♡♡♡
• Happy Reading •
Alkana menepuk halus pundak perempuan itu yang telihat sedang tidur di atas meja dengan tangan yang terlipat. Sang perempuan yang merasa disentuh itu pun sontak kaget mendapati laki-laki yang sudah berdiri di depannya.
Fanasya dengan emosi yang memuncak karena merasa tidurnya itu terganggu langsung menatap tidak suka orang yang ada di depannya itu.
"Lo ngapain sih ganggu aja tau gak dan lo juga siapa, lo gak liat gue lagi tid-" Belum juga menyelesaikan kalimat itu Alkana langsung memotong ocehan yang keluar dari mulut Fanasya.
"Suttt, kenalin gue Alkana, gue anak baru di sini dan gue mau duduk dikursi ini." Potong Alkana dengan jari telunjuk yang ditempatkan tepat di depan bibir Fanasya guna untuk menghentikan ocehan perempuan cerewet yang baru ia temui.
Seisi kelas tampak terkejut dengan apa yang mereka lihat di pagi hari itu. Karena di kelas tidak ada yang berani mengganggu Fanasya bahkan hanya sekadar berbicara padanya, kecuali Zeline. Dan di pagi itu Alkana satu-satunya murid di kelas yang berani mengganggunya.
Zeline yang sedang mengerjakan PR matematikanya itu pun ikut terkejut, ia sampai berpikir untuk memberi penghargaan serta karpet merah untuk Alkana.
Fanasya menepis jari telunjuk yang ada di depannya dan tanpa rasa beban Fanasya langsung menjawab "Gak, ini dua-duanya kursi gue kalau lo mau duduk cari kursi lain aja sana."
Alkana yang merasa tidak mendapat izin untuk duduk di kursi itu pun langsung menjawab lagi dan lagi hingga Fanasya benar-benar marah.
"Tapi yang kosong cuma kursi di samping lo, lagian lo serakah banget sih emang ini sekolah punya Nenek lo?" Protes Alkana yang terdengar menyebalkan.
Di tengah keributan itu bel terdengar nyaring bertanda jam pelajaran pertama akan di mulai. Bu Ratna dengan paras cantiknya itu masuk ke dalam kelas dengan totebag putih yang bertengger dipundaknya.
Semua murid yang melihat itu langsung cepat-cepat duduk di kursinya masing-masing.
Fanasya dengan terpaksa mengambil tas yang ada di sampingnya itu dan mengizinkan Alkana untuk duduk di sampingnya, daripada ia harus mendengar ocehan Bu Ratna. Ia tidak mau hal buruk ketiga datang kepadanya.
"Selamat pagi anak-anak." Salam Bu Ratna dengan nada yang ceria.
"Selamat pagi juga Bu." Balas semua siswa tak kalah ceria. Terkecuali Fanasya.
"Kalian semua pastinya sudah tau dong kalau ada murid baru disini." Tanya Bu Ratna memulai pembicaraan.
"Iya Bu sudah." Jawab semua siswa dengan kompak. Tetapi Fanasya hanya menjawab malas.
"Baik, silahkan ganteng, kasep, handsome maju ke depan perkenalkan diri kamu pada teman-teman." Ucap Bu Ratna mempersilahkan Alkana untuk maju ke depan.
Alkana pun langsung melangkahkan kakinya maju ke depan dan berdiri di depan papan tulis putih yang besar.
Belum mulai berbicara sudah banyak bisik-bisik yang terdengar dari meja baris kedua membicarakan bahwa perkataan Bu Ratna itu benar. 'ganteng, kasep, handsome'.
"Hai, nama saya Alkana Abhivandya bisa dipanggil Alkana atau Kana, senyamannya kalian aja mau panggil apa deh hehe. Salam kenal semoga kalian bisa berteman baik dengan saya." Ucap Alkana memperkenalkan dirinya.
"Asal jangan dipanggil Tuhan aja gak sih?" Celetus Dareen polos dan tak merasa
bersalah. Sekelas dibuat tertawa olehnya."HEH Astagfirullah gak boleh gitu bodoh, anak siapa si lo?" Aziel yang mendengar perkataan teman sebangkunya itu pun langsung menempeleng kepala Dareen.
"Anak Almarhum Pak Ferdi, kenapa lo mau ketemu Bapak gue?" Ujar Dareen berkata jujur dan kembali bertanya.
Aziel hanya menggeleng dan merasa takut serta berdosa karena telah menempeleng kepala anak yatim.
Untuk menembus rasa berdosa itu Aziel mengelus puncak kepala Dareen karena telah menempelengnya.
Dareen yang mendapat perbuatan teman sebangkunya itu langsung menepis tangan yang sedang mengelus puncak kepalanya.
"Idih gay lo ya? Gue bilangin Bapak lo nih" Tuduh Dareen takut yang dikatakannya itu benar.
"Astagfirullah dibaikin ngelunjak, lo mau gue pukul lagi hah?" Ucap Aziel emosi dan tangannya sudah ancang-ancang untuk memukul lagi kapan pun yang ia mau.
"Sudah-sudah ini kenapa jadi ribut sih" Bu Ratna menghentikan keributan itu sambil tertawa kecil.
"Oke jadi kalian bisa panggil dia Alkana atau Kana, semoga kalian bisa berteman baik dengan Alkana." Ucap Bu Ratna kembali pada topik sebelumya.
"Baik Bu."
"Siap Bu." Jawab semua siswa.
"Kalau gitu silahkan kembali duduk dikursi mu, Ibu akan memulai pembelajaran." Bu Ratna kembali bicara untuk mengakhiri semuanya.
"Baik Bu, terimakasih." Alkana menundukan sedikit tubuhnya dan langsung kembali duduk dikursi samping Fanasya.
Fanasya yang sedang menggambar di sketch book itu memutar bola matanya malas melihat manusia yang disampingnya .
"Gue Alkana." Ucap Alkana sembari menjulurkan tangannya.
Sejenak Fanasya berpikir, bukankah tadi ia sudah memberi tahu namanya pada saat memperebutkan kursi, bahkan ia baru saja memperkenalkan dirinya di depan kelas. Ah mengapa ia jadi memikirkan itu.
"Udah tau." Jawab Fanasya singkat dan membiarkan tangan Alkana yang masih setia seperti itu.
"Oke, nama lo siapa?" Alkana menurunkan tangannya dengan canggung dan bertanya pada perempuan disampingnya itu.
"Perlu banget tau?" Fanasya bertanya kembali.
"Iya lah kan lo teman sebangku gue, kalo gue gak tau masa iya lo gue panggil 'Cewek cerewet', mau emang? Ok kalau lo mau."
Fanasya tidak habis pikir lagi, laki-laki yang disampingnya ini terbuat dari apa sih sampai bisa semenyebalkan ini.
Dengan tangan halusnya itu Fanasya langsung mengambil buku tulis yang di dekatnya dan memukul lengan atas Alkana.
"Gue Fanasya." Ucap Fanasya yang masih emosi dan kembali dengan sketch booknya itu.
"HAHAHA oke oke, pukulan lo berasa juga." Alkana tertawa sembari mengusap-usap lengannya.
Tanpa Fanasya sadar ada segaris bentuk senyuman yang terukir di bibirnya.
"Fanasya." Panggil Alkana memastikan bahwa namanya memang benar Fanasya.
Fanasya yang sedang menggambar itu hanya menoleh dan tidak menjawab apapun.
"Oke bener berarti nama lo Fanasya" Ucap Alkana yang sudah yakin.
"Lo udah ngerasain ditimpuk pake ember cat belum?" Fanasya benar-benar ingin menimpuk Alkana dengan ember cat yang ada di rumah, sayangnya ia tidak membawanya.
Masa iya sih membawa ember cat ke sekolah, yang ada seisi sekolah akan membullynya.
Alkana hanya tertawa karena berhasil membuat Fanasya kesal.
Fanasya tidak habis pikir kenapa temannya tidak ada satu pun yang normal atau ia sendiri yang salah memilih teman.
Eh? Fanasya sudah menganggap Alkana sebagai teman? Ah biarkan saja lah itu urusan Fanasya menganggapnya sebagai apa.
Seluruh siswa kembali memperhatikan Bu Ratna yang sedang membahas pekerjaan rumah matematika yang baru saja Zeline kerjakan tadi pagi.
Dan Fanasya juga melanjutkan kegiatan menggambarnya itu, ia terlalu malas hanya untuk sekadar mendengarkan penjelasan Bu Ratna. Toh ia sudah mengerjakannya juga kan.
To Be Continue
Holla, sorry udah lama gak update HAHAHA. Semoga suka yaa, byee see you di chapter 4.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas yang Telah Usai
Teen FictionTentang seorang gadis kesepian yang mempunyai bakat melukis. Lalu datanglah lelaki yang sangat berharga dalam hidupnya, namun itu hanya sementara saja. "Fanasya, kita tumbuh sama-sama ya, biar aku bisa lihat kamu jadi pelukis." Ucap Alkana dengan se...