Terbongkar

6.5K 324 18
                                    





Malam berganti pagi. Seorang wanita yang tertidur di sofa mulai mendapatkan kembali kesadarannya. Dengan sekujur tubuh yang terasa sakit, Kanaya mencoba mengubah posisi menjadi duduk. Ia merintih sambil memegang kepalanya yang berdenyut hebat.

Akibat tidur di sofa, leher hingga punggungnya ikut-ikutan terasa sakit. Kanaya melirik jam dinding diruang tengah itu. Setengah dua belas siang. Ya, itulah waktu yang terpampang disana.

Kanaya sudah tidak kaget lagi, ia teringat akan kejadian semalam yang membuatnya kehilangan kendali. Apalagi kata-katanya terhadap Aslan. Untuk sesaat, Kanaya menyesali perbuatannya.

"bego bego bego!" Gumam Kanaya pada diri sendiri.

Kanaya meraih kesekitar sofa untuk mencari ponselnya. Namun wanita itu baru ingat, ternyata ponselnya masih didalam tas. Kanaya pun beranjak dengan tertatih menuju nakas disamping pintu masuk dimana tasnya diletakkan.

Setelah menemukan ponselnya, Kanaya segera menghubungi Yessa. Tak butuh lama untuk wanita itu mengangkat panggilannya.

"Halo Yess,"

"Iya Mbak?"

"Sori saya ga ke butik tadi pagi. Disana aman-aman aja kan?"

"Iya Mbak gapapa, disini aman terkendali kok. Kita sengaja ga nelpon Mbak Kanaya biar Mbak bisa istirahat."

Kanaya tersenyum masam. Selain malu pada Aslan, ia merasa malu pada karyawannya juga sekarang. Ia juga tidak lupa bagaimana dirinya merepotkan dan membuat malu direstoran. Kanaya meringis. Lagi-lagi ia merusak citranya didepan karyawan.

"Oh gitu, oke Yess. Sebentar lagi saya kesana. Ini mau siap-siap dulu."

"Baik Mbak, hati-hati dijalan."

"Iya. Makasih Yess."

"Sama-sama Mbak."

Tutututtt...

Panggilan telpon pun terputus. Kanaya membuang napas panjang. Dengan langkah malas, ia pun berjalan ke kamar mandi. Ia mewanti-wanti diri sendiri agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi.



******


Sesampainya di butik, seperti biasa, Kanaya bergelut dengan pekerjaannya. Ia sengaja menyibukkan diri agar bisa melupakan kejadian semalam. Namun tiba-tiba, Astrid mengetuk pintu ruangannya. Kanaya segera menghentikan aktivitasnya dan memandang kearah pintu.

"Permisi Mbak."

"Ada apa Strid?"

"Di depan ada Pak Aslan, katanya mau ketemu."

Kanaya mengernyit. "Suruh masuk aja." Perintahnya.

Sejak kapan pria itu izin dulu kalau mau masuk ke butik, apalagi ke ruangan Kanaya? Kan dia sudah terbiasa masuk tanpa izin.

"Baik Mbak." Ucap Astrid kemudian berlalu dari sana.

Tak selang berapa menit, Aslan pun muncul dari balik pintu.

"Hai cantik." Sapanya full senyum seperti biasa. Sebuket bunga mawar pink sudah bertengger ditangannya.

Kanaya lagi-lagi mengernyit. Kesambet apa ini orang? Bukannya tadi malam dia pergi begitu aja? Kok hari ini udah kembali ke Aslan yang seperti biasanya. Tapi sudahlah, Kanaya tidak mau ambil pusing.

"Hai, ada apa kesini?" Jawab Kanaya seadanya. Jujur, ia agak canggung karena kejadian semalam. Apalagi tentang dirinya yang membahas tentang Rendra. Tapi melihat Aslan yang sudah bersikap biasa, Kanaya pun mencoba untuk merespon dengan tenang.

Aslan tersenyum kecut. "Emang kesini harus punya alasan ya?"

Kanaya ikut tersenyum. "Enggak juga sih."

BOSS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang