Date

13.5K 658 3
                                    




Kanaya, Laras, Yanti, Dewi, Mila, Nanda, Wulan, dan Indah tengah duduk disalah satu meja besar, di restoran padang dekat kantor yang sudah menjadi langganan mereka. Pokoknya setiap makan siang, restoran itu berada di list nomor satu yang sering mereka datangi.

Ketujuh wanita itu duduk sambil bersila tangan. Kini, perhatian mereka lebih terarah pada penjelasan Kanaya dari pada nasi padang yang sudah didepan mata.

"Jadi, udah selesai nih diem-diemannya?" Tanya Laras.

Kanaya tersenyum canggung mendengarnya. Ia sudah seperti disidak tujuh emak-emak.

"Gue bingung banget deh. Gimana ceritanya sih dari yang kejar-kejaran sampe bisa berakhir traktir kita makan? Jalan ceritanya tuh gimana, gue ga paham banget coba jelasin dong." Celetuk Indah.

Dewi mengangguk setuju. "Iya, Nay. Kayaknya lo ada nyimpen sesuatu deh dari kita. Ada yang lo belum ceritain ya?"

"Bener banget. Pak Rendra tuh suka tiba-tiba sama Kanaya. tiba-tiba ramah, tiba-tiba rese, tiba-tiba baik, eh kemarin malah tiba-tiba ngindar. Gue penasaran, ini Pak Rendra punya kepribadian ganda apa gimana?"

"Nay, belum mau jelasin?" Pancing Dewi.

Kanaya membuang napas panjang. Ia bersiap untuk menjelaskan semua pada teman-temannya.

"Jadi gini.."

Kanaya menceritakan semua kisahnya dengan Rendra. Mulai dari hal yang paling kecil hingga hal yang paling besar. Semua yang Kanaya rasa perlu ia curahkan, ia curahkan langsung pada para sahabatnya. Sesekali ia tertawa dan menghela napas saat menjelaskan. Namun sekali lagi, apapun yang Kanaya bilang saat ini, hanyalah tentang dirinya dan Rendra. Tidak ada privasi pria itu yang Kanaya buka disini.

Ketujuh wanita yang mendengar dengan saksama itu membulatkan mata terkejut. Bahkan ada yang sampai berteriak hingga mereka perlu membekap mulutnya.

Setelah berhasil mencurahkan semua, Kanaya bernapas lega. Akhirnya bisa juga ia menceritakan semua itu pada teman-temannya. Rasanya begitu ringan di pundak. Seperti ada beban yang terlepas dari sana.

"Gue sudah mewanti-wanti pak Rendra. Gue sangat takut kalau dia melewati batas." Jelas Kanaya diakhir kata.

Indah tersenyum ramah. "Memang begitu kali, Nay. Namanya juga lagi anget-angetnya."

Nanda mengangguk. "Bener. Gue juga kalau jadi Pak Rendra mungkin bakal melakukan hal yang sama."

"Pak Rendra ga sengaja kali Nay. Yang dipikiran dia tentang lo ya cewek yang dia suka. Mana inget dia kalau lo juga masih sekretrisnya." Tambah Mila.

"Eh bentar-bentar. Emang Pak Rendra ada ngajak Kanaya pacaran?" Tanya Dewi dengan tatapan bingung ketika mendengar semua statement yang diberikan teman-teman lain.

Mereka langsung menatap Dewi sambil mengernyit bingung. Kemudian saling bertatapan satu sama lain.

Lah iya juga ya. Kan Pak Rendra ga ada ngajak pacaran secara resmi. Mana kelakuan mereka udah kayak pasangan lagi. Waduh-waduh. Bisa bahaya nih kalau hubungannya masih belum jelas begini.

"Nay,"

"Hm?"

"Pak Rendra belum nembak lo?"

"Mati dong gue."

"Serius, Nay."

"Tapi kan pak Rendra udah ngaku didepan Vano kalau dia pacar Kanaya." Celetuk Wulan.

Laras menggeleng kuat. "Nggak. Itu ga bisa dijadikan kepastian. Malahan perhatian yang terlalu banyak tapi belum disertai status yang jelas bakal bikin rumit nantinya."

BOSS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang