9-Kereta

94 15 0
                                    

"Vin, kamu tolong jemput Mama sama Yara ya..kita nonton Calvin bareng sama mereka." Ucap Bunda.

Marvin yang sedang sarapan terdiam. 'Ketemu Yara lagi? Di kondangan kemaren aja kayak batu, ngga ngomong samsek' batin Marvin.

Hari ini Calvin ada pertandingan basket. Ia dan Marvin memang sangat suka bermain basket. Tapi hanya Calvin yang menekuni basketnya hingga ikut pertandingan-pertandingan.

Tanpa banyak omong, Marvin menjemput Yara dan Mama. Mereka memang berencana pergi ke tempat pertandingan Calvin dengan kereta.

Bunda, Mama, Yara dan Marvin telah tiba di stasiun dan sedang menunggu kereta datang. Kereta yang cukup padat membuat Yara dan Marvin tidak kebagian tempat duduk. Mereka lebih mementingkan Bunda dan Mama untuk duduk.

Di stasiun berikutnya, penumpang yang naik banyak sekali dan langsung memenuhi kereta. Sesak.

Marvin memundurkan sedikit badannya  menempatkan Yara didepan nya. Meraih pegangan yang berada di atas Yara. Sehingga Marvin terlihat seperti mengukung Yara dari belakang.

Yara hanya diam saja, Ia memang sedikit tidak nyaman karena banyak laki-laki disekitarnya. Yara menoleh sedikit ke belakang guna melihat Marvin. Dilihatnya laki-laki itu hanya menatap lurus ke luar jendela.

Setelah sampai gor mereka langsung masuk dan duduk di barisan depan agar Calvin dapat melihat mereka. Setelah ini Calvin akan ikut mereka pulang  karena Ia akan dapat jatah libur setelah pertandingan ini.

Pertandingan berlangsung sengit dan terlihat memanas karena suara para penonton yang menyemangati tim jagoan masing-masing.

Calvin sendiri terlihat menikmati permainan, sehingga Ia bermain sangat bagus. Namun, Calvin harus berlapang dada, pertandingan dimenangkan oleh lawannya. Calvin terlihat sedikit sedih.

Mereka berlima mampir untuk makan sebelum pulang ke rumah. Yara terlihat senang sekali bertemu Calvin. Yara bahkan mangalungkan tangannya di lengan Calvin. Tentu saja Marvin sedikit iri. Yara bahkan tidak berbicara apapun padanya sejak tadi.

Saat sedang menikmati makanan, tiba-tiba hujan turun sangat deras. Mereka yang tidak menyangka akan hujan hanya bisa memandang keluar jendela.

Akhirnya mereka memutuskan menerobos hujan deras. Pakaian mereka berlima lumayan basah karena jarak restoran ke stasiun lumayan jauh.

Saat memasuki kereta, hawa dingin langsung menusuk hingga ke tulang mereka. Yara menggosokan tangan ke badannya yang menggigil. Bayangkan, dalam keadaan basah kuyup tertiup angin AC kereta ditambah saat ini penumpang sangat sepi.

Marvin hanya bisa menatap Yara yang duduk bersebrangan. Ia memilih duduk sendiri, sedangkan Yara duduk bersama Calvin, saling merapatkan duduk mereka.

Yara yang sadar sedari tadi diperhatikan berusaha mengalihkan pikirannya dengan bermain ponsel atau bercanda dengan Calvin. Sudah lama sekali mereka tidak bercanda, Yara sangat merindukan Calvin. Adik kecilnya ini.

Setelah sampai rumah Marvin semua mandi dan berganti pakaian. Yara yang pertama selesai duduk di karpet sambil menonton TV. Marvin yang melihat Yara sendirian langsung menghampiri, tiba-tiba saja Ia tiduran dan menaruh kepalanya di paha Yara.

Yara hanya bisa diam saja, mencoba menguasai dirinya. Setelah berhasil Ia mulai menunduk dan melihat Marvin. Marvin sedang menghadap ke arah TV yang ada di depan mereka, sehingga Yara hanya dapat melihat sisi kiri wajah Marvin saja.

Memberanikan diri, tangan Yara mengelus rambut Marvin. Sedikit gugup, tapi Yara sangat ingin mengelusnya. Seperti dulu.

'seneng banget deh liat Yara sama Marvin kayak gini.. mereka deket banget' Bunda dan Mama sibuk membicarakan putra dan putri mereka.

'Bunda sama Mama ngga tau aja aku sama Marvin kayak orang ngga kenal sekarang, bahkan bicara pun ngga.' ucap Yara dalam hati.

10 menit mereka diam dengan posisi tersebut tanpa saling bicara, Yara menepuk pundak Marvin dan menurunkan kepalanya. Yara ingin ke dapur untuk minum.

Marvin memandang Yara yang sedang minum dan duduk di meja makan, Ia sangat ingin menghampiri. Tapi ada Mama dan Bunda sedang masak, Ia mengurungkan niatnya.

Tiba-tiba Calvin datang dan langsung duduk disampng Yara. Mengambil bolu diatas meja dan memakannya dengan semangat.

"Cal, nginep di rumah kaka yu." Ajak Yara.
Berfikir sebentar, "aku udah ada janji sama temen-temen ku besok ka" Jawab Calvin.

"Yah, kamu tuh harusnya sama Kaka dulu baru sama temen-temen kamu." Protes Yara sambil mencubit pipi Calvin. Calvin diam saja, Ia sangat hafal sifat kakak nya yang satu ini. Hobi menyakiti.

'Pengen juga di cubit Yara' batin Marvin.

Yara sesekali mencuri pandang melirik Marvin. Marvin hanya fokus pada ponselnya. Marvin benar-benar seperti orang yang berbeda.

Sejak bertemu di kondangan yang lalu, Yara merasa Marvin seperti memasang tembok yang tinggi diantara mereka. Kecuali untuk kejadian tidur dipangkuan Yara tadi, Ia tidak tau kenapa Marvin tiba-tiba begitu.

Marvin bahkan lebih asik dengan ponselnya, sesekali Ia akan pergi meninggalkan kami yang sedang berkumpul ke kamarnya.

'Dia benar-benar bukan Marvin yang aku kenal dulu. Hanya nama saja yang sama, sifat dan yang lainnya berbeda.' Yara terus saja melamun dan memikirkan hal tersebut.

🌼🌼🌼

Calvin Hugo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Calvin Hugo

Adik marvin yang sekarang lebih fokus sekolah atlet ini sangat dimanja oleh keluarga Marvin maupun keluarga Yara. Yara yang tidak punya adik menganggap Calvin adiknya sendiri. Marvin selalu bilang Calvin tidak punya tulang karena sangat suka senderan, mau tembok, orang atau apapun itu.

La JournéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang