2

591 313 378
                                    

Mendewasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendewasa.
mungkin masa kecilmu berhenti, namun dewasa tidak. ia tiada ketika nafas terakhirmu berhembus, belajarlah.

"Aku pulang." Ucap Sekar sambil melangkah masuk dengan kopernya.

Terhitung sudah empat hari Sekar pergi keluar kota karena pekerjaannya, Ara yang mendengar Sekar pulang segera berjalan menghampiri Sekar dan memeluk sang kakak. Sekar pun memeluk Ara balik meski tubuhnya hampir kehilangan keseimbangan karena Ara yang terlalu antusias dengan kepulangannya.

"Kangen kakak!" Ucap Ara. "Oleh-olehku mana?" Tanya Ara yang tak hanya menanti kepulangan orang tercintanya tapi juga oleh-oleh yang ia titip.

"Ada kok, nanti ya. Kakak mau ke kamar sama beres-beres dulu."

Ara mengangguk kemudian membantu Sekar memasukkan kopernya. Sebenarnya tugas kuliah Ara belum tuntas, masih ada yang dia cek ulang tapi ia mau membantu Sekar terlebih dahulu sekaligus menagih oleh-olehnya.

"Kakak mandi dulu ya? Jangan sentuh barang-barang kakak!" Ucap Sekar.

Ara mengangguk, suara Sekar yang lembut membuat perintah tadi terdengar tidak terlalu seram. Namun Ara tau, kakaknya punya privasinya sendiri. Ia harusnya sadar diri, meski hubungan keduanya dekat dan barang-barang atau hal harus selalu di ketahui.

Sekar selesai mandi dan sudah mengenakan pakaian tidurnya, ia pun menghampiri Ara dan memberikan Ara sebuah tas hitam yang di dalamnya berisi oleh-oleh untuk Ara. Gadis itu segera membukanya dan merasa girang sambil mencoba semua oleh-oleh itu.

"Makasih kak Sekar, aku suka!" Balas Ara kemudian memeluk tubuh Sekar.

"Akh, Ra!" Ringis Sekar.

Ara melepaskan pelukannya kemudian menatap Sekar yang kesakitan. "Kakak kenapa? Kakak sakit?"

Sekar menggeleng. "Cuma pegal-pegal aja kok, gapapa."

"Nanti aku cariin kakak tukang pijit, mau aku balurin minyak kayu putih dulu?" Tawar Ara.

"Enggak usah, Ra. Kakak bisa sendiri kok, gak usah cari tukang pijit nanti pakai koyo aja." Balas Sekar.

"Gapapa kak, lagian aku baru gajian lho!" Goda Ara.

"Simpan gajimu, Ra. Buat kuliah sama keperluan kamu—"

"Apa sih kak?! Pokoknya harus cari tukang pijit! Aku gak mau kakak sampai sakit!" Kesal Ara dengan sikap Sekar yang terlalu banyak pertimbangan.

Ara yang perhatian dengan Sekar yang pertimbangan, hubungan yang bagus.

Sekar tersenyum. "Iya iya, terserah kamu." Balas Sekar dengan pasrah. "Ra, kamu udah jenguk ibu belum?" Tanya Sekar.

[✓] Satu Dadu - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang