Segenap Tenaga Aninna

326 42 2
                                    

Cuaca siang ini sangat terik , pohon-pohon willow yang menjulang menutupi celah cahaya matahari yang panas, dedaunan yang rimbun sesekali bergerak mengikuti arah angin berdesir kencang. Aninna dengan napas tersengal, dadanya ikut naik turun ketika gadis situ menuruni jalanan setapak, gadis itu melepas Flats hoes yang dia kenakan karena dia rasa menggangu larinya. dari atas tempatnya berada, dia dapat melihat atap bangunan yang diyakininya pondok tua sesuai petunjuk Cannie. Dia tidak langsung merasa tenang, jika masih berada di hutan ini, bisa saja dia bertemu serigala atau beruang. Aninna cepat berlari

Aninna sudah semakin dekat, matanya membulat saat melihat beberapa sepeda motor ATV  terparkir di depan pondok tua itu. dia senang karena akhirnya menemukan keberadaan manusia, dia akan meminta tolong pada mereka pikir Aninna untuk mengantarnya ke laur dari hutan belantara ini. Nasib baik berpihak padanya.

Aninna berlari penuh semangat dengan membawa senyuman dan harapan, saat mendekati tiga pria yang memunggunginya dari belakang tanpa menaruh curiga sedikit pun. 

" Sir— " Aninna berteriak. membuat ketiganya menoleh dengan terkejut, begitu juga dengan Aninna yang dengan mata terbelalak, bibir terkunci. Jantungnya berdetak kencang karena ketakutan.

" Dia ! " kata salah satu pria di sana gelagapan ketakutan sendiri.

Aninna langsung mengencangkan wajahnya berlari kencang berlainan arah. kembelai menyusuti jalan setapak yang rata. Tidak peduli jika telapak kakinya menginjak dahan ranting yang tajam.

" Kejar dia ! " Cade berteriak.

Tom yang merasa bersalah karena menyembunyikan sesuatu tentang kecurigaannya pada Berta langsung berlari kencang mengejar Aninna, gadis itu memang sudah jauh tapi terlihat larinya tidak begitu bertenaga. Tapi langkahnya tetap kalah oleh sepeda motor beroda empat  yang melaju cepat sedikit terbang yang dilajukan oleh Cade, Tom menelan ludah semoga Cade dapat menangkap gadis itu. Kemudian dia berhenti berlari karena merasa sia-sia saja, Ronney membawa motor mendekat ke arahnya. Tom naik di benda itu kemudian melaju kencang.

Aninna merasa dia sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari, berlari dan berlari, seperti dirinya menjangkau dinding yang sangat jauh untuk dirinya raih. Tiba-tiba tubuhnya limbung, larinya yang kencang tersentak oleh dorongan seseorang dari belakang tubuhnya. Aninna yang tidak ingin berhenti terus saja berlari, namun dorongan itu semakin keras membuat tubuhnya terjatuh tanpa kontrol yang baik, gadis it jatuh terguling-guling ke depan, ke lar batas jalan di atas rerumputan merasakan ngilu dari seluruh tubuhnya.

Cade melompat dari motornya, membiarkan motor itu terus melaju hingga menabrak pohon, mengunci kedua tangan Aninna kuat dalam genggaman tangannya yang besar. Tanpa membiarkannya bergerak dan lolos sekalipun selagi menunggu kedatangan Tom dan Roone ke arahnya.

**** 

Gerrald yang terbiasa dingin dengan tatapan tajam, enggan mengurusi urusan orang lain selain urusan dirinya sendiri akhirnya pasrah saja ketika Laura memberondongnya dengan renggekkan menggoda untuk menemani wanita itu untuk singgah ke beberapa toko untuk membeli sesuatu, dan berakhir membeli sebotol anggur asal Swiss untuk dibawa makan malam nanti bersama Lucynda.

" Aku akan memberikan ibumu syal hangat, sebagai hadiah. Aku harap dia suka " kata Laura ketika keduanya sudah berada di mobil milik Gerrald.

" Berapa harganya ? " tanya Gerrald.

" Kau bisa membayarnya dengan—dirimu ! " kata Laura lembut, matanya mengerling penuh rayuan halus. kata-kata dari bibirnya seperti berhembus menyapu wajah Gerrald yang langsung menahan napas, menghalau godaan wanita seksi yang bersandar padanya. Pria itu tetap fokus melihat ke arah depan, memperhatikan Dorris, sang sopir yang sedang melajukan mobilnya, menaklukkan jalanan kota New York.

Tidak kehabisan akal, Laura meraih tangan Gerrald, diletakkan di atas pangkuan pahanya sendiri. Menggengam tangan itu erat. Kerinduannya kepada Gerrald begitu menggebu, berhari-hari ini dia selalu membayangkan malam yang panas dengan pria itu, mencium aroma maskulin Gerrald yang begitu kuat sangat menggoda dirinya, tidak sabar membelai bahu bidang sekeras granit milik pria itu di atas tubuhnya dan mungkin setelah pertemuan makan malam nanti dirinya akan kepuasan penuh.

Getaran ponsel terasa dari dalam sak jas yang dikenakan Gerrald, pria itu menoleh ke arah Laura meminta kelonggaran jarak demi privasi dirinya sendiri. Dengan sedikit keberatan, Laura sedikit menjauh membiarkan Gerrald berbicara dengan ponselnya.

Laura membuang muka kecewanya ke samping, sisi dirinya yang liar menginginkan sentuhan pria itu akhirnya hanya pasrah tertahan dalam kediamannya menahan napas mencoba bersabar. Jemari lentik wanita itu saling mengusap satu sama lain.

" Hartley ! ada apa ? " tanya Gerrald berbicara dengan ponselnya. Mendengar penuturan Hartle, wajah pria itu menegang, matanya berkilat penuh amarah.

" Kalian semua bodoh ! " Gerrald mengeram, membuat Laura yang menatap kaca ke arah jalanan menatap pria itu bingung. Ditatapnya mulut pria itu, bibir penuh yang salang pandai melumat bibirnya, menyesakkan dadanya, menggodanya dengan liar dan panas sampai ia mabuk kepayang, kini terkatup rapat, menipis hingga tinggal segaris. entah apa yang dibicarakan seseorang di ponsel itu, tapi Laura dapat merasakan dahsyatnya reaksi Gerrald yang kini menatap tajam pada apa pun dengan rahang mengetat keras.

Tapi Laura sama sekali tidak takut, justru dia sangat menyukai pria dengan aroma kejantanan yang begitu kuat dan mengerikan, Gerrald memenuhi kriteria pria yang memuaskan dengan tenaganya seperti binatang buas yang kejam namun sangat menggoda dan menantang. Bersama Gerrald, dia sering membayangkan dirinya adalah rusa elk yang terjebak dalam kukungan beruang lapar.

" Sialan " Desis Gerrald mematikan ponselnya, menyimpannya kembali dalam saku jas. Dengan amarah yang hendak meluap tertahan, Gerrald menatap muram Laura yang menggerakkan bibir cantiknya. Dia tidak dalam pengendalian emosi yang baik, godaan Laura tidak akan menyentuh dirinya saat ini.

" Ada apa ? " tanya Lara lembut.

Menghembuskan napas kasar, Gerrald menatap Laura dengan wajah penuh penyesalan.

" Aku harus mengantarmu kembali ke tempat mobilmu, aku harus pergi sekarang !" kata Gerrald menunggu reaksi Laura yang terlihat kecewa.

" Apa yang terjadi ! "

" Sesuatu yang penting !---maaf, aku akan menyelesaikan ini secepatnya " kata Gerrald meminta pengertian kepada Laura yang langsung memalingkan wajah ke samping. Kalau bukan pria itu Gerrald Antonyo Bingham, pemilik Bingham Group mana mungkin dia akan mau terhina seperti ini. Dia memang sudah kepalang mencintai pria itu, memuja apa pun yang ada pada tubuh Gerrald dan semua sikap dinginnya. Dia sendiri yang terlalu menyerahkan diri dan selalu menerima keputusan pria itu. Harusnya dia memang harus tahu bahwa Gerrald memang pria yang selalu hidup dengan kehendaknya, mana mungkin pria itu akan sudi bernapas di bawah aturan orang lain, apalagi wanita.

Laura menghembuskan napas kasar, setelah dia terdiam cukup lama menunggu kalau saja Gerrald akan meminta maaf dan setidaknya merayu dirinya untuk memberikan kehangatan di waktu singkat mereka. Tapi begitu dia menoleh, Gerrald sibuk dengan ponselnya. Pria itu mengetik sesuatu dengan wajah mengetat marah.

Laura menelan ludah, menahan napas. Kembali memandang kaca jendela. 

*****

Tolong di vote dan komen gaesss

Supaya saya bersemangat dalam menulis dan tahu kalau cerita ini memang ada yang baca

ANNINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang