Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar hangat kalian! Selamat membaca cintaahhh
.
.
.
Giandra memasang kancing pada kemeja putihnya, dibantu cermin di hadapannya.
Saat bercermin, Giandra dibuat salah fokus oleh kantung matanya yang terlihat memburuk di cermin itu. Mau bagaimana lagi... ia sudah mencoba untuk tidur dan melakukan berbagai hal untuk bisa mengalihkan pikirannya sebentar saja dari masalah yang baru saja terjadi. Namun sepertinya, hatinya menolak untuk lupa! Tatapan sedu Arsa padanya masih terngiang sampai saat ini. Meski bibirnya berkata kalau dirinya tidak sedih, namun matanya bersorot lain, dan Giandra menyadari itu.
Meski bukan kesalahannya, Giandra tetap merasa sangat bersalah. Apalagi, mengingat kejadian-kejadian buruk yang pernah terjadi pada Arsa dulu hingga saat ini, meski begitu, bisa-bisanya anak itu tetap tersenyum pada Giandra. Giandra sangat kesal pada Arsa kali ini, sungguh. Kalau boleh, Giandra ingin menampar anak itu sekali saja lalu bilang padanya "Abang sayang kamu" beribu-ribu kali sebagai gantinya.
Giandra menghela napasnya, lalu menuju tempat dimana ia menyimpan sisa gajinya bulan ini. Mengapa waktu itu Tuhan membuat Giandra terpikirkan untuk menyimpan sedikit gajinya, ternyata punya maksud tersendiri, dan hal itu terbukti saat ini. Giandra pun sangat tidak dapat menebak hal seperti ini akan terjadi. Jadi ia sangat berterima kasih pada Tuhan.
Namun, ia tetap ragu, "Memangnya duit segini muat?"
Pertanyaan itu berputar-putar di pikirannya. Tidak mau hilang. Sampai Giandra muak sendiri jadinya.
Giandra beranjak, menyimpan kembali uangnya, lalu mengambil kaca mata yang ia letakkan di nakas di samping ranjangnya. Memutar perlahan knop pintu ke bawah, lantas menariknya ke dalam, dan kemudian, pintu itu terbuka. Pelan-pelan Giandra melangkah keluar, menutup pintu kamarnya.
"Nanti sepulang Abang dari kantor, kita langsung ke toko alat musik, ya? Beli gitar baru."
Arsa langsung menggeleng, ketika mendengar tawaran Giandra yang mengajaknya untuk membeli gitar baru. "Nggak mau. Keras kepala."
Giandra menarik napasnya dalam-dalam sebelum menghembuskannya hingga mengeluarkan suara mendengus, "Sok-sokan ngatain orang keras kepala." Giandra berdecak kesal, kemudian kembali bertanya, "Memangnya kenapa nggak mau? Coba kasih tau Abang alasan kamu buat nolak ini apa? Kamu masih marah?"
Arsa berdecak, terlihat jelas diwajahnya ekspresi kesal dan marah. "Duh! Arsa nggak marah. Dan Arsa bilang, Arsa nggak mau. Nggak ada alasannya. Cukup?" ucapnya gusar.
"Kalo udah nggak marah, kenapa wajahmu masih kaya gitu?"
"MUKA GUE UDAH GINI DARI LAHIR KELEZZ!!! Tanyain Mama noh!! Kenapa muka gue kaya gini!!!" bentak Arsa yang sudah sangat kesal. Mungkin karena dari tadi pagi ditanyai terus.
Tapi, mau seperti apapun, Giandra tetaplah seorang abang. Seorang kakak. Yang nggak mungkin membiarkan adiknya menyimpan perasaan sendirian tanpa menanyainya.
"Yaelahhh, Sa! Abang nanya baik-baik loh!!"
"Tau! Yang bilang lo nanya sambil nendang muka gue, siapa!?"
Giandra berdesis kesal, "Ada ya, adik yang bandelnya kaya lo, Sa!"
"Iya! Ada!"
"Adik keras kepala!"
"Iya! Memang!"
"Adik durhaka!"
"Iya!"
"Gitar baru!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A(R)SA • Haechan [ END ]
Fanfic"Mama, asa Arsa kali ini sederhana. Arsa hanya ingin cerita ini berakhir bahagia." Saat semesta menolak mewujudkan asanya berkali-kali dan enggan mendukungnya berkali-kali, Arsa Chandra Adhikari dan keberaniannya melawan arus kisah, membuktikan bahw...