Bagian 7

5 2 0
                                        

Entah kapan awal mula rasa itu tumbuh, yang jelas aku menyesalinya.”

🎀🎀

Jarum jam menunjukkan pukul 10.30 pagi. Senjana keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membungkus tubuhnya. Dia baru selesai membersihkan badannya dan membuang sisa-sisa makanan dari dalam perutnya. Ini hari sabtu, setiap SMA libur di hari Sabtu dan Minggu.

Tangannya bergerak membuka lemari pakaian, memilih baju yang akan dia kenakan. Belum sempat mengambil baju, suara ketukan pintu mengalihkan pandangannya.

"Aku lagi pakai baju, Yah," teriak Senjana tanpa membuka pintunya.

"Elin ngajak kamu keluar, katanya minta ditemani ke Mall. Kamu bisa tidak?" tanya Ayah Senjana sedikit berteriak.

Kening Senjana mengernyit, bukankah dia dan Elin tidak dekat. Bahkan Senjana belum pernah mengobrol dengannya, tapi kenapa dia tiba-tiba ingin ditemani Senjana? Ketukan pintu membuyarkan lamunan Senjana.

"Bisa atau tidak, dia sudah menunggumu di depan." Ayah Senjana mengecilkan suaranya.

Senjana berpikir sejenak. Jika dia menerima tawaran itu, dia tidak akan mati kebosanan di rumah. Tentu saja dia akan mengambil tawarannya.

"Aku bisa, tunggu sebentar lagi aku sedang memakai baju," kata Senjana memutuskan.

Dia bergegas memakai pakaiannya, berdandan secantik mungkin. Di rasa sudah siap, Senjana keluar menghampiri Elin yang sedang duduk manis di kursi teras. Elin menyadari kehadiran Senjana, karena aroma parfume Senjana tercium jelas. Elin berdiri dari duduknya, dia tersenyum menatap Senjana.

"Maaf karena menunggu lama." Senjana tersenyum kikuk.

"Harusnya aku yang minta maaf karena mengajakmu secara tiba-tiba," kata Elin menimpali.

"Tidak apa-apa. Ayo," kata Senjana melangkah pergi.

Mereka memesan taxi online untuk sampai ke tempat tujuan. Hanya dua menit mereka menunggu, taxi pun datang di tempat mereka berdiri. Setelah taxi datang, mereka segera masuk. Sopir pun dengan cepat menginjak pedal gas. Melesat ke tujuan yang sudah ditentukan.

Sesampainya di Mall, tempat pertama yang mereka kunjungi adalah toko buku. Ada banyak sekali jenis buku di sana, tidak hanya buku, ada alat tulis, alat lukis, hingga alat olahraga pun ada. Elin menaiki anak tangga, ia mencari buku untuk persiapan pendidikannya. Senjana menatap rak buku yang terisi penuh dengan novel, ada puluhan bahkan ratusan yang terpajang di sana.

"Senjana, apa kamu suka membaca?" tanya Elin seraya menatap rak buku di hadapannya.

"Akhir-akhir ini aku suka membaca novel, memangnya kenapa?" Senjana mengambil satu novel dari tempatnya.

"Tidak apa-apa, aku hanya penasaran tentangmu. Kamu terlihat seperti gadis anggun yang suka membaca," kata Elin terkekeh.

"Kamu menganggap aku anggun?" Senjana menunjuk dirinya.

"Untuk sekarang iya, karena aku belum terlalu mengenalmu. Siapa tahu jika aku sudah kenal dekat, sifat mu akan berubah seratus delapan puluh derajat. Banyak orang yang mengalami hal itu," kata Elin mengedikkan bahu.

"Sepertinya kamu akan segera mengalaminya."

Mereka tertawa dalam candaan yang tak seberapa. Tawa mampu menghilangkan canggung, bukan? Tapi kali ini Senjana tidak merasakan adanya kecanggungan di antara mereka.

Elin membayar buku yang sudah ia pilih, setidaknya ada tiga buku yang dia butuhkan. Setelah itu, mereka memutuskan untuk mencari caffe. Senjana yang memutuskan kemana mereka akan pergi, dia sudah sering datang ke sini bersama Ayahnya dan teman-teman kelas. Berbeda dari Senjana, justru ini pertama kalinya Elin datang ke sini. Dia tidak tahu seluk-beluk Mall ini.

Aku Bersamamu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang