"Tolong, tolong ambilkan kakiku yang tersangkut pintu kereta itu!"
■■■♤♤♤■■■
Pagi dengan hawa lebih sejuk dari sebelumnya, Yuna terbangun dengan keadaan seperti biasa, berbagai mimpi tentang kejadian masa lalu kembali menghantuinya, terutama seseorang yang tidak asing, dia adalah Topan, teman dari Rayan.
Di sana, Topan sedang menangis di depan batu nisan kedua orang tuanya, sembari memukul kepalanya sendiri.
Bayangan hitam telah berada di belakangnya sejak lama, Yuna menyadari itu. Saat ingin mengetahui apa motif dari masalah tersebut, tubuhnya malah kembali ke dunia nyata.
Libur kuliahnya dua hari, pada sabtu dan minggu, ini adalah hari terakhirnya libur. Maka dari itu, Yuna harus memanfaatkan waktunya dengan baik selama 24 jam ini.
"To, Yanto! Bangun!" panggil seseorang saat Yanto masih memejamkan matanya. Yuna hanya bisa mengintip di balik pintu kamarnya sembari mendengar dialog kedua lelaki itu.
Ketika Yanto menoleh, ia mendapati temannya yang sedang terburu-buru dengan panggilan itu. Segera bangkit, mengibas rambutnya yang sedikit kusut yang hampir memanjang, edisi bapak-bapak ketika bangun tidur.
Yanto bangkit, menguap dan sedikit menggeliat, lalu meliukkan badan layaknya pesenam pagi hari.
"Lo anter gue pulang, ya?" ajak Topan.
Mata Yanto seketika melebar, menunjuk dirinya sendiri sembari bertanya, "Sa-sama gue, sekarang?"
Mendengar pertanyaan Yanto dengan wajah kusutnya, Topan menjawab cepat, "Iyalah, sama lo! Emang sama siapa lagi? Lo kan pernah gue ceritain tentang masalah ini, tapi lo gak pernah mau percaya, jadi gue mau ngebuktiin kalau ucapan gue itu bener, To!"
Yanto menghela napas, lalu berkata, "Emang beneran mau sekarang pulangnya? Kita baru nyampe ke sini, lho!"
"Gue juga gak tau, mungkin kedatangan gue ke sini, itu sebuah petunjuk buat menyelesaikan masalah ini," jawab Topan berkaca pinggang, raut wajahnya pun seperti belum siap menghadapi masalah ini, tapi mau bagaimana lagi, tak ada yang bisa menyelesaikannya, kecuali dengan buku yang ada di kamar orang tuanya.
"Jadi, kita harus ambil buku itu!" lanjut Topan.
"Beneran sekarang?" tanya Yanto lagi. Baru saja ia membuka mata setelah berjam-jam berada di kereta.
"Gue juga mau ikut," ujar seseorang dari belakang mereka, Yuna sudah bersiap dengan pakaian rapinya. Simpel Seperti biasanya berkemeja hitam, dengan celana jeans.
"Bagaimanapun, ini semua karena gue, makanya banyak terlibat dalam masalah ini," ujarnya lagi.
"Jangan!"
Mendengar tolakkan Topan, Yuna langsung mengernyit heran, lalu bertanya, "Kenapa? Walaupun masih takut, gue udah terbiasa, kok!"
Yanto melirik pada keduanya yang berkata aneh, "Weh, kalian ngomong apa sih? Gue bingung tau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Teribble Dream | Giselle
Horror[Follow dulu sebelum baca, ya!] Yunanda Arlita Sari, Si anak mahasiswa yang tinggal sendirian di kontrakan sering sekali mendapat informasi bahwa rumah yang ditempatinya itu memang horror, tapi dia yang pemberani tidak pernah menghiraukan perkataan...