Menatap Ara yang sudah berbaring dan masuk ke dalam alam bawah sadarnya membuat Sekar menjadi lebih tenang, di tambah dengan keadaan bu Ira saat ini yang bertamu di rumahnya setelah lama tak berinteraksi. "Di minum dulu bu." Ucap Sekar sambil memberi secangkir teh hangat hangat.
Bu Ira membalas dengan senyum, dalam hatinya ia malu sekali karena mendapat perlakuan manis dari Sekar seperti ini. Ia ingat hari itu ketika para ibu tetangga berkomentar tentang Sekar, ia di sana menatap rumah Sekar waktu itu dan melihat bayang Sekar di sana. Namun ia malu untuk menyapa sementara semua mata tengah tertuju tentang apa yang Sekar perbuat.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya bu Ira saat memperhatikan kondisi Sekar dan bersyukur keduanya selamat.
Sekar mengangguk. "Masih masa pemulihan aja bu, sama nyeri-nyeri yang belum hilang total." Balas Sekar.
Hening setelah Sekar membalas, ada hati bu Ira yang masih merasa bersalah. "Sekar, ibu mau minta maaf sama kamu soal kejadian di tukang sayur itu. Maaf ibu gak bela kamu."
Sekar yang telah melupa hanya membalas dengan senyum dan menarik tangan bu Ira dalam usapan tangannya. "Gapapa bu, aku paham kok. Sudah lampau dan aku gak memikirkan itu lagi, lagi pula sekarang aku punya Ara yang bantu aku untuk memperbaiki diri aku."
Bu Ira menggigit bibir dan membalas genggaman tangan Sekar. "Kamu hebat nak, ibu bersyukur bisa kenal kamu."
Perkataan itu terasa nyaman, Sekar merasa di terima oleh orang yang mau dengannya. Ia tak peduli bagaimana dengan yang lain, namun saat ini ia bersyukur punya orang-orang baik di sekitarnya.
-
Lingkungan kampus heboh dengan keberadaan Ara yang sudah kembali mendaratkan kakinya di kampus, Ara terlihat percaya diri dan bagi Ica kini gadis itu seperti preman.
"Gini rasanya jadi artis, gua sampai udah sedia pulpen buat tanda tangan nih." Bisik Ara sambil memainkan pulpen hitam dengan jarinya.
"Pulpen buat nyoret nama lo, iya." Ledek Ica berbalik.
Ara menghela nafasnya, bahkan ia sampai pakai masker karena Sekar yang menurutnya terlalu over perhatian. Belum bekal sama obat yang Sekar siapin kayak mau ngirim Ara ke medan perang.
"Nanti temenin gua recheck mau gak, di perpus kayak biasa?" Tawar Ara.
"Boleh, tapi bukan biasanya lo di perpus bareng Samuel?"
"Terus maksudnya kita tendang Samuel keluar dulu baru belajar di perpus?"
"Bego." Kata itu meluncur bebas dari mulut Ica tapi Ica gak mau mendahului Samuel untuk menyatakan rasa. "Terserah lo deh!"
"Eh iya gua belum lihat Samuel dari pagi, dan ini hari pertama gua balik ke kampus lagi. Dia dimana ya?" Tanya Ara mendadak.
"Entah tapi dia nitip ini buat lo. Katanya jaga-jaga aja kalo lo butuh." Ucap Ica sambil mengambil kantong obat di tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Satu Dadu - SUDAH TERBIT
ChickLit"Monopoli, ular tangga, dan ludo. Adalah contoh realistis bagaimana dadu jadi penentu kemenangan dan kekalahan. Ambil giliranmu dan cobalah sampai ketemu angka keberuntunganmu. Kuncinya, sabar semua ada waktunya." - ekspektasi di bahu si sulung dan...