"Kalian duluan, aku akan mengambil tas dan meminta izin untuk Lisa hari ini" Jisoo memberikan kotak yang di pegang sedari tadi pada Rosè dan berlalu pergi menuju kelas adiknya.
"Unnie" panggil Rosè
Jisoo menghentikan langkah kakinya "hm, apalagi?" Jisoo membalikkan badan yang ia lihat hanyalah senyuman Rosè merekah bahagia tanpa sebab.
"Setelah ini kami tak jamkos, hehehe"
Rosè kembali melangkah mengejar Jennie dan Yeri."Aish lebah kecil. Kenapa harus di akhiri dengan tawa seperti itu" Jisoo melangkah kesal sendiri dengan tawa yang Rosè berikan terkesan mengejeknya.
°°°°°
Sesampainya Jennie di tempat parkir Jennie sadar adiknya Rosè belum menampakan batang hidungnya, sehingga membuatnya mengurungkan niat masuk ke dalam mobil.
Jennie memilih menunggu Rosè di luar mobil, mata tajam milik Jennie menyipit mencari keberadaan Rosè.
Tidak lama kemudian sosok yang di tunggu-tunggu Jennie muncul.
"Unnie" teriak Rosè dari kejauhan sambil melambai-lambaikan tangannya.
Jennie membalas lambaian itu dan juga menautkan senyuman manis khas miliknya, tetapi dalam sekejap senyuman itu memudar seketika saat mata elangnya itu menangkap sosok seseorang yang berpakain serba hitam di belakang adiknya itu.
Mata Jennie kembali menyipit melihat gerak gerik dari sosok yang berada di belakang adiknya itu. Hatinya menjadi tak tenang, keringat di dahinya mulai bercucuran.
Rosè merasa aneh atas sikap kakak keduanya itu, oleh karena itu harus sedikit mempercepat langkah kakinya dan segera menurunkan tangannya dari udara. Tidak biasanya kakak keduanya bersikap seperti itu.
Saat sampai di depan Jennie, Rosè langsung memeluk tubuh Jennie. Ia tau kalau kakaknya itu mudah sekali di serang rasa panik yang berlebihan semenjak mengidap penyakit asam lambung.
"Unnie gwaenchana"
"Unnie pasti takut pada orang yang dibelakangku tadikan?? Tidak apa-apa unnie, dia adalah seorang penjaga sekolah ini yang memang gemar memakai pakaian seperti itu" Rosè kembali mempererat pelukan hangat nan langka itu.
"Ya! Kalian mau membunuh adik kalian?? Sudahi pertunjukan itu, dia membutuhkan dokter" Jungkook mulai geram tidak hanya lama menunggu kakak-kakak dari sang kekasih, ia juga harus menonton adegan yang siapapun melihatnya akan menjadi kepanasan.
"Jungkook-ah kau" Lisa menyikut rusuk sang kekasih dengan sisa tenaga yang ada.
Jungkook hanya nyengir menampakkan gigi kelinci miliknya dan matanya akan menyipit jika ia melakukan itu. Lisa akan gemas dan akan luluh padanya jika sudah seperti itu.
"Cepat sembuh eoh, nanti sepulang sekolah aku akan menyusul" Jungkook mengelus-elus kepala Lisa agak kasar sehingga membuat rambut Lisa sedikit berantakan.
"Nuuna, aku percayakan kekasihku ini padamu" ucap Jungkook sebelum benar-benar pergi dari sana.
Lisa menahan jari Jungkook sehingga Jungkook harus kembali duduk di posisi awal.
"Tolong jangan terlalu berlebihan, Kookie-ah" bisik Lisa dan melepaskan jari Jungkook yang sengaja Lisa kaitkan dengan jari sendiri.
"Aku pergi" kali ini Jungkook benar-benar menghilang dari sana.
Mata Jennie mengerjab-ngerjab beberapa kali, ia sungguh tak percaya apa yang di dengarnya kali ini. Jennie adalah kakak kandung Lisa. Jadi untuk apa kekasih adik bungsunya itu menitipkan Lisa padanya, yang pada akhirnya memang ia harus menjaga Lisa, sebelum diminta pun itu memang adalah sebuah tugas wajib seorang kakak.