Berdiri di depan sebuah pintu setinggi lima meter dengan ukiran kayu yang indah membuat lalice terlihat sangat kecil, suara alunan musik tidak lagi terdengar, samar. Beberapa pria yang tadi berdiri di dekat pintu ini pun telah menghilang begitu ia mendapati Jack yang tengah berdiri bersandar dengan congkak di dekat pintu. Pria itu menyilangkan kedua tangan di depan dada, menatapnya tajam.
Keduanya bertatapan dalam diam. Terjadi ketegangan tak kasat mata yang membentang di antara mereka, ambisius yang tidak berujung, bersih keras untuk membuktikan siapa yang lebih kuat dalam tatapan. Tanpa sadar lalice berjalan, mendekati si pria yang tampak menawan. Namun, ia segera berhenti begitu menyadari suatu hal. Sial lalice, pria itu adalah pria yang benar benar harus di jauhi. Kini, mereka hanya berjarak tiga langkah. Dan dalam hati, seseorang merutuki tingkah lakunya.
Pria itu menyipitkan matanya tajam, namun wajahnya terlihat sangat tenang. Tidak pernah sekalipun, ia menemui wanita sekeras kepala ini. Tiap kali tatapannya bertaut, seakan merasakan sisa kemarahan, yang jelas saja mengujinya.
Penampilan wanita itu cukup mengganggu, sangat. Sangat menggangu sampai Jack tidak bisa mengalihkan tatapannya bahkan untuk beberapa detik saja, matanya terus memindai wanita yang berdiri kaku tak jauh darinya. Dari jarak yang lumayan dekat, aroma asing jelas menempel pada tubuh si wanita bergaun satin gold. Jack menyeringai tipis, that guy.
"Kesini."ucap jack mengulurkan tangannya kepada lalice. Sedang di hadapannya, lalice menaikan sebelah alisnya. Hal itu justru membuat garis wajah Jack mendatar seketika "Don't get me wrong Lalice, aku sangat senang memaksa orang lain untuk mematuhiku."
Lalice diam saja, melirik uluran tangan itu dengan perasaan malas luar biasa. Tak lama kemudian, lalice menyeringai lebar, merasa menang begitu melihat tangan itu turun, lengkap dengan raut wajah menahan jengkel milik sang empu.
"Kau luar biasa keras kepala."ucap jack menatap lamat lamat wanita yang menampilkan ekspresi kemenangan disana.
Oh tentu saja, tuan Hall Miller yang maha berkuasa, sejak kapan kau meragukan tingkat keras kepala yang dimiliki wanita ini. Diam diam lalice berdecak dalam hati, mulai jengkel sendiri. Sial sekali, harusnya ia tidak perlu berbohong mengenai 'sudah memesan taxi' jelas jelas ia belum memesannya. Dan sekarang, muncul masalah lagi.
Lalice memperhatikan tubuh tegap yang terbalut tuxedo hitam itu, lalice ingat pernah menyentuhnya. Bukan hanya sekali, lalice sudah menegak gairah yang luar biasa dengannya berkali kali. Tatapannya jatuh pada tangan besar yang berurat, tangan itu pernah mengacaukan nya, hampir membuatnya tenggelam dalam kenikmatan semu. Lalice merinding, mengingat hentakan kenikmatan yang terus menghujamnya.
Tiba tiba pasokan udara di sekitarnya menipis, lalice merasa nafasnya mulai memberat, kepala nya pening. Sial, ia tersulut gairah. Dan lalice menyembunyikan nya, wanita itu mulai berkata dengan angkuh "apa yang membuatmu berfikir bahwa aku akan menuruti mu Mr. Miller?"
Wajah pria itu semakin mendatar, mengahasilkan aura dingin yang semakin menusuk. Jelas lalice merasa terintimidasi walau tetap menunjukan sikap sok berani. "Don't make me tell you twice, Lalice."katanya berujar dingin, terdengar tenang namun menuntut agar lalice segera mematuhinya.
Ah, suara berat itu. Ingatan lalice tertarik pada beberapa waktu lalu, pada momen dimana Jack mendesah dengan suara berat yang serak, menuntut lalice agar bergerak semakin cepat di atasnya. Lalice bisa mendengar bisikan itu, pria itu terus membisikan kalimat kotor yang justru semakin membuat lalice bergerak menggila.
Pada akhirnya lalice lengah, menyerah pada pesona sang pria.Tubuh pria itu tinggi, sehingga mengharuskan lalice untuk mendongak untuk menatap mata gelap milik sang pria. Lalice meremang, aura yang mengelilingi pria itu benar benar gelap, dominan, dan sangat sulit di tembus. Pada akhirnya lalice menurut, kali ini tidak menimbulkan banyak kegaduhan. Terbukti saat tubuh nya terhuyung ke depan menabrak sang pria, lalice hanya diam saja. Tangannya terangkat, berusaha menahan dada pria di hadapannya agar tidak bersentuhan dengan milikinya, cukup sulit mengingat tangan besar Jack sudah melingkari pinggangnya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRING THE KNIFE
FanficMalam itu saat dua insan di pertemukan, keduanya berakhir dalam sebuah kenikmatan yang berujung berantakan. lalice dan jack adalah dua manusia dengan watak sombong dan ambisius terhadap satu sama lain. Enam bulan lalu mereka bertemu dalam satu malam...