AR3

10.6K 741 9
                                    

Mobil Brio putih milik Almira itu melaju dengan lambat saat memasuki gapura desa tempat tinggal orang tua Almira. Dari jalan raya itu sekitar sepuluh menit untuk sampai rumah orang tua nya. Setelah melewati perkampungan di dekat jalan raya, Almira harus melewati bentangan sawah yang luas. Beruntung jalanan nya sudah di aspal tidak seperti dulu saat dirinya belum merantau jalannya masih dipenuhu batu kerikil.

Almira sangat menikmati pemandangan itu, sudah lama dirinya tidak melihat hijau nya sawah dan kebun. Udara segar sangat menyejukan dan sedikit menenangkan hatinya yang risau. Dia tersenyum tipis menikmati perjalanan ini.

Apalagi saat melewati sebuah sekolah dasar yang kini berubah. Banyak bangunan baru dan sekarang jadi sangat bagus, tidak seperti saat Almira sekolah disana dulu. Berapa tahun yang lalu Almira sudah lupa tapi dia masih ingat kenangan apa saja yang pernah ada disana. Guru-gurunya, teman-temannya, para pedagang, dia masih ingat semuanya.

Rumah para tetangga yang dulu menggunakan kayu dan bambu kini sebagian berubah menjadi rumah bata. Banyak juga rumah baru yang Almira tidak tahu pemilik nya. Semoga saja dia tidak tersesat karena dia pun sedikit lupa dengan rumah nya. Patokan Almira depan rumahnya itu ada pohon jambu dengan sebuah ayunan tempat dirinya main dulu itu saja yang dia ingat. Apalagi rumahnya sudah di renovasi beberapa tahun lalu. Sepertinya sebentar lagi sampai.

Pohon jambu... Pohon jambu... Pohon jambu...

Almira terus menggumamkan kata itu hingga akhirnya, nah itu pohon jambu dengan ayunan yang sekarang sudah usang itu. Tidak banyak berubah. Almira segera menepikan mobilnya di lahan kosong yang tanah nya masih milik orang tua nya. Tapi, sebentar. Ini beneran rumahnya kan. Dia gak salah lihat kok disana juga ada Uwa dan sodara yang lainnya juga. Tapi ini ada tenda dekorasi. Siapa yang mau nikah?

Almira turun dari mobil dengan sedikit bingung berjalan menuju tempat itu, sembari menyeret koper yang berisi pakaian nya dia melepas kaca mata yang bertengger di atas hidungnya lalu dia naikan ke atas kepala.

"Mir, kamu udah nyampe? " suara teriakan Uwa imas menyambut pertama kali.

Almira segera menghampiri uwa imas dan sodara lainnya untuk bersalaman.

"Sehat Wa? "

"Alhamdulillah, Mir. Kamu sehat juga, kan? "

"Alhamdulillah sehat juga Wa. "

"Uwa mau ke dalam, ngasih tau Ambu mu anak nya udah pulang. " ucap Uwa Imas lalu beliau masuk ke dalam.

Almira tersenyum lalu melanjutkan bersalaman kepada sodara lainnya.

"Akhirnya kamu pulang juga, Mir. " ucap Bi Sumi.

Almira hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Bibi yang satu itu, karena dia tau ujungnya akan seperti apa. Lebih baik dia melanjutkan menyapa yang lainnya.

"Kamu manglingin, jadi nambah cantik. " ucap Teh Endah, anak ke dua Uwa Imas .

Almira tertawa pelan, " Teteh juga. "

"Teteh makin gembrot, Mir. " karena memang Teh Imas yang sekarang lebih gemuk dari yang terakhir Almira ingat.

"Gak papa Teh, berarti bahagia. " jawab Almira.

"Alhamdulillah, Mir. " Teh Imas tersenyum.

"Gak pernah pulang, sekalinya pulang langsung nikah ya, Mir? " Ucap Teh Lia anak Bi Sumi.

"Iya, Teh. "

"Neng? "

Almira menoleh saat mendengar teriakan itu, Ambu nya berdiri di teras rumahnya dengan sorot mata penuh kerinduan.

"Ambu, " Almira berjalan agak cepat menghampiri Ambu nya, bahkan dia melupakan koper yang dia bawa.

"Neng, kamu sehat kan? Baik-baik aja? "

"Sehat, Ambu gimana? " ucap Almira sembari memeluk Ambu.

"Syukur atuh sehat mah, Neng. Alhamdulillah Ambu oge sehat."

Almira melepas pelukan dari Ambu nya lalu bertanya, "Ambu siapa ini yang mau nikah rumah kita di dekor segala, si Teteh mau nikah lagi? " ceplosnya.

Padahal dia sudah hafal Teteh nya itu masih punya suami. Almira ngomong gitu karena kurang suka sama suami si Teteh karena alasan tertentu.

"Huss, kamu tuh ngomong nya sok kamana mendi wae. Si Teteh kan masih ada suaminya. " sanggah Ambu sambil melotot galak, anak nya yang satu ini emang kadang nyebelin.

"Ya terus ini rumah di dekor buat nikah siapa? "

"Nikahan kamu lah, kan Abah udah bilang mau ngawinken kamu makanya di suruh pulang juga, " jelas Ambu nya.

Almira kaget, tidak percaya.

"Ihh kapan bilang nya. Abah mah bilang nya cuma mau ngejodohin doang. "

"Sama aja atuh, Neng. "

"Beda atuh Ambu. "

Sumpah Almira yang galak di tempat kerja nya jadi cengeng di depan orang tua nya. Demi apapun dia ingin menangis mengetahui fakta ini. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca. Bukannya perjodohan itu dikenal kan terlebih dahulu baru menikah. Tapi, kenapa orang tua nya langsung akan menikah kan nya dengan orang yang tidak tau siapa itu. Bagaimana pun Almira juga berhak memutuskan untuk menerima atau menolak perjodohan itu.

Almira rela pulang kampung karena dia ingin melihat dulu bagaimana orang yang akan dijodohkan dengannya. Jika tidak cocok Almira akan menyerahkan orang tua nya untuk mencari lagi pendamping untuk dirinya. Tapi bukan seperti ini ini caranya.

"Aku nggak mau kalo gini caranya mah, " air mata sudah membentuk aliran sungai di kedua pipinya. Bodo amat dengan orang-orang yang melihat drama ini sebentar lagi juga akan menjadi trending topik di kampung itu tentang Almira.

Menikah dengan orang yang tidak dikenal dengan taruhan masa depannya.

"Orang nya baik kok, Neng. Ambu sama Abah kenal baik orang sama keluarga nya. Nggak macem-macem. "

Tidak ada kekhawatiran yang Ambu perlihatkan, beliau nampak biasa saja.

"Tapi aku nggak kenal, " rengek Almira sembari menangis.

"Nanti juga kenal atuh, Neng. Tong nangis ah isin ku batur. " Ambu dengan wajah biasa saja menghapus air mata yang ada di pipi Almira.

"Astagfirullah, Neng kamu kenapa nangis-nangis gini. Ayo masuk dulu atuh ke dalam malah ngobrol di luar, "

Abah datang dengan raut wajah terkejut melihat drama antar Ambu dan Almira.

"Apa lagi ini, Neng kamu nggak pake baju?" Abah menggiring anak dan istrinya masuk ke dalam rumah.

Sebenarnya Almira pake baju sih, mana mungkin dia keluar nggak pake baju. Almira masih waras ya, tapi kalo lagi kerja emang stres nya suka kumat sih. Kadang-kadang.

Abah aja yang nggak tau fashion zaman sekarang. Almira cuma pake tangtop putih yang di lapisi outer terus pake celana jins ketat aja. Pake baju kan, nggak telanjang. Abah nya aja yang ngadi-ngadi. Tapi untuk ukuran orang yang ada di kampung mah emang agak kenapa-kenapa sih kalo make pakaian yang kaya ditu.

"Abah, kenapa mau ngawinken Neng tapi nggak bilang-bilang dulu. Pokoknya Neng mau kabur. " teriakan Almira dari dalam rumah membuat orang yang ada di luar terkesiap kaget.























Hallo teman-teman, cerita ini SUDAH TERSEDIA di aplikasi KUBACA yaa... silahkan mampir ke sana untuk membaca cerita ini dengan lengapnya. Search cerita ALMIRA RINJANI untuk mencarinya. Terimakasih.

Almira RinjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang