Selamat membaca, ya! Semoga suka.
.
.
.Hari ini, adalah hari pertama Arsa memakai sepatu barunya, sepatu baru yang Abang belikan tempo hari. Kemarin-kemarin, Arsa sengaja pakai sepatu lamanya lebih dulu, biar sepatu ini dipakai untuk mengawali minggu yang kedepannya akan dipenuhi dengan jadwal penilaian tengah semester.
Sebelumnya, Arsa bertekad untuk tidak akan menggunakan sepatu ini untuk bermain basket, agar nasibnya tidak sama naasnya seperti sepatu lamanya, yang harus rusak karena sudah mengabdi terlalu lama dan dipaksa melakukan apa yang seharusnya bukan tugas sepatu itu. Sebab, bagi Arsa, sepatu rusak itu sangat menyusahkan. Tapi, mau se-menyusahkan apapun Arsa akan tetap memakainya selagi masih bisa dipakai, karena keluhannya tentang sepatu rusak bisa saja lebih menyusahkan buat Abang, yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan Arsa.
Sebelum pergi ke kelas, Arsa mampir sejenak ke koperasi sekolahnya yang barusaja dibuka, untuk membeli pulpen. Di sana, yang berjaga adalah Pak Jeprian. Pas banget, sudah lama Arsa tidak bertemu Mister favoritnya ini.
"Waduh! Long time no see, apa kabar, Sa? Kaki mu udah sembuh, itu?" tanyanya ramah.
"Baik, Mister. Kemarin sempat sakit, tapi syukur udah mendingan, Mister. Mister gimana?"
Pak Jeprian mengangguk paham, sembari memasukkan ke dalam kotak, uang lima ribu Rupiah yang Arsa berikan untuk membayar pulpen yang dibelinya. "Sehat-sehat, kok, Sa," ucap Pak Jeprian seraya menaruh selembar dua ribu Rupiah di atas telapak tangan Arsa yang ditadahkan di depannya.
"Saya ke kelas dulu ya, Mister! Salam sama Miss Rani!" seru Arsa sambil tertawa, lalu pergi menjauh. Sedangkan Pak Jeprian kelihatan kesal, "Nongol-nongol bikin darting aja. Bocah... bocah...."
Di perjalanan menuju kelasnya, Arsa berusaha fokus, karena lapangan basket yang sedang ia lalui ini seolah terus-menerus memanggilnya, mengajaknya untuk bermain di sana. Selain itu, Arsa juga sudah lama tidak menyentuh bola bundar berwarna cokelat itu. Rasanya, tentu Arsa sangat rindu. Tapi Arsa masih ingat dengan apa yang ia katakan kemarin, kalau ia sebisa mungkin tidak akan memakai sepatu baru ini untuk main basket. Jadi, Arsa melepas sepatu itu lantas menaruhnya di samping tasnya yang kini bertengger manis di bangku yang ada dekat sana.
"Habis ini, enggak lagi."
Ia mengambil bola basket yang tergeletak di sudut lapangan sambil bertanya-tanya, "Siapa dah, yang naruh bolanya di sini? Nggak bertanggung jawab banget."
Kemudian, Arsa mulai melakukan sedikit dribble hingga shooting, tapi ia masih belum berani banyak-banyak bergerak dengan kakinya, takut luka yang baru sembuh ini malah kembali kumat.
Saat ia sedang asyik dengan permainannya, tiba-tiba, panggilan seseorang membuatnya terpaksa menghentikan gerak tangannya yang hendak melakukan shooting.
"ARSAAA!!!!"
Arsa menoleh, pada perempuan yang kini mendekat ke arahnya.
"Sepatu kamu mana!? Kemarin Asta bilang kamu keseleo gara-gara nggak pakai sepatu. Halah! Nggak kapok-kapok."
"Biarin, kali," sahutnya judes.
Nada menebar pandangannya ke seantero lapangan basket itu, matanya mencari-cari di mana sepatu Arsa saat ini disimpan. Dan saat menemukannya, Nada langsung mendekati sepatu itu. Nada melihat betapa kinclong dan bersihnya sepatu itu, membuatnya tidak yakin kalau ini sepatu Arsa. Namun, saat menyadari bahwa itu sepatu baru, Nada langsung tergelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
A(R)SA • Haechan [ END ]
Fiksi Penggemar"Mama, asa Arsa kali ini sederhana. Arsa hanya ingin cerita ini berakhir bahagia." Saat semesta menolak mewujudkan asanya berkali-kali dan enggan mendukungnya berkali-kali, Arsa Chandra Adhikari dan keberaniannya melawan arus kisah, membuktikan bahw...