Pagi ini Jisoo di sibukan dengan buku-buku yang menumpuk di atas meja belajarnya. Ini adalah suatu resikonya yang tiba-tiba berubah pikiran ingin menjadi seorang dokter,, ia terpaksa harus ekstra sabar menghadapi buku-buku tebal yang kini tergeletak sedih di atas sana.
"Morning semuanya" suara Lisa menggema di seluruh sudut ruangan pagi ini.
"Hei pelankan suaramu, telinga ku bisa pecah jika seperti itu" Rosè merunggut pada Lisa yang padahal sedang sangat bersemangat.
"E-eoh,, mianhae" Lisa mengambil posisi duduk dari biasanya, yang mana kemarin dia akan duduk bersebelahan dengan saudari kembarnya. Namun sekarang Lisa memilih duduk di bangku yang seharusnya di tempati oleh Jisoo.
"Wae?" Bisik Jennie.
"Gwaenchana"
Ayah dan ibu mereka hanya tersenyum, mau marah pada duo kembar itu juga percuma.
Semuanya kembali fokus pada makanan masing-masing. Hanya suara dentingan antara sendok dan piring yang beradu terdengar di sana.
Tak lama kemudian Jisoo berlaru terbirit-birit dari lantai dua menuruni anak tangga dengan sedikit berlari, Lisa yang tadinya fokus pada makanan kini fokusnya itu tertuju pada kakak tertuanya.
"Unnie, nanti kau--"
Bukh.
Ucapan Lisa terpotong oleh jatuhnya Jisoo saat hendak melangkahkan kaki pada anak tangga kedua dari bawah. Semua mata tertuju ke arah Jisoo, Lisa langsung beranjak dari sana dan membantu Jisoo untuk berdiri lalu membawa kakaknya itu pada sofa ruang tengah.
"Apa kepala mu terbentur, unnie?"
"Akhh, a-ani hanya saja kaki ku sangat sakit"
Rosè dan Jennie ternganga melihat adegan Lisa menggendong Jisoo yang mana postur tubuh Lisa lebih kecil dari sang Sulung.
"Adik yang kuat dan kakak yang ceroboh, ck"
Setelah mengatakan itu, Rosè berlalu dari sana. Ia pamit pada ayah dan ibunya untuk pergi keluar bersama Jennie. Hari ini memang sudah jadwal Jennie untuk check up.
"Ada baiknya kau menyusul mereka ke rumah sakit Jisoo-ya, takutnya kakimu bukan hanya keseleo biasa. Bentuk seperti sama seperti yang appa alami dahulu" Heechul kembali mengenang saat dirinya bermain sepak bola dan kakinya juga mengalami sama seperti yang di alami Jisoo saat ini.
"Ani, appa aku sudah sangat terlambat memasuki kelas pagi ku"
"Kau tak perlu masuk pagi ini, appa akan menelpon dosen dan meminta izin untuk mu"
Jisoo berjalan tertatih menuju ayahnya, Lisa dengan sigap membantu kakaknya untuk berjalan karena melihat Jisoo berjalan dalam posisi kaki yang di seret paksa. Ia tau kakaknya itu memaksakan diri karena ujian yang akan di jalani oleh kakaknya di kampus.
"Gwaechana appa"
Jisoo menahan ayahnya yang hendak menempelkan benda pipih itu pada telingannya.
"Aku akan baik-baik saja, selama Lisa menemani ku di kampus" Jisoo melirik Lisa yang terdiam dengan mata membelalak besar. Sungguh ide Jisoo yang tak bisa di cerna oleh siapapun.
°°°°°
"Ya! Unnie. Bagaimana bisa aku menemani mu?? Kau rela membiarkanku seperti anak ayam kehilangan induknya di pinggir pintu masuk kelasmu nanti?"
"Ani,kajja"
Jisoo dan Lisa sudah berada di kampus Jisoo, kampus yang begitu besar membuat kaki Lisa memelankan langkahnya karena lelah berjalan sejauh seratus meter, lapangan kampus Jisoo sama besarnya dengan lapangan di sekolahan Lisa.