Awal Kelam Aninna

1.5K 156 21
                                    

" Aktivitasnya...seperti orang biasanya Sir. Gadis itu berkuliah di kampus negeri dan bekerja paruh waktu di sebuah restoran cepat saji terletak di pusat kota...saat ini dia sedang melayani tamu yang berkunjung...pergerakannya tidak pernah lepas dari kami...data lengkapnya akan di tangan tuan beberapa menit lagi setelah panggilan ini berakhir " Suara berat di seberang sana berbicara serius degan nada diatur sedemikian rupa.

Matanya memicing kala silau matahari yang menerpa menembus kaca. Dimana tempat Gerald berdiri saat ini menikmati pemandangan dari atas gedung towernya. Ruang kerja yang bergaya khas retro itu tampak sepi dan sunyi. Untuk membunu waktu sampai jadwal rapat dilaksanakan beberapa menit lagi. Gerrald menghubungi anak buahnya untuk mendengar hasil informasi yang kurang lebih dua puluh empat jam ia tunggu.

" Eksekusi malam ini " jawabnya pelan. Dengan elegan menekan tombol hijau mengakhiri percakapannya.

Tatapannya yang datar dengan kedua manik birunya ajam. Menusuk dan mengitimidasi siapapun yang berani menatapnya langsung. Dengan seringai tipis dari bibir merah dan seksi miliknya mampu menggoda setiap wanita dengan rasa damba, rahangnya kokoh tegas dipenuhi jambang tipis menegaskan wibawanya yang menawan.

Bertahun-tahun ia mengarahkan seluruh kuasanya, menurunkan seluruh anak buah untuk menyisiri setiap negara untuk mengendus dan menemukan keturunan Madison yang masih hidup. Gerrald sejak kecil hidup dibayangi dendam yang mematikan terhadap orang-orang yang telah menghancurkan harkat martabat keluarganya yang bahagia. Ayahnya mati dengan keadaan tragis dan memalukan. Pelakunya bukan hanya membunuh ayahnya namun juga telah mematikan seluruh ahrkat martabat keluarga Bingham yang terhormat. Pembunuh tersebut tidak lain adalah Ricard Madison, Mantan Asisten Direktur perusahaan di masa ayahnya. Ricard dan istrinya telah berhianat, menipu dan memanipulasi pembunuhan ayahnya. keduanya ayahnya di sebuah kamar hotel, kemudian menembak dan mempermalukan ayahnya yang sudah tak berdaya. Malang tidak ada saksi dalam pembunuhan itu. Dengan begitu Madison memiliki kesempatan untuk melegang begitu saja tanpa mendapat hukuman yang berat, Madison berkilah menembah ayahnya dengan alasan membela diri, membela harkat martabat istrinya yang telah dilecehkan ayahnya. Keparat Gerrald tidak pernah percaya pekataan pembunuh. pembunuh tetaplah pembunuh.

Selain menembak Madison juga terlibat dalam pencucian uang perusahaan, hingga menjual dokumen aset penting keluarga pada institusi yang lapar akan bayaran, akibatnya terjadi korupsi besar-besaran yang dituduhkan pada pimpinan perusahaan yang melibatkan para politikus negara salingg tuding dan saling menyalahkan. Kabar kehancuran perusahaan yang sudah didirikan lebih dari enam generasi, menjadi topik hangat di seluruh dunia. Tentu saja karena sangat berpengaruh pada laju ekonomi negara adidaya. Dan dimanfaatkan sejumlah perusahaan yang menambakan porak-porandanya Bingham Group kala itu. Ayahnya sudah mati dengan cara mengenaskan dan perusahan di ambang kebangkrutan. lengkap sudah penderitaan keluarganya saat itu, dimana Gerrald sendiri masih berusia tiga tahun saat masa kelam itu terjadi.

Yang membuat keluarganya semakin sakit hati, Madison hanya satu tahu dipenjara degan kekuatan uang dan relasi yang pria itu miliki. Madison di bebaskan begitu saja dan menjalankan kehidupan baru dengan istrinya sang mantan sekretaris di daerah terpencil. Sejak saat itu Madison menghilang seperti di telan bumi, Pria asal Jerman itu membawa serta keluarganya yang tidak terlalui diketahui publik. Dimana Madison dan bagaimana kehidupannya sangat sulit untuk di lacak. Hanya selentingan berita saja untuk menaikkan popularitas seakan mengetahui keberadaan Madison. Terdengar kabar bahwa Madison dan istrinya tewas kecelakaan mobil yang tertipa badai salju di ahun keenam setelah Madison di bebaskan, dan meninggalkan seorang putri yang berusia lima tahun. Tapi kabar itu tidak pernah jelas adanya. 

*********

Anina sudah terbiasa melewati jalanan kota tengah malam, apartemennya tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja. Rintangannya adalah melewati para lelaki yang menatapnya lapar. Namun kurang lebih tiga tahun bekerja dengan aktivitas malam yang sama ia merasa aman-aman saja dan beberapa tunawisma jalanan mengenalnya dan menyapa seiring langkahnya berjalan.

Sempat terpikir untuk pindah apartemen agar searah dengan kediaman Joe, namun hingga kini belum terlaksana. Mengangkut barang dan menatanya lagi merupakan hal terberat yang Anina pikirkan. Jadi untuk saat ini ia tidak maslah pulang sendirian dengan ditemani cahaya lampu jalan dan pemandangan lalu lalang mobil yang tiada hentinya mampu mengusir rasa sepinya.

Sejak kematian kedua orang tuanya dalam kecelakaan mobil yang terbakar hangus tanpa sisa di sebuah jurang terdalam di area hutan lindung perbatasan kota. Anina kembali melanjutkan hidupnya sendirian setelah merasa terpuruk dan kesepian. Ia mengisi hari-harinya dengan bersekolah dan akhirnya berteman dengan Joe dan mengisi waktu luangnya untuk bekerja disebuah restoran. Walapun upah yang ia dapatkan tidak seberapa jika dibandingkan sisa uang peninggalan kedua orang tuanya di sebuah Bank. Dari banyaknya jumlah uang yang dia punya, ada pertanyaan yang selama ini terpendadam di kepalanya. Namun tidak terlalu membutuhkan jawaban dikarenakan berujung sia-sia. Dalam surat yang ia temukan di meja belajarnya sebelum orang tuanya kecelakaan, Anina tidak boleh meninggalkan kota ini sampai kapanpun dan dalam keadaan apapun. Artinya ia tidak akan keluar kota apalagi memimpikan mengujungi menara Eiffel. itu tidak mungkin !

Entah sampai kapan larangan itu berakhir, lalu untuk apa uang sebanyak yang Anina punya jika ia tidak pernah bersenang-senang seperti liburan atau berlayar seperti teman-temannnya. Tanpa sadar ia berdecak, menyesali hidupnya yang terasa membosankan.

Ia melirik pada tunawisma yang berjejer di pinggir jalan, berharap mungkin saja salah satu tunawisma itu jelmaan dari nenek sihir yang memiliki bola kristal. Dan Anina akan meminta satu permintaan bahwa esok hari hidupnya akan berubah lebih menyenangkan. Berharap ia menerima apapun yang terjadi besok hari tanpa mengeluh.

Tiba-tiba sebuah Ranger Rover berwarna hitam berhenti tepat dihadapannya, menghadang jalannya. Membuat Aninna bingung dan refleks mundur. Aninna melihat kira dan kanan, menyadari sekitarnya yang sepi. Matanya menangkap beberapa homeless yang sedang tidur, di pinggiran toko yang sudah Aninna lewati dan cukup jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

Dua orang laki-laki dewasa berbadan besar dengan tonjolan otot yang membentuk tubuhnya yang persis seperti pemain tinju yang disebuah acara dengan rating tinggi namun sering kali di isukan setinggan berjalan mendekat ke arahnya.

Dadanya berdebar dan tubuhnya bergidik takut. Tapi gadis itu tetap berusah tenang. menghembuskan nafas kasar ke udara, dia berjalan melewati para lelaki berotot itu yang kini menatapnya tajam dengan wajah bringas.

Kali ini Annina tidak bisa tenang. jantunganya berdetak kencang. Membuatnya mempercepat langkah. Namun telinga dapat mendengar langkah kaki yang mengikutinya dari belakang.

Berbagai spekulasi jahat tumbuh dan berekembang membentuk bayangan yang menakutkan di pikirannya.

Dan itu benar-benar terjadi saat rambutnya ditarik kuat dari arah belakang, membuatnya terkejut dan berteriak.

" TOLONG.....TOLONG " teriak Aninna kencang.

Aninna terus memberontak dengan masih berteriak. Namun suara kerasnya harus terdiam berganti desissan tajam dan mata Aninna yang melotot. Saat wajahnya di bugkam oleh tangan lebar dan tebal yang menyumpalkan kain tepat ke hidung Aninna. Tidak lama gadis itu terkulai dan tak sadarkan diri dalam dekapan pria berbadan besar. 

ANNINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang