06 - Mereka bilang, pertengkaran itu wajar.

18 6 1
                                    

Saya tidak perna menyangka bahwa mencintai seorang Karamel akan semembahagiakan ini. Jatuh pada diri nya adalah pilihan paling tepat. Keputusan saya yang paling baik seperti nya. Sampai rasa-rasanya saya selalu ingin jatuh lebih dalam kepadanya. Saya bahkan rela kalau harus remuk karna jatuh berulang kali.

Tau tidak sudah berapa lama? Sebulan tau! Dan saya masih mempunyai stok cinta untuk Karamel dan itu terus bertambah perharinya.

Lebay ya? Biarin! Emang nya saya peduli? Toh, saya cerita bukan minta pendapat.

Mau mengumpat? Ya silahkan saya tidak akan peduli. Lagi jatuh cinta loh ini, jadi batu saya.

"Yangga!"

Nah itu kesayangan saya. Dengan hoodie kebesarannya dan juga celana bahan panjang nya, ia berlari menghampi saya. Sampai kupluk nya nyaris jatuh.

"Ngapain pakai acara lari segala sih?" Kekeh saya setelah menautkan jari-jari saya pada jari nya.

"Dingin siih."

Dan alasan sederhana itu berhasil membuat saya tergelak hebat. Gimana ya menjelaskan nya? Pokok nya setelah dia mengatakan itu saya akan langsung mendekap nya, mendarat nya ciuman singkat di pucuk kepalanya. Sebelum akhirnya membawa Karamel masuk dalam mobil saya.

Jika kalian tanya apakah kami begitu terus? Maka jawabannya iya paling serius. Sementara kalau kalian tanya apakah saya bosan dengan kegiatan begitu, maka jawaban nya tidak. Saya malah suka banget.

Sementara Karamel tidak pernah bosan untuk menampilkan senyuman nya yang paling manis.

"Jalan yuk!"

Dan saya baru menyadarinya setelah menjalani hubungan ini. Bahwa, Karamel tidak pernah menolak apa pun, atau malah dia tidak bisa untuk menolak.

Tidak tau juga sih. Saya bodoh dalam hal ini.

"Ayo!"

***

Seperti apa kata Petrus Mahendra di dalam penggalan lirik lagunya,
Cinta punya batas
Tak harus saling keras
Tak bisa dipaksa

Dan itu benar. Saya menyetujui nya. Meski katanya cinta itu luas bagi mereka yang tulus, pada dasarnya mereka akan berada di batas cinta itu suatu saat. Entah nanti mereka mampu bertahan atau memilih untuk menyerah. Ya terserah.

Dan memasuki bulan ketiga hubungan saya dengan Karamel. Tanpa alasan pasti saya merasa lelah. Dan semua lelah itu malah saya tumpahkan pada Karamel tanpa sadar.

Saya tau, saya goblok bukan main. Jadi kalau di ingat-ingat pasti akan sangat menjengkelkan. Jadi saya bisa mempersilahkan kalian untuk mencaci maki saya.

Tapi dengan goblok nya saya bertahan dan tanpa sadar malah menyakiti Karamel.

Saya pusing!

"Kar! Ya Tuhan! KAMU BISA NGERTIIN AKU SEKALI AJA GAK SIH? AKU CAPEK TAU?!"

"Maaf, iya aku tau. Ya udah, aku bareng temen aku aja deh."

"Siapa?! Siapa teman kamu?! Punya?!"

"Punya Ga, Rendy... Dia nawarin pulang bareng."

"GILA KAMU KAR! DARI SEKIAN BANYAK MANUSIA KENAPA HARUS RENDY?! MAU CAPER, IYA?! KAMU UDAH BOSAN?! BILANG KAR! BILANG SINI!"

Dan begitu lah kegoblokan saya bertambah perhari nya.

Saya tau Karamel mungkin diam karna kaget saya berteriak. Atau mungkin Karamel malah benar-benar mau mengakhirnya?

The day I fell in love with you | Liu Yangyang✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang