🦊4🐰

535 90 18
                                    

$Author POV$

Jurusan Jurnalistik meliputi banyak media massa.

Tapi jurusan ini dikenal dengan orang-orangnya yang cupu :v

Kutu buku.

Dan banyak hal.

Berbeda denganmu.

Penampilanmu terlihat modis dan paling stylish di antara yang lain.

Sangat mudah menemukanmu karena kau sendiri mahasiswa yang mendapat beasiswa dan nilai IPK tinggi.

Namun sayang seribu sayang, tawaran dari banyak temoat yang bergengsi entah kenapa tidak pernah sampai padamu.

Hal aneh bukan?

Bukan karena kau menolak tawaran mereka.

Tapi memang benar-benar seolah tidak ada yang datang padamu.

Padahal tulisanmu di setiap artikel sangat indah dengan pemakaian bahasa yang tetap sopan.

"Tempat itu menawarimu pekerjaan?"

"Yap, meski kecil dan hampir bangkrut karena aku mereka jadi bisa bayar hutang"

"Hebat! Apa tidak sayang? Bakatmu itu lho"

"Hm? Masa bodoh dengan itu, aku lebih suka mulai dari nol hingga berhasil"

Itulah tekadmu.

Tidak peduli bagaimanapun dan seburuk apa tempat tersebut, kau akan bekerja keras.

"Iri deh denganmu"

"Hitoka-chan pasti bisa kok! Desainmu itu aku suka!"

"Jangan begitu dong, aku malu"

"Ah, kawaii na Hitoka-chan~ kalau aku lelaki sudah aku pacari"

"Apaan sih?"

"Joudan dayo", manikmu menatap ke salah satu anak yang sedari tadi menatapmu kini memalingkan mukanya. "Oh, ya waktu aku magang aku lihat Shochan tapi sepertinya dia tidak melihatku"

"Hinata-kun? Nanti juga ketemu, kan mereka mau tanding di kampus kita".

"Hm~ sokka~"

Senyum misteriusmu memiliki arti bagi setiap orang yang menganggapmu rival.

"Hihi, aku punya firasat aku akan dikeluarkan dari tim mading", katamu.

"Eh? Kok gitu? Selama kuliah kau cuma pernah sekali buat mading untuk kampus dan itu membuat setiap yang lewat berhenti buat membacanya"

"Kecuali tugas kuliah, sampai dipajang dosen, hanya firasat saja kok. Masih ada kuliah tidak? Kita shopping yuk"

"Kebetulan tidak, ayo!"

"Girls time!"

🦊🐰

$Reader POV$

Shopping memang menenagkan batin.

Tapi tidak dengan dompetku haha.

Masa bodohlah.

Bayaranku di magang waktu utu tidak jadi dipotong, malah dikasih bonus soalnya laris majalahnya.

Woya dong berkat aku!

"Umai!"

"Padahal baru saja makan tadi di kampus, masih muat ya"

"Haha! Enak sih! Hai crepes bagaimana kau bisa seenak ini mabis? Muah"

"Aku iri deh kau makan banyak tapi tubuhmu tetap bagus"

"Hitoka-chan! Berhenti mengiri! Ayo ikuti aku! Aku keren! Aku keren! Aku keren!"

Umurnya di bawahku setahun tapi dia temanku sejak SMA.

Sepupuku pernah mengajakku ke Karasuno buat lihat-lihat.

Dan aku akrab dengan manejer mereka.

Kiyo-chan sibuk, sepi rasanya.

Beda ya yang sudah menikah dan masih jomblo gini hiks.

"Ne Hitoka-chan"

"Hm?"

"Kau tahu cerita apapun tentang Miya Atsumu?"

"Eh? Ehm, tidak begitu sih kenapa?"

"Aku mau buat artikel skandal untuknya zehahahaha!"

"Eh!? Dame yo!"

Kesal sih! Masa kejadian lama masih diungkit-ungkit?

Segitu dendamnya padaku?

Awas saja kau Miya Atsumu!

Kau salah mencari musuh!

"[Y/n]-chan, bagaimana jau sekarang?"

"Maksudmu?"

"Masih...tidak mau membuka hati untuk lelaki?"

"Hm~ yah~"

Sulit rasanya.

Aku tanpa sadar membuat tembok baja yang tinggi di hatiku.

Agar tidak tertembus siapapun.

Aku tidak mau mengulang kejadian lalu.

Cukup si titan dari sekolahku dulu saja, tidak yang lain.

"Jangan begitu dong"

"Bagaimana ya...rasanya aku masih tidak bisa memaafkannya"

"Tidak apa sih, memang lukamu belum bisa menutup dengan cepat ya [y/n]-chan"

"Gini lho ya, aku sedang tidak mau cari pacar, karirku dulu aku bangun"

"Tapi masa tidak ada yang baik denganmu?"

"Ada, ayahku"

"Hah, sudahlah"

Bohong sih. "Ada, kembaran si Atsumu bejad"

"Osamu-san!? Serius?"

"Hm, yah, onigiri buatannya enak"

"Makanannya ternyata"

Dia baik, tapi itu hanya keramahan untuk pelanggan saja.

Bukan lebih.

Meski aku sering ke sana dan minum-minum dengannya bukan berarti aku menyukainya.

Aku tidak mau jatuh hati pada seseorang dulu.

Tidak menikah pun tak apa.

Apa buruknya sih?

Ah, buruknya kau akan diomeli ibunu dan ibumu jadi suka menawarkanmu ke anak tetangga.

Cih, merepotkan.

"Jadi ingin sebat"

"Kurangi dong [y/n]-chan"

"Hitoka-chan gimana kalau kau saja pacaran denganku"

"Nggak, batangan masih banyak"

"Hidoi na~"

Lelaki di mataku hanya seperti objek untuk berita skandal di artikelku.

Sly Fox and Dumb BunnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang