08

63 12 0
                                    

Aidan menatap keluar jendela taksi. Pemandangan London sudah nampak berada di depan matanya. Ia pun tersenyum. Impiannya sejak kecil akhirnya berhasil terwujud.

Mobil dan motor nampak berlalu lalang. Nampak juga pejalan kaki yang sedang menyusuri trotoar. Meskipun sekarang sudah terbilang pagi dini hari, namun masih cukup banyak orang yang beraktivitas.

Sesampainya di dorm, Aidan turun dari taksi dan juga menurunkan semua barang-barangnya. Untungnya, Aidan termasuk orang yang minimalis karena ia hanya membawa 1 koper, 1 ransel, dan 1 tas jinjing.

Aidan berjalan masuk ke dalam dorm dengan barang-barang di tangannya. Dorm nya sudah sepi. Hanya ada beberapa orang yang sepertinya baru saja pulang.

Ia menaiki tangga menuju lantai 2. Dorm dengan desain minimalis ini memiliki anak tangga yang cukup banyak sayangnya.

Sesampainya di depan kamarnya, ia langsung membuka pintunya. Terlihat seseorang yang sepertinya akan menjadi roommate nya tengah duduk di meja belajar.

"Umm...hai?" tanya Aidan.

Orang tersebut menoleh dan tersenyum lebar, "Hai. Finally you came!"

Aidan tersenyum dan langsung membawa semua barang-barangnya masuk dan menutup pintunya. Ia langsung menghampiri orang itu dan mengajaknya bersalaman.

"I'm Aidan." ujarnya.

"Gue Hanan."

Alis Aidan terangkat saat mendengar orang di depannya bisa berbahasa Indonesia.

"Gue orang Indo juga." jawab Hanan sambil tertawa melihat ekspresi Aidan.

"Wow sempit banget dunia." seru Aidan. "Tapi lo tau darimana gue orang Indo?"

"Gue denger dari orang administrasi nya tadi siang pas gue baru dateng katanya roommate gue orang Indo dan bakal dateng malem ini." jawabnya. Aidan manggut-manggut mendengarnya.

"Lo dari SMA mana, Nan?" tanya Aidan sambil meletakkan semua tas nya di sudut kamar.

"Kanisius, Lo?"

"Gue Labschool." jawabnya. "Cibubur."

"Oooh." jawab Hanan. "Eh btw ini kasurnya tingkat dan gue sebenernya rada takut tinggi jadi gue ambil yang bawah. Gapapa kan lo ambil yang atas?"

"It's cool." jawab Aidan. "Gue mandi dulu ya."

Aidan langsung masuk ke kamar mandi dan menanggalkan seluruh pakaiannya. Perjalanan hari ini cukup melelahkan sehingga mandi air hangat nampaknya bisa menjadi pilihan yang bagus.

"Lo arsi juga kan, Dan?" tanya Hanan begitu Aidan keluar dari kamar mandi.

"Heeh." jawab Aidan. "Lo arsi?"

Hanan mengangguk, "Kayanya emang kalo disini roommate bakal sejurusan deh." ujarnya.

"Oiya?"

"Gatau deng gue ngasal." jawab Hanan yang disambut tawa Aidan.

Hanan masih asyik dengan laptopnya sementara Aidan naik ke atas kasurnya. Badannya sangat lelah setelah flight panjang yang ia lalui.

"Besok lo ikut campus tour gak?" tanya Hanan tanpa memalingkan wajahnya dari layar laptop.

"Eh jam berapa deh itu?" tanya Aidan.

"Jam 10an sih kayaknya." jawabnya.

"Aduh gue takut gabangun soalnya gue kalo tidur rada kebo." ujar Aidan yang disambut tawa Hanan.

"Gue bangunin deh. Besok gue mau lari pagi kok." ujar Hanan.

Aidan mengangkat alisnya, "Wow, lo ga jetlag?" tanya Aidan. Hanan menggeleng.

"Gue udah biasa sih flight lama gitu." jawabnya.

"Wow, guess you're going abroad often." ujar Aidan.

Hanan tertawa, "Bokap gue kerja di kedubes. Dari dulu emang sering ikut bokap jadi ya gitu." jawabnya. Aidan manggut-manggut.

"Yaudah besok bangunin gue ya, Nan. Gue mau tidur dulu nih jetlag parah." Aidan langsung menarik selimutnya sampai dagu.

Hanan terkekeh, "Yoi, good night Dan."

Keesokan paginya, Hanan sudah bangun sejak jam 6 pagi. Ia berlari keliling dorm dan sekitarnya sejauh kurang lebih 6km. Ia baru kembali ke dorm pukul 8 pagi saat matahari sudah masuk menembus gorden kamar.

"Dan, udah jam 8." Hanan membangunkan Aidan dengan hati-hati.

Aidan menggeliat sejenak. Ia memicingkan matanya untuk melihat jam dinding yang ada di hadapannya. Jam sudah menunjukkan pukul 8 lewat 10 menit.

"Setengah jam lagi deh, Nan." ujarnya sambil kembali memejamkan matanya.

Hanan tertawa namun tetap mengiyakan permintaan Aidan. Ia memutuskan untuk membersihkan dirinya dulu setelah berkeringat sehabis lari pagi.

Hanan keluar dari kamar mandi dan mendapati Aidan telah duduk di ranjangnya sambil melamun. Rambut cokelatnya berdiri ke atas dan matanya masih setengah terpejam.

"Mandi dulu gih, Dan. Abis ini kita cari sarapan dulu." ujar Hanan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Aidan mengangguk. Ia turun dari ranjangnya dan menyeret langkahnya menuju kamar mandi dengan handuk tersampir di bahunya.

Pukul 9 tepat, Aidan dan Hanan keluar dari kamarnya. Mereka berpapasan dengan beberapa mahasiswa lain yang juga tinggal di dorm tersebut. Mereka bertukar senyum. Terlihat banyak juga mahasiswa dari berbagai negara yang kuliah disini.

"Tadi pas lari pagi gue liat ada bakery shop gitu deket sini. Mau kesana gak?" tanya Hanan.

"Boleh deh." jawab Aidan. "Meskipun gue lagi pengen banget nasi uduk." ujarnya asal yang disambut tawa Hanan.

Mereka menuju sebuah bakery shop yang terletak di ujung jalan. The smell of fresh-baked breads and cakes suddenly bursts into their nose as soon as they open the door. Terlihat hanya ada sedikit pengunjung disana. Mungkin karena toko ini juga baru buka.

"Mau apa, Dan? Sini gue pesenin." ujar Hanan.

Aidan melongok sejenak ke etalase, "Gue mau hot chocolate sm croissant coklat deh." ujar Aidan setelah berpikir sejenak.

"A fan of chocolate, huh?" tanya Hanan yang disambut anggukan Aidan.

Aidan memutuskan untuk duduk di tepi jendela toko. He looked through the window. The sun light starts to give him warmth. Aidan tersenyum. What a nice way to start his morning.

A Place Called Home | nct haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang