07 - Saya mencintai mu, sampai jadi debu.

34 6 0
                                    

Jika di tanya siapa yang paling egois dalam hubungan percintaan saya. Mungkin Karamel hanya akan diam dan menunjukkan senyuman nya yang paling manis. Sementara saya akan mengacungkan jari paling tinggi dan dan berteriak bahwa saya lah yang paling egois.

Apa karna saya menutupi busuk nya Karamel? Salah. Tapi Karamel lah yang menutupi busuk nya saya. Dia terlalu sabar dan lembut.

Dan saya mencintai nya.

"Tiba-tiba banget deh. Pengen bakso." Karamel mendongak, lalu jemari lentiknya menyentuh garis rahang saya.

Saya terkekeh. Jarang Karamel langsung mengatakan apa yang dia inginkan. Tapi akhir-akhir ini dia lebih sering terbuka dan langsung mengungkapkannya.

"Yuk, makan bakso." Ajak saya. Saya ingin sekali melihat mata Karamel yang berbinar bahagia. Tapi saya harus fokus pada jalanan, karna sedang menyetir.

"Ayoo!"

Lagi dan lagi saya hanya tergelak ketika Karamel begitu bersemangat. Dia sangat menggemaskan ya.

***

Saya dan Karamel akhirnya memutuskan makan bakso di pinggiran jalan. Sudah saya pilihkan yang tidak ada asap rokok atau sebagainya.

Seperti yang saya sudah bilang, Karamel sangat tidak bisa berada dalam suhu ruangan dingin. Apalagi ini tempat terbuka di bulan Januari. Udara jauh lebih dingin, apalagi kalau habis hujan begini.

Brrr... dingin bukan main.

"Ga, cuaca nya dingin banget. Kamu kedinginan tuh. Kamu pakai jaket ya."

Saya langsung menggeleng dan memegang tangannya, yang hendak melepaskan jaket saya dari tubuh nya.

Lalu saya bawa tangan nya di dapan wajah saya. Saya tiup kedua telapak tangannya sebelum akhirnya saya gosokkan dan saya taruh pada pipi saya.

"Udah ada kamu. Gak dingin lagi." Saya terkikik sementara dia hanya bisa menggeleng melihat kelakukan saya.

Tak lama setelah itu bakso kami datang. Yang mana membuat Karamel berbinar terang. Mata nya itu loh, bulat lucu, seperti kelinci melihat wortel.


"Ga, kamu pernah bosan gak sama aku? Capek misal nya. Kayak merasa terbebani aja." Kata Karamel secara tiba-tiba. Membuat saya nyaris tersedak bakso.

Buru-buru saya meminum teh hangat di samping saya. Beruntung karna tidak begitu panas.

Saya langsung saja menatap kedua mata Karamel yang mana ia hanya menatap saya dengan biasa-biasa saja. Dan... oh astaga, mata polos itu seolah tidak pernah terjadi apa pun.

"Kenapa nanya begitu?" Saya bertanya pada nya, sementara dia hanya menggedikkan bahu nya acuh.

"Aku cuma nanya Ga. Gakpapa sih, tiba-tiba kepikiran aja." Sahutnya. Saya hanya, menghela nafas agak panjang.

Saya diam. Saya hanya mampu menatap Karamel yang memakan bakso, menyesap kuah dan meminum teh hangat nya.

Sampai ia balik menatap saya. Saya jadi tidak berkutik. Dia menatap saya seolah meminta jawaban atas pertanyaan tadi.

Mengapa harus di jawab? Saya tidak mau menjawab padahal, saya takut ingkar.

"Kalo kamu tanya bosan. Kayaknya di setiap pasangan merasakan hal yang sama. Iya aku akui, aku pernah merasakannya. Tapi kalau capek. Aku gak pernha Kar. Itu sebab nya aku memilih bertahan sampai sekarang. Rasa-rasanya apa pun yang kamu lakukan selalu menjadi hal sederhana yang mampu bikin aku semakin jatuh cinta ke kamu. Kamu boleh ejek aku, terserah mau mikir aku cuma ngebual atau gimana. Aku cuma mengatakan apa adanya Kar."

The day I fell in love with you | Liu Yangyang✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang