Prolog (2)

2.2K 133 6
                                    

Sinar matahari menembus kaca jendela sebagai penerang. Tapi Gerrald dapat melihat tubuh telanjang Annina meringkuk memeluk tubuhnya di salah satu sudut kamar. Menandaskan tubuhnya pada dinding yang dingin. Seakan dapat membobol bangunan kokoh itu untuk melarikan diri. kulit putih pucatnya tampak hidup terpapar cahaya kamar yang redup. Rambutnya yang tergerai berantakan hampir menutupi wajahnya. Hanya bibir merahnya yang terlihat bergetar ketakutan sebagai kehidupan yang lemah dalam ketakutan.

Gerrald mendekat, terbesit rasa kasihan menghinggapinya. Secepatnya dia menggeleng. bahwa gadis cantik dan molek di hadapannya kini tak lain hanya pemuas nafsu hingga dia bosan. Dan apabila Gerrald merasa tak memerlukannya lagi. gadis itu menjadi santapan bergilir untuk anak buahnya. Gerrald menelan ludah.

" Bangun " kata Gerald ketus pelan dengan suara baritonenya.

Mendengar suara terkutuk yang kini mengambil alih hidupnya. Sontak gadis itu mengatubkan bibir. Kini ia terdiam seperti patung hidup.

" Kau tidak dengar...kubilang bangun dan makan Annina !" Kini Gerald berteriak marah.

Aninna tidak bergeming sedikitpun. Dia hanya menunggu dengan pasrah apa yang akan dilakukan pria kejam itu kepadanya.

Menghela napas, Gerrald memijat pangkal keningnya merasa pusing. Tangannya bergerak menyugar rambut.

" Shit...aku tidak meniduri patung hidup sepertimu...lebih baik kau mati saja " Gerrald geram, pria itu marah.

Emosinya tersulut walaupun gadis itu tidak melawan dan memberontak seperti biasanya. Melainkan dengan kondisi yang sangat memperhatinkan.

" Sepertinya mati memang pilihanmu saat ini... " ucap pria itu menyeringai masam.

Gerrald naik keatas ranjang, menimbulkan suara gemeresak. Masih dengan sepatu pantofel dan setelen kerjanya. Kini dia berhadapan dengan Annina yang kian menunduk. Menyembunyikan wajahnya pada lipatan kedua lututnya.

" Ayo...ikut aku ke kandang Storm...mungkin disana kau bisa bicara " Gerrald kini mengancam Annina yang kini tubuh polosnya bergetar takut. Storm merupakan tiga serigala abu-abu liar bertubuh kurus dan kotor, hewan itu ditemukan salah satu penjaga Mansion ini dalam perangkap kelinci ketika berburu dan uji coba senjata di dalam hutan belantara beberapa minggu lalu. Kawanan serigala itu sangat buas dan mematikan karena pemakan segalanya termasuk manusia. Gerrald menyeringai, Melemparkan tubuh Aninna ke dalam kandang serigala, mungkin disana gadis itu dapat mengeluarkan suara, Gerrald dapat mendengar jeritan ketakutan gadis itu untuk terakhir kali, tanpa harus mengotori tangannya sendiri. Dan semuanya selesai, gadis itu akan mengakhiri penderitaan dan dendamnya sudah terbalas. Dia akan hidup tenang setelah ini.

Menelan ludah yakin dengan keputusannya. Mencengkram pergelangan tangan Annina kasar, Gerrald menarik tubuh gadis itu hingga bangun mengikuti gerak tubuhnya. tubuh telanjang Annina mengigil dengan kepalan kuat di masing-masing tangannya yang bergetar. Gerrald menyeringai di wajahnya yang dingin, menyadari ketakutan gadis itu. Matanya memicing menikmatinya.

Melilitkan selimut tipis pada tubuh bugil Aninna. Tanpa sadar, tangan Anina bergerak mengeratkan simpul kain itu agar melilit di tubuhnya. Gerald memicing, untuk hal seperti ini gadis itu sangat peduli. Padahal sudah bermalam-malam ini Dia menikmati tubuh polos dan molek milik gadis itu. pria itu mendegus.

" Tak kusangka kau lebih memilih mati daripada melayaniku..." desis Gerrald tajam, ditelinga Annina.

Tubuh gadis itu semakin bergetar. Ketakutan.....menantikan denga pasrah kekejaman pria itu kepadanya. 

ANNINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang