Ara hari ini mengajar di rumah Ica, bahkan Ica belum pulang karena masih ada tugas kelompok. Saat Ara tiba, ia di sambut oleh mama Ica yang ada di rumah sambil nemenin anak-anaknya main.
"Oke, hasilnya betul. Ini juga betul, ini juga. Ih benar semua! Wah, kayaknya udah gak butuh kak Ara jadi guru lagi nih?" Goda Ara.
Adik Ica tertawa. "Harusnya kak Ara jadi guru tetap aku, udahlah gak usah sekolah." Sahutnya dengan ringan.
"Eh, lho kok gitu? Harus sekolah dong, kak Ara kan cuma bantuin. Tapi kalian tetap harus sekolah, katanya mau jadi pintar?"
"Iya sih." Jawab keduanya.
"Kak Ica pulang!" Sorak Ica memasuki rumah.
Adik Ica langsung menoleh dan meninggallan Ara, gadis itu juga bangkit bersamaan dengan tatapannya yang memandang Ica dengan tamu yang ia bawa.
"Hai Ara." Sapa Samuel.
"Lho, oh hai!" Balas Ara.
"Eh iya Ra, gua belum cerita kalo Samuel pindah dan jadi tetangga gua. Tadi ketemu sekalian gua nebeng balik." Tutur Ica menyadari keplongoan Ara.
Ara hanya mengiyakan, dia gak minta di jelasin. Bersamaan dengan itu Ara mau pamit karena tugasnya sudah selesai.
"Ara!"
Ara menoleh meski rada kaget. "Kenapa Sam?" Tanya Ara membalas panggilan Samuel.
"Gua antar lo pulang."
"Eh, rumah gua jauh dari sini. Lo pulang aja, gua naik bus-"
Samuel nyentil dahu Ara perlahan dan bikin cewek itu diam seketika. "Sam, apa sih?!"
Awalnya mereka berdua gak dekat, mengingat dahulu saat berkenalan tampang keduanya sama-sama judes dan Ara gak suka sama Samuel yang kadang terlalu serius. Buat Ara, hidup di bawa santai aja dan bercanda kayak semesta.
"Gak boleh nolak rezeki, sekalian ini tuh balas budi karena lo udah bantuin gua tadi." Balas Samuel.
"Ck gak usah sok belaga balas budi deh, jangan buang-buang bensin dan waktu lo."
"Enggak, gua ikhlas cepetan! Ini udah mulai mendung."
Ara natap langit, kalo dia jalan kaki sampai jalan raya yang ada dia keburu kebasahan karena nunggu bus yang kadang suka gak on time. "Lo gak nyulik gua kan?" Tanya Ara.
"Gila." Balas Samuel sambil memakai helmnya.
Decakan keluar dari mulut Ara bersamaan dengan Samuel yang memakaikan helm di kepala Ara. Syukurnya pas, kalo kebesaran ia yakin Samuel akan menertawakannya karena mirip badut pinggir jalan yang kepalanya goyang-goyang.
Ara mencengkram jaket Samuel di bagian pinggang, motor Samuel cukup membuat Ara takut terpental ke belakang saking kencangnya karena berlomba dengan awan gelap yang mulai menurunkan curahan airnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Satu Dadu - SUDAH TERBIT
ChickLit"Monopoli, ular tangga, dan ludo. Adalah contoh realistis bagaimana dadu jadi penentu kemenangan dan kekalahan. Ambil giliranmu dan cobalah sampai ketemu angka keberuntunganmu. Kuncinya, sabar semua ada waktunya." - ekspektasi di bahu si sulung dan...