Menghindar

14.6K 852 3
                                    




Srekkk!

Rendra meng-rem mendadak mobilnya. Bunyi ban mobil yang bergesekan dengan aspal membuat keduanya cukup kaget. Untunglah tidak ada mobil dibelakang mereka.

"Maaf." Lirih pria itu pelan. Sangat pelan bahkan.

Kanaya cukup kaget dengan reaksi Rendra yang langsung ngerem mendadak ketika mendengar pertanyaannya. Wanita itu tahu betul kalau Bos nya sangat terkejut.

"Nggak pak. Saya yang minta maaf karena nanya begitu saat bapak sedang nyetir."

Rendra tak menjawab apapun. Pria itu hanya menatap lurus kedepan. Lama mereka terdiam begitu saja. Hingga dengan perlahan, Rendra mulai mengemudikan kembali mobilnya. Ekspresi pria itu berubah dingin.

Hening. Tak ada lagi yang membuka suara didalam mobil itu. Baik Rendra maupun Kanaya, dua-duanya sama-sama diam. Situasi dalam mobil begitu tegang dan mencekam.

Kenapa Rendra tidak menjawab? Pikiran Kanaya terlalu kacau sekarang. Begitu banyak serangan yang membuatnya syok. Apa karena suasananya sudah malam sehingga membuat Kanaya semakin kalut?

Tak lama kemudian, mereka berdua tiba didepan rumah Kanaya. Sudah pukul sepuluh lewat empat puluh lima menit. Namun, walaupun mobil itu sudah berhenti agak lama, keduanya tetap tidak bicara. Bahkan tidak ada tanda-tanda Kanaya akan turun dan berpamitan.

"Pak."

Panggil Kanaya memecah keheningan. Tetap saja tidak ada jawaban dari Rendra. Pria itu sibuk dalam pikirannya. Entah Kenapa dia seperti menarik diri dari Kanaya.

"Apa itu alasan bapak melarang saya resign?"

Hening. Rendra tetap diam. Apa tandanya itu benar?

"Pak jawab, saya-"

"Sudah larut malam. Sebaiknya kamu istirahat." Akhirnya keluar juga satu kalimat dari mulut Pria itu.

Tapi, bukan itu yang butuh Kanaya dengar. Kenapa Kanaya begitu memaksa? Tentu saja. Kalau sudah berdampak pada dunia kerjanya bagaimana mungkin Kanaya diam? Dan sialnya, Rendra bahkan tak menatap Kanaya sedikitpun. Ia seperti sedang berbicara kepada angin didepannya.

Kanaya bersusah payah membangkitkan dinding profesionalitasnya. Ia memaksa kedua sudut bibirnya untuk terangkat.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi." Ucap wanita itu dan langsung keluar dari mobil Rendra. Bahkan tak menunggu pria itu untuk meninggalkan halaman rumahnya, Kanaya langsung masuk kedalam rumah begitu saja.

****

Kanaya membuka pintu dan mendapati Vano, adiknya yang masih asik menonton diruang tengah.

"Pulang telat lagi?" Gumam adiknya tanpa mengalihkan fokus dari layar tv.

Kanaya tak menjawab. Ia langsung menuju kamarnya. Wanita itu ingin cepat-cepat tidur. Raga dan otaknya merasa lelah.

Kanaya memilih mengecas ponselnya diruang tengah. Namun wanita itu teringat kalau dirinya belum mandi. Kanaya membuang napas panjang.

Setelah selesai dengan kegiatan mandinya, pikiran Kanaya tidak lepas dari Rendra. Dan juga ia merutuki mulutnya yang harus bertanya hal sesensitif itu.

Tapi Kanaya juga masih syok. Ia tak menyangka sikap rese Bosnya selama ini hanya untuk mencari perhatian. Really? Maksud Kanaya, apa itu terdengar masuk akal? Pendekatan macam apa yang malah menyusahkan lawan jenisnya? Coba kalau Kanaya tidak mengeluarkan unek-uneknya kemarin. Apa saat ini Rendra masih melancarkan aksi berkedok pedekatenya yang membuat Kanaya kesusahan?

BOSS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang