1. Alkana Abhivandya

94 17 1
                                    


Note : Cast/aktor yang digunakan dalam cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan di real life.

• Happy Reading •

Alkana Abhivandya adalah anak yang bisa di bilang mampu dalam hidupnya, ia sering menghamburkan uangnya demi barang yang tidak berguna.

Alkana selalu boros akan sesuatu, tetapi itu dulu. Sejak ayahnya meninggal 7 bulan yang lalu perusahaan ayahnya menurun drastis. Sehingga Alkana harus lebih hemat dalam menggunakan uang.

Sejak saat itu juga Alkana pindah ke perumahan yang sederhana dan otomatis Alkana harus pindah sekolah yang baru di dekat perumahannya.

Sebenarnya ia sangat malas untuk berkenalan lagi dengan teman barunya tetapi apa boleh buat, mau tidak mau ia harus menuruti perintah Bundanya.

Dan hari ini adalah hari pertama ia ke sekolah baru. Hari Senin memang hari yang menyebalkan. Terlebih lagi cuaca dingin yang semakin membuat Alkana merapatkan matanya dengan selimut yang terbalut di tubuhnya.

"Kanaaa astaga! Bangun ini sudah jam berapa, kamu nanti telat masuk sekolah." Teriak Vania sedikit tergesa-gesa.

"Iya Nda bentar 5 menit lagi deh, ini masih pagi banget Nda." Alkana mengerang tidak suka karena tidurnya yang terganggu.

"Masih pagi dari mana, Bunda udah dengar berapa kali alarm yang bunyinya gak jelas itu nadanya." Vania masih setia menggoyangkan tubuh Alkana guna untuk membangunkannya tetapi tidak ada hasil sama sekali.

Bagaimana Vania tidak mengatakan kalau alarm yang digunakan Alkana itu aneh, ia mengatur nada alarmnya dengan suara panci yang jatuh dan tentu sangat nyaring bunyinya.

Alkana beralasan menggunakan suara itu untuk membangunkannya lebih cepat tetapi tidak berfungsi sama sekali.

Dengan berat hati ia segera bangun dan menuju kamar mandi dengan mata yang masih terpejam.

Setelah itu ia mandi dan memakai seragam lengkap layaknya anak sekolah lainnya.

°°°°°

"Kana turun sayang kamu harus sarapan dulu sebelum berangkat." Teriak Vania lagi sampai terdengar ke lantai atas.

"Iya Nda sebentar lagi pake dasi." Jawab Alkana tak jauh lebih keras dari suara Bundanya barusan.

Lalu ia langsung turun ke bawah menuju meja makan untuk sarapan. Ia melihat Nathan, adiknya yang berbeda 12 tahun dengannya itu sedang asik sendiri dengan mainan mobil-mobilan yang baru dibelikan Bunda kemarin sore.

"Kana nanti di sekolah baru jangan bawa-bawa sikap buruk yang kamu lakukan dirumah." Peringat Vania sembari mengoleskan selai kacang pada roti yang ada di tangannya.

"Iya Bunda yang cantik sejagat raya." Jawab Alkana malas dan penuh penekanan.

Pasalnya dulu ia pernah membuang angin tepat di depan wajah Nathan, tanpa merasa berdosa.

Nathan yang di perlakukan seperti itu pun marah, lalu ia menimpuk bokong kakaknya itu menggunakan mainan mobil yang bisa dibilang cukup berat.

Sepertinya Nathan tidak salah memilih mainan itu untuk membalas kelakuan kakaknya.

Alkana yang merasakan bokongnya seperti tertimpuk bom itu pun meringis kesakitan. Nathan sangat puas ketika melihat wajah kakaknya yang menahan sakit sambil memegang bokongnya yang hampir copot.

Kanvas yang Telah UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang