04 : Bersama Azora

228 36 2
                                    

Pernikahan Azorin dua bulan lagi, masih ada waktu sebelum perutnya membesar. Kini Azora tengah berada di suatu café untuk menengkan pikiran, begitu banyak rencana yang telah ia susun dalam kepalanya namun, sampai saat ini pun ia masih ragu. Biasanya disaat Azora sedang memiliki banyak pikiran seperti ini dia akan berlari melakukan hobbynya yaitu menari namun, untuk sekarang itu tidak mungkin apalagi meminum-minuman yang beralkohol.

Azora memiliki sebuah restoran yang tak jauh dari kantor sang Ayah, kesenangannya memasak menuntun Azora kesini, mengelola bisnis restoran. Restoran dengan menu makan Indonesia dan ada juga beberapa makanan sehat yang sengaja Azora masukkan kedaftar menu.

"Boleh ikut gabung?" pinta seseorang yang menyadarkan Azora dari lamunan.

"Oh, silahkan. Saya sudah akan pergi," ujar Azora mempersilahkan pria itu untuk duduk lalu Azora langsung bergegas membereskan barang-barang karena ternyata sekarang waktu sudah menunjukan jam makan siang dan keadaan café sudah mulai ramai.

"Terima kasih," ujar pria itu sambil melemparkan senyuman.

Azora membalas itu dengan anggukan pelan juga diiringi senyum kembali, lalu dengan tergesah Azora pergi begitu saja tak sadar bahwa bukunya tertinggal di atas meja.

Pria yang melihat itu bergegas mengambil buku itu berniat mengembalikan.

"Eh... Mbak!!" Terlambat Azora telah lebih dahulu menyebrangi jalan dan masuk pada sebuah taksi yang kebetulan lewat.

"Yah... gimana balikin ini coba," keluh pria itu lalu kembali masuk ke dalam café. Duduk di bangku tadi lalu berujar irih, "Mbak, maafin ya ini mah di buka-buka bukunya," kata pria itu sambil membuka buku Azora.

Puk!

"Eh..." Selembar kertas terjatuh dibawah kaki pria itu dan langsung bergegas dia mengambil.

"Ini hasil usg hamil bukan si? Apa ini batu ginjal?" telaahnya dengan mata memincing memperhatikan selembar kertas yang baru saja ia lihat.

"Tapi kayanya si ini usg hamil, masih kecil ya setitik. Lucu hehehe...-- Ais! Kenapa malah jadi liatin foto usg, fokus!" Pria itu mengerutu menyimpan kertas itu lalu melanjutkan untuk membuka-buka buku Azorin dengan pelan takut rusak atau sobek, mencari hal-hal yang siapa tau bisa membantu dia menemukan siapa pemilik buku ini dan ia bisa dengan segera mengembalikan.

***

Azora kini sampai di restoran miliknya, dia bergegas masuk. Restorannya ramai karena masuk jam makan siang.

"Siang Mbak, ada Mas Tama nungguin Mbak," sapa dan beritahu salah satu pegawai resto.

Azora mengernyit bingung, untuk apa Tama menghampirinya lagi. "Sejak kapan?" tanya Azora.

"Dari satu jam yang lalu, Mbak. Saya suruh menunggu di ruang tamu VIP," jelas pegawai itu.

Azora menganggukkan kepala. "Oke, makasih ya. Saya permisi dulu," pamit Azora melangkah menuju ruangan yang di sebut pegawai tadi. Sebelum masuk Azora lebih dulu menghela nafas dan menetralkan ekspesi wajahnya.

Azora masuk ruangan itu dan benar memang ada Tama disana, sang mantan kekasih yang telah mengkhianati kepercayaannya. "Ada apa?" lontar Azora langsung menyadarkan Tama yang tadinya tengah sibuk membaca sebuah majalah.

"Hai..." sapa Tama dengan senyum canggung terlihat jelas.

"Hem," balas Azora mendudukan dirinya disebrang Tama. Jantung Azora kini berdegup kencang, rasa sakit yang berusaha ia lupakan seakan terbuka kembali saat melihat sorot mata caramel itu.

"Gimana kabar kamu?" tanya Tama dengan senyum yang kini bukan lagi milik Azora.

"Baik," pungkas Azora dengan singkat dan nada yang terkesan dingin. Ingin sekali rasanya Azora menyiram wajah Tama dengan segelas air dingin yang terjadi di atas meja, pertanyaan bodoh macam apa itu, mana ada wanita yang baik-baik saja setelah ditinggalkan dan dikhianati. Azora berusaha sebaik mungkin untuk menyembunyikan perasaan yang kini tengah membelenggu dirinya.

My Heart's II : Azora [Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang