran gapapa Yara jadian ama Lucas? Lu temenan sama Yara jadi apapun yang bikin Yara bahagia lu pasti bahagia juga.' Marvin sedang negosiasi dengan hatinya saat ini.

'Tapi gua ngga suka Yara jadian, sama siapapun itu. Okey, apa gua suka Yara? Suka. Dia temen gua, masa ngga suka. Tapi gua ngga bisa liat dia sama yang lain.' Marvin benar-benar kalut.

'Waktu gua ngga banyak. Kalo sampe besok gua ngga tau perasaan gua ke Yara tuh apa, goblok sih gua. Curhat ke siapa coba gua. Ah bodo, gua mau ketemu Yara sekarang. Sebelum telat.' Marvin masih bingung sama perasaannya sendiri.

Marvin mulai menjalankan mobilnya menuju rumah Yara. Saat ini ia lumayan jauh dari rumah Yara karena nyetir tidak terarah tadi.

Sampai didepan rumah Yara langit sudah gelap. Menarik nafas, Marvin mempersiapkan dirinya menemui Yara. Sebelumnya ia tidak pernah setegang ini.

"Ra"

"Kenapa Vin?"

"Lagi di rumah?"

"Iya, kenapa?"

"Bisa jalan?"

"Sorry Vin, Joya lagi nginep di rumah. Aku ngga bisa ninggalin dia gitu aja"

"Yaudah, ke depan sebentar. Gua tunggu di mobil. Sekarang"

"Kamu di depan rumah?"

"Iya"

"Oke aku keluar"

Panggilan terputus.

Terlihat Yara keluar dengan piyamanya. Berjalan menuju mobil Marvin yang tak jauh dari rumah Yara. Dan langsung masuk.

"Ada apa?" Yara sedikit kaget dengan penampilan Marvin yang agak acak-acakan. Biasanya Marvin selalu menata rapih rambutnya.

"Gua mau nanya serius." Marvin bicara sambil menatap mata Yara. Sepertinya ini sangat serius, pikir Yara.

"Jadi, temen gua punya temen. Dia ngga suka sama temennya, tapi temennya ini bakal ditembak dalam waktu dekat sama orang lain. Terus temen gua bingung, dia ngga rela temennya jadian tapi dia ngga tau kenapa dia ngga rela. Paham kan maksudnya?" Marvin dengan cerita classic yang pastinya hanya karangan.

La JournéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang