20

293 180 171
                                    

Detak jantung yang tergambar naik turun membuat ayah terus menggenggam jemari Ara sambil mengusapnya dengan lembut dan berusaha tidak menangis karena takut justru pikiran buruknya jadi kenyataan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Detak jantung yang tergambar naik turun membuat ayah terus menggenggam jemari Ara sambil mengusapnya dengan lembut dan berusaha tidak menangis karena takut justru pikiran buruknya jadi kenyataan. Ponsel di sebelah tangannya masih di genggam erat, menunggu waktu dan jawaban yang ia tau tak akan semudah itu di relakan.

"Ara, bangun nak. Setidaknya kalau bukan untuk ayah dan ibu, bangunlah untuk Sekar. Dia gak akan sanggup kehilangan kamu."

-

Sarah tidak tau bahwa media sosial bisa seramai ini, dengan tagar dan postingan yang beredar bahkan sampai masuk dalam jajaran trending untuk mencari keadilan yang pihak polisi pun belum bisa menjawabnya dengan pasti.

"Samuel, ini benar?" Tanya Sarah karena tidak terlalu mengerti cara memakai aplikasi sosial yang melibatkan interaksi banyak orang, lebih tepat seperti amuk masa dalam ketikan.

"Mama tau dari?" Bahkan Samuel belum tau tentang berita-berita itu karena sehabis dari kantor polisi ia dan Sekar di periksa oleh dokter untuk memastikan kondisi mereka berdua.

"Ini apa ada burungnya, mama gak paham. Semua di kirim sama tante kamu pas kamu kemarin."

Masih pagi dan terlalu awal untuk membiarkan cahaya ponsel menusuk mata namun Samuel juga penasaran. Ia membuka semua sosial medianya bahkan sampai ke akun gosip dan benar adanya, berita itu seketika viral. "Ma, kok bisa?"

"Gua." Atensi kini teralih ke seorang gadis yang bertengker di pintu dengan senyum tajam ke arah Samuel. "Jangan lupa kalo gua seleb kampus, Sam." Ucap Ica dengan percaya diri.

Samuel menampilkan senyumnya saat mendengar itu. "Ma, bisa aku bicara sama Ica berdua dulu?"

Sarah memberi izin dan segera beranjak keluar dari kamar itu. Kini tersisa Ica dan Samuel yang masih dengan senyum tajam seakan puas dengan hasil kerja masing-masing.

"Maaf meski itu bapak lo, tapi kalo dia nyelakain kak Sekar dan Ara maka dia gak ada harganya buat gua. Lagian relasi gua juga banyak, jadi gampang viral." Ucap Ica.

"Makasih, kerja lo benar-benar mulus. Bahkan udah sampai lima ribu tweet dan masuk lambe turah, boom!" Balas Samuel dengan bangga, benar-benar gak habis pikir Ica bisa seberbahaya itu melalui ketikan jemarinya.

"Pihak kampus dan mahasiswa bersedia kita membantu, apalagi Ara juga berteman sama mereka dan lo banyak mahasiswi yang suka. Jadi ya gampang manfaatin mereka." Beginilah gadis yang di juluki 'ratu jurusan hukum' dengan tindakannya yang berani.

Samuel mengacungi jempolnya dan Ica hanya tersenyum bangga. "Eh lo udah jenguk Ara?" Tanya Ica yang membelokkan topik.

"Udah selesai operasi?!" Tanya Samuel dengan amat terkejut.

"Udah, cuma sayangnya dia koma. Transplantasi paru-parunya berhasil tapi dokter udah bilang mungkin dia belum sadar dalam waktu dekat. Gua juga tadi abis jenguk kak Sekar di ruangannya, mau ajak dia jenguk Ara tapi katanya dia takut untuk ketemu Ara sekarang. Gua gak tau alasannya apa."

[✓] Satu Dadu - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang