Bagian 1

3 2 0
                                    

🎀🎀

Suara nyaring dari pengeras suara mengisi keheningan di sekolah. Bel pulang telah berbunyi membuat seluruh penduduk sekolah bersemangat untuk mengemasi barang-barang mereka ke dalam tas. Secara bersamaan siswa siswi dari tiap kelas berlari keluar kelas suasananya menjadi ricuh tak terkendali. Mereka berlari karena mengejar kendaraan umum yang terparkir di depan halte, bukan takut tertinggal hanya saja takut tidak mendapat tempat di kendaraan tersebut. Sebagian siswa memilih untuk menaiki kendaraan umum, tetapi ada juga yang memilih untuk menaiki kendaraan pribadi, itupun hanya motor dan sepeda yang diizinkan untuk dibawa ke sekolah.

10 menit berselang setelah bel pulang, suasana sekolah kembali hening. Hanya ada kumpulan anggota OSIS yang tengah berkerumun di aula terbuka dan anggota PMR yang sedang melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler di dalam kelas. Terlihat seorang gadis sedang duduk dibangku tepi lapangan memandang jauh pada kerumunan anggota OSIS. Dia bukan salah satu dari anggota OSIS maupun PMR. Gadis itu hanya sedang menunggu seseorang yang tak lain berada di tengah kerumunan para OSIS. Sesekali matanya melirik pada jam yang melingkar dipergelangan tangan kanan. Ia membuang nafas panjang, jam sudah menunjukkan pukul
14.42 yang artinya dia sudah duduk disana selama dua belas menit. 

Gadis itu bernama Senjana Laskara. Dia menunggu teman laki-laki yang bertugas sebagai Ketua OSIS di sekolah ini, rumah mereka saling berhadapan, maka dari itu mereka memutuskan untuk berangkat dan pulang sekolah bersama menggunakan angkutan umum. Matanya memincing kala kerumunan OSIS berjalan meninggalkan aula terbuka dan keluar dari gerbang sekolah. Senjana menatap laki-laki yang masih berada di aula, ia berdiri dari duduknya lalu berlari kecil menghampiri laki-laki tersebut.

"Kenapa lama sekali? Apa saja yang kalian bahas sampai selama itu?" ucap Senjana dengan raut kesal. "Apa kalian membicarakan masa penjajahan Belanda selama 350 tahun? Atau membahas cerita One Piece yang mengelilingi lautan?"

"Kamu cuma menunggu dua belas menit, tapi kenapa cerewet sekali? Coba bayangkan kalau posisimu seperti Siti Hawa, dia menunggu selama 200 tahun agar dipertemukan kembali dengan suaminya, Nabi Adam." Laki-laki itu menggendong tas ranselnya, melangkah keluar dari area aula terbuka, diikuti Senjana yang masih mempertahankan raut kesalnya.

"Aku dan Siti Hawa itu berbeda. Jangan coba-coba untuk menyamakannya!" Senjana menunjuk tajam wajah laki-laki disampingnya, sontak langkah laki-laki itupun terhenti menatap jari tajam milik Senjana.

"Tidak ada yang menyamakan kamu dengan Siti Hawa, aku membandingkannya bukan menyamakan. Apa kamu tidak bisa membedakan itu, Senjana?" Laki-laki itu bersedekap. "Lagi pula, aku sudah menyuruhmu untuk pulang duluan tapi kamu menolaknya. Jadi jangan salahkan aku kalau kamu menunggu begitu lama."

"Kalau tau selama itu, aku tidak akan menunggumu. Ah! Aku menyesal." Senjana berjalan keluar dari lingkungan sekolah. Langkahnya mendadak terhenti saat dia tidak menemukan orang ataupun kendaraan di depan halte. Semua kendaraan umum sudah berangkat mengantar penumpang ke tujuannya. Apalagi letak sekolah mereka jauh dari rute kendaraan umum yang biasa berlalu lalang, butuh waktu sepuluh menit untuk sampai ke jalan utama. Kendaraan berbaris rapih di depan halte sekolah hanya saat jam pulang sekolah.

Senjana menatap teman laki-lakinya yang sedang duduk santai di bangku halte. Jika saja dia tidak menunggunya, saat ini Senjana mungkin sudah berbaring di atas kasur dengan pendingin ruangan dan setumpuk camilan. Dia kembali melirik jam tangan berwarna putih, pukul 15.02 sedangkan kendaraan umum hanya beroperasi sampai pukul 16.00 itupun jika ada. Lalu bagaimana dengan siswa yang mengikuti kegiatan sampai petang? Mereka tentu saja menghubungi orang tua masing-masing agar menjemputnya atau sebagian dari mereka membawa kendaraan pribadi.

"Alam!" teriak Senjana, gadis itu berlari ke arah laki-laki bernama Alam. "Karena sudah tidak ada kendaraan di sini, bukankah kita harus berjalan ke halte depan? Aku tidak mau berjalan, itu jauh sekali!"

Aku Bersamamu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang