Belum Ada Kepastian (9)

1K 110 7
                                    

"Phi, Gulf tidak mau disini. Gulf takut. Bawa Gulf pulang." air mata Gulf bercucuran membasahi kedua pipinya.

"Iyaa. Nanti kita pulang. Tapi Gulf harus di rawat dulu Biar cepat sembuh." ucap Mew lembut sambil menghapus air mata Gulf.

"Gulf, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau bisa dipukuli seperti ini?" Prim cukup perhatian ke Gulf. sesekali dia memeriksa luka Gulf.

"Mereka memukuli Gulf. Mereka mengambil uang Gulf, dan memaksa Gulf untuk memberikan uang Gulf." Gulf menceritakan dengan wajah yang masih takut. Dia mengingat lagi kejadian itu.

"Sudah sudahh. Sekarang ada aku disini. Pasti Gulf kelaparan beberapa hari ini ya? Maafkan aku. Aku tidak menepati janji untuk menjagamu." Mew memeluk Gulf lagi sambil mengelus ngelus rambutnya.

Tiba tiba dokter datang dan memeriksa Gulf.

"Sudah sadar nak?" tanya dokter itu sambil membaringkan Gulf dan memeriksa luka Gulf.

"Bisakah aku pulang? Aku tidak ingin disini." Gulf bertanya pada dokter yang memeriksanya itu.

"Bisa saja. Tapi kamu harus istirahat, dan harus meminum obat yang saya kasih. Kalau ada sesuatu, kamu bisa kembali kerumah sakit." Dokter menjelaskan kepada Gulf.

"Serius dia bisa pulang dok?" Mew yang mendengar perkataan dokter sangat senang.

"Iyaa. Tidak ada luka serius. Dia kecapekan dan tidak makan beberapa hari, itu yang membuatnya pingsan. Dan luka luka ini sudah saya obati. Tinggal menunggu penyembuhannya saja. Tapi ingat. Tidak boleh lelah. Harus istirahat. Makan dan minum obat yang teratur." dokter menjelaskan secara detail agar pasiennya bisa pulang.

"Terima kasih banyak dok." Ucap Mew dan Prim secara bersamaan. Dokterpun membalas ucapan mereka lalu pergi.

"Prim, kau urus semua administrasi. Aku akan membawa Gulf pulang bersamaku." Mew pun menggendong Gulf keluar dari rumah sakit menuju mobilnya. Sebenarnya Gulf masih mampu berjalan pelan,  tapi Mew tetap memaksa untuk menggendongnya sampai kemobil.

Sesampai dirumah, Mew membaringkan Gulf kekasurnya. Lalu dia menarik selimut kearah tubuh Gulf.

"Kau istirahat ya. Jangan terlalu banyak fikiran. Phi tetap disini bersamamu." setelah memberi selimut,  Mew berkata begitu sambil mengusap kepala Gulf.

"Iya phi. Phi, apakah mama phi tidak marah kalau Gulf disini?" Gulf memasang wajah sendu dan menatap dalam kewajah Mew.

"Kau tidak usah memikirkan Mamaku Gulf. Biar aku yang urus semua. Kau harus fokus untuk kesembuhan mu,hmm??" tanya Mew yang masih mengelus kepala Gulf.

"Iya phi" Gulf cuma membalas singkat.

"Sini ku lihat lukamu. Apakah ini sakit??" Mew menunjuk salah satu luka di pipi kiri Gulf.

"Mmm..." Gulf menjawab sambil mengangguk dan memanyunkan bibirnya. (mulai deh manjanyaaaa)

"Yang ini??" Mew menunjuk lagi kearah luka didahi nya sambil menepi rambut tipis Gulf.

"Mmm..." lagi lagi Gulf menjawab dengan anggukan dan memanyunkan bibirnya lagi.

"Hmmm wajah tampanmu penuh luka sekarang. Sabar ya. Sebentar lagi sembuh." Mew berkata lembut dengan Gulf.

Dari pertemuan mereka dirumah sakit tadi sampai detik ini, perlakuan Mew 180 derajat berubah total. Seperti bukan Mew. Yang biasanya membuat wajah datar, Marah marah, Bentak bentak, kini lembut dan sangat perhatian ke Gulf. Mew pun menyadari itu. Tapi dia belum yakin 100 persen dengan perasaannya ke Gulf.

Setelah beberapa jam, Gulf tertidur cukup pulas disamping Mew. Mew memandangi wajah sendu nan cantik yang penuh luka itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
my boyfriend is a alien Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang