Alasan Dari Semuanya.

5.6K 333 37
                                    


Flashback (1)

Rendra agak tidak enak meninggalkan Kanaya setelah berpamitan ada perlu dengan pak Tirta. Padahal dia ingin sekali makan siang dengan Kanaya, namun dia juga tidak bisa menolak desakkan pria paruh baya itu yang sudah menerornya sejak beberapa hari lalu.

Rendra melangkah kedalam tempat janjiannya dengan Tirta. Entah apa yang ingin ia bicarakan, namun Rendra yakin, pasti tidak akan jauh dari perihal Vanessa.

Tirta tersenyum dan mempersilahkan Rendra duduk. Ia pun menurut.

"Selamat siang, Rendra. Akhirnya kita bisa ketemu juga." Ucap pria paruh baya itu.

Rendra hanya tersenyum tipis sebagai balasan.

"Pak Tirta pengen ketemu saya, ada apa?" Tanya Rendra tak ingin basa-basi.

Tirta tertawa. "Kamu ini canggung banget. Santai aja. Saya cuma mau berbincang ringan kok. Kamu udah sempatkan kesini, berarti tidak sibuk kan?"

Rendra hanya tersenyum sekilas sebagai jawaban.

"Oh iya. Saya sudah pesankan menu untuk kita. Sebentar lagi sampai." Ucap pria itu.

Dan betul saja. Tak berapa lama kemudian, sang pramusaji datang membawa makanan mereka.

Tirta mengambil sendok dan garpunya dan mulai menyantap makanan.

"Silahkan, Rendra." Ucapnya. Rendra pun mengikuti saja alur yang sudah diatur pria itu.

"Jadi.. bagaimana kamu dengan Vanessa?" Tanya pria itu tanpa mengalihkan pandangan dari makanannya.

Sudah Rendra duga. Pasti tentang Vanessa.

"Kami baik." Jawab Rendra singkat.

Tirta kembali tertawa. "Maksud saya, bagaimana rencana kamu dan Vanessa kedepan? Kalian sudah lama kenal. Sebaiknya segera pikirkan untuk ke jenjang yang lebih serius."

Rendra tersenyum miring. "Kami hanya teman, Pak." Ucap Rendra.

Tirta melepas alat makannya dan menatap Rendra. "Teman? Vanessa bilang kalian punya hubungan khusus. Tidak usah main-main, Rendra. Kalian sudah bukan anak kecil lagi." Ucap Tirta memberi saran. Tapi lebih kearah memaksa. Pria itu tiada henti terus memperjuangkan ego anaknya.

Padahal dari dulu Rendra sudah tegaskan dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Vanessa. Pria itu pikir Tirta hanya basa-basi setiap kali mengucapkan itu. Tapi entah kenapa, semakin lama semakin sering dan Rendra mulai risih. Ia bisa melihat betapa liciknya keluarga Adhicandra ini.

Rendra ikut melepas alat makannya dan menatap Tirta dengan lantang.

"Maaf, Pak Tirta. Saya pikir ini bukan pertama kalinya saya bilang tidak ada hubungan apa-apa dengan Vanessa. Sepertinya pak Tirta tidak mengerti. Atau memang tidak mau mengerti?"

Rendra membuang napas panjang. "Saya tekankan sekali lagi. Saya tidak punya hubungan apapun dengan Vanessa. Kami hanya teman. Dan juga.. saya mau bilang kalau saya sudah punya pacar. Dan saya punya niat serius pada pacar saya. Jadi saya mohon, Pak Tirta dan keluarga bapak berhenti menjodohkan kami. Saya tidak suka." Ucap Rendra terang-terangan.

Wajah Tirta sudah tak bisa ditebak lagi. Ia marah. Rendra tau pria itu sudah naik pitam didalam sana. Tapi ekspresi senyumnya tetap ia paksakan. Bahkan tangan pria itu sudah mengepal erat.

Rendra sengaja melirik arlojinya, tidak ingin berlama-lama disitu.

"Saya rasa pembahasan kita sudah selesai. Terima kasih Pak Tirta untuk makan siangnya. Tapi, saya sudah kenyang. Kalau begitu saya permisi dulu." Ucap Rendra segera beranjak dari sana.

BOSS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang