Bagian 2

3 2 0
                                    

'Biar aku simpan ceritamu dengan baik.'

🎀🎀

Senjana dan Alam turun dari angkutan umum, setelah membayar mereka kembali berjalan dijalanan komplek rumah selama lima menit. Rumah yang menghadap timur dengan pagar hitam sedikit terbuka dan cat rumah berwarna crem sudah terlihat, begitu juga dengan rumah didepannya, pagar berwarna putih yang menjulang tinggi nan kokoh, tak ada celah sedikitpun yang bisa terlihat ke dalam rumah itu. Senjana membuka pagar hitam yang tak lain adalah rumahnya. Pria paruh baya melihat kedatangan gadis dengan penampilan lusuh hanya bisa tersenyum sambil menggeleng.

"Kenapa sore sekali pulangnya? Alam ada kegiatan, ya?" Seorang pria paruh baya yang hanya mengenakan kaos oblong bertanya.

"Iya, Alam ada rapat OSIS. Padahal sudah aku peringatkan, kalau angkutan umum tidak beroperasi sampai sore. Tapi dia malah pulang sore," kata Senjana seraya melepas sepatunya.

"Kamu mau Ayah jemput?" Ayahnya menatap Senjana dengan kedua alis yang terangkat. "Besok rekan Ayah sudah mulai masuk, setelah cuti tiga hari karena sakit. Kemungkinan akan ada waktu luang untuk menjemputmu di sekolah."

"Tidak perlu, Yah." Tolak Senjana. Ia tau kalau bekerja saja sudah melelahkan apalagi harus menjemputnya. Jarak sekolah dan tempat kerja Ayahnya begitu jauh, itu hanya akan memakan waktu dan tenaga. Ayah Senjana berprofesi sebagai seorang Demi chef di sebuah hotel. Dan mendirikan serta mengelola dua
rumah makan di kota yang berbeda. "Apa yang Ayah masak hari ini? Perutku sudah tidak sabar menerima asupan."

"Sebaiknya kamu mandi dulu, nanti kamu lihat sendiri di atas meja makan." Ayahnya berjalan ke arah mobil hitam yang terparkir di garasi rumahnya. Menatap goresan kecil di pintu mobilnya. "Jangan lupa, bagikan ke Alam juga."

"Siap, Ayah!"

Senjana meletakkan sepatunya di rak sepatu yang letaknya tak jauh dari pintu masuk. Dia berlari kecil menuju kamarnya, menaruh asal tas nya lalu merebahkan dirinya di atas kasur. Ayahnya sudah menyalakan pendingin ruangan di kamarnya, bersiap jika Senjana pulang dia tidak perlu menunggu untuk menik
mati sejuknya suhu kamar. Setelah cukup lama berbaring, Senjana bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Ia menatap jam dinding, pukul 16.50 kemudian beralih menatap bingkai foto ibunya di atas meja belajar.

"Ibu, ada banyak hal yang mau aku ceritakan." Senjana mengusap bingkai foto itu. Ibunya meninggal saat Senjana berusia 8 tahun, dan kini dia telah berusia 16 tahun. Waktu berlalu begitu cepat.

Gadis itu kembali melangkah masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan shower dan membiarkan tubuhnya basah kuyub terkena air dingin. Sangat menyegarkan. Tak butuh waktu lama untuk Senjana menyelesaikan mandinya, dia segera keluar dari kamar mandi, lalu mengenakan pakaian tidur. Rambut panjang berwarna
coklat tua itu berbungkus handuk, Senjana tak berniat untuk mengeringkannya. Dia terlalu malas untuk melakukan hal seperti itu, lagipula rambutnya akan kering dengan sendirinya. 

Kakinya melangkah keluar menuju dapur, mengambil sepiring nasi dan setengah daging ikan gurame asam manis. Dia memakannya dengan lahap, menyisakan duri dari tulang ikan tersebut. Perutnya sudah terisi kembali begitu juga dengan tenaganya, Senjana menaruh piring kotor miliknya di wastafel cuci pirin
g lalu membasuhnya.

"Bagaimana rasa ikan gurame nya?" tanya Ayahnya membuka pintu kulkas dan mengeluarkan sebotol air dingin.

"Enak sekali. Masakan ayah terbaik!" Senjana mengacungkan dua jempolnya, Ayah Senjana membalasnya dengan senyum lebar.

"Ambil dua ekor ikan gurame, nanti berikan kepada Alam, ya." Ayahnya memberikan sebotol air dingin kepada Senjana.

"Terimakasih Ayah." Senjana menerima botol air itu lalu meneguknya. Ayah Senjana berjalan menuju ruang keluarga untuk menonton televisi.

Aku Bersamamu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang