Selamat Membaca
Mahen dan Reza datang membawa makan malam untuk Saka dan Gista yang tengah menunggu Papa berdua. Sedangkan untuk malam ini, Mama istirahat di rumah ditemani Bunda.
Gista baru hendak menyuapkan suapan pertama ke dalam mulutnya, sebelum pintu dibuka dengan cukup kasar yang membuat Papa yang tengah mengobrol dengan Mahen menoleh dengan kening mengerut.Dion datang dengan napas terengah, dia menatap semua orang yang berada di sana, sebelum berhenti ke arah Gista yang duduk di samping Saka. “Kalila Maudy datang... untuk jenguk Om,” ujarnya yang membuat Gista tanpa sadar meletakkan kembali sendok yang dia pegang.
Suasana yang tadinya menyenangkan karena celotehan Mahen mendadak hening, semua mata menatap ke arah Gista yang masih diam di tempat duduknya.
“Sekarang dia udah ada di koridor,” ucap Dion lagi.
Gista dengan cepat meraih tas dan ponselnya, gadis itu hendak bangkit berdiri, sebelum Saka menahan tangannya untuk tetap duduk di sampingnya. Gadis itu menatap Saka dengan kening mengerut. Lelaki itu menoleh ke arah sang istri dengan tatapan serius.
“Kamu tetap di sini,” ujarnya tenang yang membuat Dion melangkah mendekat ke arahnya.
“Ka,” panggil Dion keberatan. “Maudy udah pernah ketemu Gista saat di Bogor. Akan kelihatan sangat aneh, kalau dia lihat Gista lagi di sini. Staff humas agensi nggak sedekat ini, sampai ada di ruang perawatan orangtuanya artis yang dia tangani.”
“Kalau gitu biarin Maudy tahu siapa Gista,” ucap Saka kepada Dion yang membuat suasana menjadi semakin hening.
“Lo tahu itu nggak mungkin,” balas Dion.
“Mungkin, apa perlu gue yang kasih tahu langsung ke Maudy?”
“Ka,” panggil Gista sembari melepas paksa genggaman tangan Saka. Secepat yang dia bisa Gista bangkit berdiri, agar Saka tidak lagi bisa mencegahnya. “Nggak apa-apa, nggak usah dibuat panjang. Aku keluar sebentar, nanti kalau Maudy udah pulang, aku balik lagi.” Tanpa menunggu jawaban Saka, Gista berlari kecil keluar ruang perawatan. Saka bangkit dan hendak mengejarnya, sebelum sosok Maudy beserta manager dan asistennya sudah berdiri di depan ruang perawatan Papa.
“Hai,” sapa Maudy yang membuat Saka hanya bisa melihat punggung Gista menjauh.
Lelaki itu ditarik paksa untuk kembali duduk di sofa oleh Dion. Saka diam saat Maudy tengah menyapa sang papa. Pandangannya mengarah ke makanan yang belum disentuh Gista sama sekali. Istrinya itu belum makan sejak dia pulang kerja, dan langsung datang ke rumah sakit untuk menemaninya menunggu Papa. Tapi – apa yang Gista dapatkan? Lagi-lagi hanya kekecewaan yang Saka berikan.
Gista berjalan ke arah warung bakso yang masih buka di malam hari begini, tepat di depan rumah sakit. Dia lapar. Setelah memesan bakso dan es jeruk, Gista mencari tempat duduk yang menghadap langsung ke arah rumah sakit.
Gadis itu menghela napas pelan sembari membuka bungkus kerupuk, dan memakannya. Ini sungguh melelahkan. Memang berulang kali Saka mengatakan dia siap mengatakan yang sebenarnya, namun pertanyaannya apakah lelaki itu juga siap dengan akibat dari kejujurannya?
***
Tengah malam Saka terbangun, atau lebih tepatnya dia memang tidak tidur sejak tadi. Ia hanya pura-pura tidur agar Gista juga bisa tidur. Lelaki itu duduk di bawah sofa, menatap Gista yang tengah terlelap dengan damai.
Tangannya sejak tadi tidak berhenti, terus bergerak memberikan usapan lembut di rambut sang istri. Setelah kepergian Maudy tadi, Saka langsung berjalan keluar untuk mencari Gista. Ia menemukan istrinya tengah duduk diam di koridor rumah sakit sembari bermain ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Gista Juga Saka
RomanceTampan? Banget. Bahkan akhir-akhir ini banyak yang menyebut dia sebagai Song-Kangnya Indonesia. Baik? Sepertinya iya, setiap sebulan sekali dia selalu memberikan donasi di panti asuhan. Ramah? Ini sih nggak usah di tanya. Semua perempuan dibuat klep...