6-awal?

87 18 0
                                    

Yara terpaksa harus mengikuti kedua orangtuanya pindah. Meskipun tidak terlalu jauh, Yara tidak dapat sering-sering main ke rumah Marvin lagi.

Ia juga harus berpisah dengan Joya. Joya menangis karena Yara tidak jadi masuk ke SMP yang sama dengannya. Padahal selama satu tahun tidak satu sekolah, Joya terus mengeluh mengatakan sekolah sangat membosankan karena tidak ada Yara.

Yara bahkan hampir tidak mengontak temannya yang lain atau memberi tau. Hanya Joya yang masih dekat dengannya, itupun karena Joya yang selalu mengabari terlebih dahulu.

Yara sedikit kesulitan awalnya beradaptasi, apalagi Ia benar-benar sendiri. Tidak ada satupun yang Ia kenal.

🌼🌼🌼

Setelah hampir 2 tahun tidak berkontak dengan Marvin, keduanya dipertemukan di acara pernikahan salah seorang junior ayah dan papah. Keduanya ditinggal begitu saja karena kedua orang tua sibuk bernostalgia di acara tersebut.

Yara yang berharap Marvin akan langsung memeluknya harus menelan pahit angan nya, Marvin hanya memandang enggan Yara. Begitulah yang terlihat oleh Yara.

Marvin sendiri hanya diam ditempat, sekitar 5 langkah di depan Yara. Ia membeku, haruskah Ia tersenyum atau bahkan memeluk Yara. Ia hanya merasa sedikit berbeda ketika bertemu kembali dengan Yara setelah 2 tahun tidak bertemu.

Dalam ingatan Marvin, Yara imut dan sangat menggemaskan. Tapi sekarang (?) Yara masih imut tapi Yara sekarang lebih terlihat dewasa dan sangat cantik di mata Marvin. Itulah kenapa Marvin merasa sedit berbeda dan canggung.

Sedangkan Yara sangat ingin menghampiri Marvin dan memeluknya. Tapi sekarang Ia sudah besar, Ia bukan Yara kecil yang bersikap seenaknya. Melihat Marvin yang canggung, Yara dapat merasakan kecanggungan tersebut.

'Kenapa kayak ketemu orang baru.' batin keduanya.

Akhirnya mereka hanya berjalan ke stand makanan yang mereka inginkan dan duduk di satu meja tanpa bicara sedikit pun.

'kalo mau ngobrol sama Yara, pake aku-kamu atau gua-lu ya?' Bingung Marvin. Ia takut membuat Yara semakin tidak nyaman.

Yara yang beberapa kali menangkap basah Marvin yang menatap nya, hanya bisa diam saja. Dalam 1 detik mata yang bersibobrok Yara menangkap ada sinar kerinduan di mata Marvin.

Yara pun sama. Sangat merindukan Marvin. Yara sangat peka, namun Ia merasa tidak harus berbuat sesuatu karena Marvin juga tidak melakukan apapun. Ingat mereka bagai cermin.

Kemudian kedua orang tua mereka terlihat menghampiri dengan wajah yang berseri-seri. Dilanjut kedua orang tua makan dan duduk, masing-masing mengapit anak mereka.

Bunda yang menyadari Marvin dan Yara hanya diam saja berdeham sebelum berbicara.

"Ekhm.. kok anak-anak bunda diem gini, biasanya ngga pernah diem. Kalian udah gede ngga boleh berantem-berantem ah."

"Ngga kok Bun, kita ngga berantem. Kita tadi udah ngobrol pas cuma berdua." Jawab Marvin sambil melihat ke arah Yara. Yara hanya menunduk menatap minumannya sambil mendengar jawaban yang keluar dari mulut Marvin.

Para orang tua hanya beroh-ria. Mereka berpikir Marvin dan Yara benar-benar ngobrol, mengingat mereka lumayan lama meninggal kan keduanya.

Sampai mereka selesai dan akan pulang, Marvin dan Yara tidak berbicara satu kata pun.

"Kita duluan ya, tiba-tiba ada panggilan dari kantor." Ucap papah "ayo Yara, pamitan" lanjut papah.

Yara mendekati bunda dan ayah, menyalami keduanya. Bunda bahkan memeluk Yara dan mengatakan bahwa Ia sangat merindukan Yara.

"Kapan-kapan ke rumah ya" ucap Bunda. Yara hanya tersenyum menanggapi.

Yara sekarang berada di depan Marvin. Ia tidak tau harus apa. 'Harus kah aku tersenyum, atau salaman, atau apa?'

Marvin yang melihat Yara bengong menepuk pundak Yara. Yara yang tersadar pun menatap mata Marvin yang dari tadi menatap nya juga.

Tertahan beberapa detik sebelum Yara tersenyum dan berucap
"Aku duluan." Dengan suara lembut yang membuat hati Marvin meleleh, Marvin tersenyum setelahnya.

Keduanya berpisah dengan hati yang sedikit tenang, namun masih banyak hal yang mengganjal di kedua hati dan pikiran mereka.

'Tatapan Marvin tadi maksudnya apa(?)' -Yara
'Yara segitu ngga mau ngomong nya sama gua, atau..' -Marvin

🌼🌼🌼

Mereka hanya tidak sadar bahwa sejak saat itu mereka sedang mempertahankan ego masing-masing. Siapakah yang akan duluan mengalahkan egonya? Kita lihat nanti.

La JournéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang