05 - Kata dia, iya. Saya di terima!

20 6 0
                                    

Saya pikir, Karamel miminta waktu itu maksud nya hanya waktu dalam menjawab---- tentang mau kah ia dinner bersama saya.

Rupanya tidak!

Dia juga menghindari saya. Dia pulang lebih awal. Dan terus saja menghindari saya kapan pun dia mampu. Saya kadang bertanya-tanya. Apa saya ada salah?

Menurut Mba, saya salah apa?

Ini sudah terhitung 1 minggu Karamel menghindari saya. 7 hari loh, bukan waktu sebentar. Saya nyaris frustasi.

Sebenarnya beberapa kali saya bertemu dengan Karamel secara tidak sengaja seperti, di cafetaria, kantin, atau parkiran. Tapi dia bersifat seolah tidak mengenali saya. Bahkan berkontak mata saja dia tidak mau!

Ya Tuhan, ampuni dosa saya.

Tapi siang tadi saya mendapatkan pesan dari Karamel setelah sekian lama. ---- Ya.... selama Karamel menghindari saya, dia juga tidak mengkontak saya. Hanya saya yang mengirim pesan. Itu pun di abaikan...

_________________________________________

Karamel

Ga...
Maaf karna menghindari mu.
Kamu marah?

Engga kok...
Kamu apa kabar?
Maaf kalau lancang,
aku kangen kamu.

Kabar ku baik.
Aku minta maaf...

Haha, gak pelu di pikirin.

Jadi, tawaran itu masih berlaku?

Apa?

Tawaran itu, dinner.

Oh tentu aja!

Nanti kita ketemu di parkiran kaya biasa ya.
_________________________________________

Saya pernah mendengar dari Mba Gadis, bahwa apa pun yang terjadi--- entah kemungkinan paling baik atau buruk. Jangan terlalu menerka nya, itu hanya akan membuat sakit hati. Atau jangan berharap terlalu tinggi sebab katanya ekspetasi adalah hal sederhana yang paling menyakitkan.

Tapi saya tidak bisa untuk membayangkan tidak ekspetasi-ekspetasi kecil. Dan tanpa sadar, ekspetasi itu berubah menjadi harapan besar.

Mampus! Kalau tidak terwujud, pasti sakit nya bukan main.

"Yangga!"

Saya menoleh, itu Karamel dengan pakaian sederhana nya yang paling manis. Dengen beberapa tumpuk buku di tangan nya. Agak nya dia terlalu sempurna untuk saya yang begajulan begini.

Tenang, saya tidak merokok kok. Untuk hari ini.

"Mau langsung jalan?"

Dia nampak bingung. "Se-sekarang banget?"

Saya tergelak mendapat ekspresi bingung serta malu-malu nya. Lama sekali saya tidak melihat Karamel, saya sungguh merindukannya.

"Aku gak maksa. Kalau kamu mau pulang dulu aku bakal anterin kamu."   Saya menyahuti, sementara dia mengangguk-angguk. Entah paham atau tidak.

"Kalau engga?"

Tanpa sadar saya menaikkan satu alis saya ketiika Karamel bertanya begitu, membuat kekehan nya yang lama tidak saya jumpai keluar secara malu-malu.

The day I fell in love with you | Liu Yangyang✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang