04 - Katanya sih di pikir-pikir dulu.

26 6 0
                                    

Waktu begitu cepat ya berlalu. Saya tidak tau bagaimana semesta merancang itu dan ini. Sehingga saya lebih sering bertemu Karamel akhir-akhir ini. Dan itu membuat saya banyak mengetahui tentang perempuan itu.

Karamel, dia mengidap asma. Begitu sih katanya. Dia tidak bisa berada di suhu udara yang dingin. Tapi terlalu panas juga tidak bisa, jadi dia harus berada di suhu udara yang sedang-sedang saja. Dia juga tidak bisa makan kacang dan gandum atau sejenis yang beremah-remah, itu akan memicu batuk dan asma nya kambuh. Dia juga tidak bisa berada di tempat yang banyak debu, asap atau bulu, misal dekat kucing---- padahal dia suka kucing anggora katanya.

Dan karna salah satu alasan di atas, saya memutuakan menahan untuk tidak merokok jika saya belum bertemu dengan nya.

Saya hanya akan merokok ketika setelah bertemu dengan nya.

Tidak salah kan?

Jangan menuding saya bucin. Saya hanya mengkhawatirkan kesehatannya. Ingat itu baik-baik.

Oh iya saya nyaris lupa mengatakannya pada kalian. Ternyata Karamel berkuliah di kampus yang sama dengan saya. Hanya beda di fakultas saja. Saya di fakultas IT sementara dia di fakultas Seni Musik.

Saya sengaja memarkirkan mobil di parkiran fakultas Tehnik sipil. Itu karna berdekatan dengan fakultas seni. Apalagi alasan paling tepat kalau bukan untuk bertemu Karamel tentunya.

"Yangga!"

Dengan cepat saya menoleh. Melihat bagaimana wanita dengan rambut bob pendek nya serta rok panjang dan sweeter pink yang senada dengan rok nya. Oh! Coba lihat, dia juga pakai kupluk, kombinasi yang selaras dengan kacamata bulat nya.

Kemudian ia tersenyum dengan kepala yang bergetar lucu. "Dingin ya?" Tanya saya, dan dia hanya mengangguk membenarkan.

"Kamu nungguin aku?"

Saya menggeleng, "Engga, aku kebetulan lewat dan liat kamu. Jadi sekalian aja." Jelas saya berbohong. Saya selalu sengaja untuk kemari. Dan dia selalu percaya akan itu.

"Pulang bareng yuk!"

Tidak seperti awal kami bertemu, Karamel sekarang tersenyum manis sambil mengnggukkan kepalanya lucu. Tidak ada keraguan di matanya.

"Masih kurang hangat?"

Dia menggeleng. "Engga kok." Katanya.

Dan seperti biasanya saya hanya akan mengangguk dan menyalakan mesin mobil. Omong-omong ini sudah lewat seminggu kami saling berkenalan. Dan lewat seminggu pula saya selalu memutar otak, supaya saya bisa mengutarakan apa yang saya rasakan.

"Ga, kita ke rumah sakit ya? Setelah itu kamu langsung pulang pun gakpapa."

"Ngapain? Siapa sakit? Kamu sakit? Kenapa? Sejak kapan? Kok bisa?"

Jika saya bertanya begitu dengan Mba Gadis, bisa di pastikan kakak saya itu akan memukul saya karna katanya saya banyak tanya. Tapi berbeda dengan Karamel, dia malah tertawa. Tawa yang menyenangkan ketika saya mendengarnya.

"Engga ada yang sakit. Aku chek up bulanan aja. Udah biasa kok." Sahut dia setelah puas tertawa dan lagi-lagi saya hanya bisa mengagguk.

Dan persis seperti yang saya bilang tadi, bahwa ini adalah tahap pendekatan. Saya tengah menerobos masuk dalam hati Karamel. Maka dari itu setelah diam cukup lama saya bersuara, "aku bakal nemenin kamu."

Saat itu juga Karamel langsung menggeleng. "Gak perlu Ga. Astaga ngerepotin banget nanti aku nya. Aku bisa pulang naik bus atau taksi nanti."

Gantian, sekarang saya yang tertawa. Dan mungkin itu aneh di mata Karamel sebab saat ini ai menatap saya dengan sorot mata kebingungan.

The day I fell in love with you | Liu Yangyang✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang