•••
Jack menyisir surai hitam legam miliknya ke belakang dengan jemarinya. Sorot mata tajam dan gelap selalu yang selalu memberi kesan angkuh, mampu membius semua mata akan pesonanya. Bibir yang tertutup rapat dan rahang yang tegas, serta pakaian yang membalut tubuh pria kekar itu memberi kesan elegan dan mewah.
Seraya menunggu seorang pelayan selesai menuangkan cairan Vodka ke dalam gelas yang siap di persembahkan kepada nya, Jack mengamati seluruh penjuru ruangan yang bisa di katakan luas dan mewah. Fokusnya kembali ketika pelayan itu sudah menyodorkan gelas tadi ke hadapannya, Jack berdehem tipis sembari menerima galas itu.
Disana, netranya menatap sebuah lukisan besar yang terpajang di dinding. mungkin tujuannya untuk memancarkan kebahagiaan yang terlihat dari lukisan di sana, tapi sialnya Jack membenci itu.
Istri kedua ayahnya.
Lihatlah sandiwara di dalam lukisan itu. Ibunya dibuat dalam satu lukisan bersama istri kedua ayahnya? Lucu sekali! Tak perlu lama lama Jack segera mengalihkan tatapannya dari sana, memilih untuk menatap kilatan cairan di dalam gelas. Setidaknya gelas bening itu memancarkan warna asli dari cairan di dalam nya.
"Son, kau sudah makan?"
Netra Jack terangkat, ditatapnya sang ayah yang baru saja tiba dengan sebuah tongkat di tangannya. Tenang, tongkat itu bukan tongkat yang selalu di gunakan untuk KDRT. Melainkan tongkat khusus untung pria tua, begitulah Jack menyebutnya. Tongkat pria tua.
Siapapun bisa memahami bahwa pria tua seperti De' Vaughn Jeo El'Xander memang membutuhkan tongkat. Mengingat tubuhnya yang sudah layu, belum lagi dengan tulangnya yang mungkin mulai keropos. Jeo butuh itu. Itu kata Jack.
Pada kenyataannya Jeo tidaklah separah yang di deskripsikan Jack tadi, walau walau sudah tua Jeo tetap memili wajah yang tampan. Perihal tongkatnya, Jeo sama sekali tidak berniat menggunakan benda itu jika saja istrinya tidak memaksa. Tubuhnya masih sangat kuat untuk menahan bobot tubuhnya sendiri, walau kakinya sering terasa keram.
"Kau mau bicara apa?"tanya Jack tanpa menjawab pertanyaan Jeo sebelumnya.
"Kau sudah makan? Sudah mandi?"pada dasarnya kedua ayah dan anak itu sama sama keras kepala, namun sialnya sifat keras kepala Jack melebihi sifat keras kepala yang dimiliki Jeo
Jack mendesis "pertanyaanmu seperti seorang kekasih alay!"
Terlihat dahi Jeo semakin berkerut, bahasa apa lagi yang di pakai oleh putranya itu?
Sedangkan Jack sudah lebih dulu merasa kebingungan, sebenarnya ada maksud apa Jeo mengundangnya utnuk datang kerumah mewahnya itu? Tak biasanya, bukankah Jack sudah pernah bilang jika dirinya tidak ingin datang lagi ke rumah ini. Ya, Jack memilih tinggal tempat lain dari pada harus satu rumah dengan istri kedua ayahnya.
Walaupun ayahnya memiliki istri dua, tapi Jeo tetap tidak berubah. Perhatiannya selalu di limpahkan untuk sang putra semata wayangnya. Karena di luaran sana banyak rumor yang berkata jika seorang ayah akan berubah jika memiliki istri lain? Nyata nya tidak semuanya, Jeo tetap pada tempatnya.
Jeo mengendurkan bahunya "kudengar kau berniat pergi ke Spanyol?"
"Kenapa kau repot repot? Apa seorang dokter mendiagnosis kau akan mati jika menghirup udara Chicago?"lanjut Jeo dengan pernyataan tidak masuk akal yang terkesan sarkas.
Jack meneguk whiskey nya lagi sampai tandas, sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan dari sang ayah. Oh ayolah, Jack tidka sanggup menatap sang ayah. Pria itu bersikap seperti seorang perawan yang sedang merajuk dengan bibir maju kedepan! Menggelikan! Hanya sedikit, sama sekali belum bisa menghilangkan aura kuat ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRING THE KNIFE
FanfictionMalam itu saat dua insan di pertemukan, keduanya berakhir dalam sebuah kenikmatan yang berujung berantakan. lalice dan jack adalah dua manusia dengan watak sombong dan ambisius terhadap satu sama lain. Enam bulan lalu mereka bertemu dalam satu malam...