♡♡♡
• Happy Reading •
Tepat pukul 09.30 bel sekolah terdengar menandakan waktu istirahat sekian 2 jam lamanya pelajaran matematika.
Semua murid di kelas sudah menahan lapar untuk segera pergi ke kantin tapi Bu Ratna tak kunjung selesai membahas pelajaran yang hampir tidak disukai seluruh siswa.
Tetapi tidak dengan Alkana, ia masih setia memperhatikan Bu Ratna yang sedang menjelaskan materi. Bagaimana bisa Alkana menyukai matematika.
"Bu maaf, waktu mata pelajaran Ibu sudah selesai." Ucap Aziel selaku ketua kelas dengan sangat sopan.
"Baiklah, sekarang kalian boleh istirahat tetapi jangan lupa kerjakan matematika halaman 210 untuk pekerjaan rumah." Perintah Bu Ratna untuk mengakhiri pembelajaran.
Lagi-lagi Dareen menghela napas, mengapa Bu Ratna tidak pernah absen untuk memberi pekerjaan rumah.
"Baik Bu" Jawab seluruh siswa dengan kompak.
Bu Ratna langsung membereskan buku-buku yang terletak diatas meja guru dan memasukannya lagi ke dalam totebag putihnya itu.
Ia langsung keluar kelas tak lupa berpamitan dengan anak muridnya. Sebenarnya ia juga sangat lapar seperti yang lainnya tetapi matematika bisa menahan rasa laparnya hingga lupa jam istirahat.
Semua siswa pun langsung berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin mengisi perutnya yang kosong.
Sementara di mejanya Alkana masih sibuk membereskan buku-bukunya. Aziel dan Dareen yang melihat itu pun langsung menghampiri Alkana untuk mengajaknya ke kantin.
"Alkana, lo mau ikut kita ke kantin gak?" Ajak Aziel yang diikuti anggukan Dareen.
Yang diajak sempat bingung beberapa saat karena ini pertama kalinya ia diajak ke kantin oleh teman sekolahnya.
"Ayolah, gue bayarin deh." Dareen menawarkan traktirannya pada Alkana supaya bisa ikut dengannya.
"Asik, gue juga di traktir kan Reen?" Tanya Aziel dengan mata berbinar.
"Gak gak nanti lo borong sekantin-kantin lagi." Dareen langsung menolak mentah-mentah Aziel.
Alkana hanya terkekeh melihat kedua teman barunya itu.
"Ayo boleh deh." Alkana mengiyakan ajakan Aziel dan Dareen. Lagi pula siapa sih yang bisa menolak untuk di traktir.
"Eh sebentar, Sya lo gak mau ikut?" Baru saja melangkahkan satu kakinya Alkana berbalik badan untuk menawari Fanasya untuk ikut ke kantin.
"Iya Sya ayo ikut, sekali-kali gitu ke kantin." Tambah Dareen memberanikan diri untuk mengajak Fanasya.
Semenjak Fanasya sekolah disana ia memang jarang sekali ke kantin, ia lebih sering menghabiskan waktu istirahatnya untuk menggambar atau hanya mendengarkan musik di kelas yang sunyi.
"Gak dulu deh, sorry." Fanasya dengan rasa malasnya menolak ajakan teman-temannya itu.
Dareen yang sudah menduga kalau Fanasya menolak ajakannya itu hanya mengangguk-angguk paham.
"Beneran? Lo gak mau nitip apa gitu?" Alkana kembali bertanya. Fanasya hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Okelah." Alkana berkata singkat.
Lalu mereka bertiga melangkahkan kakinya menuju kantin untuk mengisi perutnya yang lapar sama halnya dengan siswa yang lainnya.
Setelah kepergian ketiga temannya itu ia berpikir mengapa Alkana sudah merasa akrab sekali dengannya padahal ia baru saja kenal tadi pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas yang Telah Usai
Teen FictionTentang seorang gadis kesepian yang mempunyai bakat melukis. Lalu datanglah lelaki yang sangat berharga dalam hidupnya, namun itu hanya sementara saja. "Fanasya, kita tumbuh sama-sama ya, biar aku bisa lihat kamu jadi pelukis." Ucap Alkana dengan se...