BRING THE KNIFE|PART 10 - I'm not afraid, I'm worried

878 105 16
                                    

Lalice menghembuskan nafas secara kasar, kemudian menariknya lagi sebanyak mungkin. Sampai terasa sesak pada paru paru, lalu menghembuskan nya lagi. Wanita itu terduduk di sebuah kursi panjang yang menghadap ke danau lebar di depannya, menatap aliran air yang cukup deras. Entah sudah berapa lama lalice terdiam di tempat itu, yang ia lakukan hanya diam.

Ia menyadari bahwa dirinya sudah mengeluarkan banyak sekali tenaga untuk berdebat kepada si keparat Jack Miller itu. Bukan tindakan impulsif yang ia lakukan tadi, melainkan sudah ia pikirkan berhari hari.

Ia tidak bisa terus terusan diam di posisi ini, terus bungkam atas kelakuan pria itu. Jika pun lalice harus mengimpan rapat rahasianya, harusnya pria itu bersikap seolah olah tidak mengenalnya, atau kemungkinan terburuk pria itu bisa saja membunuhnya mengingat kejahatan Jack malam itu.

Lalice baru menyadari semua tindakan Jack malam itu di Lux'atlantic adalah bagian dari kotornya dunia persaingan bisnis dan politik. Tadinya, hal hal seperti ini adalah hal yang simpang siur menurutnya sampai lalice benar benar terlibat di dalamnya. Charles Manson, pria yang ternyata terbunuh malam itu adalah seorang pengusaha yang sebagian besar bisnisnya adalah hasil dari permainan kotor. Lalice tidak tau masalah utamanya antara perusahaan milik ayah Jack dengan perusahaan milih si Manson itu, namun ia dapat memastikan bahwa permasalahan yang terjadi cukup pelik.

Dan benar saja, pembunuhan itu ternyata sudah di rancang dengan sangat rapih. Sampai dimana si pelaku di tangkap, pria yang sama sekali tidak terlibat malam itu, wajahnya di tampilkan di televisi. Jack dan perusahaan nya bersih, bahkan tidak menimbulkan kecurigaan apapun di mata publik dan pihak berwajib. Mereka benar benar membuatnya seolah pria tidak bersalah itu adalah pelaku sesungguhnya.

Dari sana lalice tahu, ia tidak boleh berada dalam jangkauan Jack Miller. That man is dangerous, entah apa yang ada di otak dan hati pria itu, lalice yakin pria itu adalah pria yang harus ia jauhi.

Lalice mengusap pergelangan kiri tangannya, menatap darah yang mengering di sertai rasa nyeri akibat hembusan angin yang kencang. Bajingan, pria itu bahkan tidak segan segan untuk melukainya.Mungkin di masa depan pria itu tidak akan segan untuk menebas lehernya, mengingat betapa menantangnya ia terhadap pria itu.

Dari sudut matanya, lalice melihat seorang pria melangkah ke arahnya. Dengan cepat lalice meraih gunting dari dalam tas kemudian menggenggam nya erat erat. Jack, pria itu lagi lagi menghampiri lalice padahal tiga jam yang lalu pria itu telah pergi meninggalkan nya dengan tangan berdarah darah.

Setelah sampai di hadapannya, lalice menatap tajam pria itu, menolak percaya jika pria di depannya ini adalah sosok yang di puja puja oleh banyak sekali wanita di Chicago. Pria itu dengan tenangnya duduk di sebelah lalice tanpa menghiraukan tatapan tajam dari wanita bersurai coklat itu.

Dengan segala kewaspadaan, lalice menghunus guntingnya yang semula ia genggam erat erat begitu Jack bergerak ingin meraih tangannya. Dengan jantung yang berlalu talu di dadanya, lalice menekan ujung gunting itu pada leher Jack. Sedang pria di hadapannya, langsung mengurungkan niat untuk meraih pergelangan tangan lalice. Jack mentatap datar, dengan bibir terkatup rapat. Namun di luar dugaan, Jack hanya menatap sekilas sebelum akhirnya meraih sesuatu dari balik kantong besar di dalam blazer panjangnya.

Sebuah kotak obat.

Ketika lalice menangkap pergerakan Jack yang seperti hendak mencondongkan tubuh ke arahnya, dengan berbekal nekat lalice langsung menekan ujung gunting ke leher pria itu dengan tekanan yang cukup kuat. Jack malah menggenggam gunting yang menekan lehernya itu, kemudian memindahkan posisi gunting ke tempat yang semakin berbahaya untuk keselamatan nyawanya.

"Pergi dari sini!"pekik lalice dengan penuh kemarahan. Matanya mulai memanas sebagai lambang kekesalan yang membuncah di dadanya.

"Setelah aku mengobati tangan mu." Balas pria yang semakin tidak peduli dengan gunting di lehernya dan pekikan yang baru saja di serukan oleh lalice.

BRING THE KNIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang