Irina langsung turun begitu mobil berhenti sempurna di garasi. Meninggalkan Juno dan Juan tanpa bicara. Kakinya berjalan cepat masuk ke dalam rumah. Membuat Juan yang masih di dalam mobil merasa cemas.
"Mama pasti mau marahin Adek," ucap Juan sembari keluar mobil.
Benar saja. Saat pria itu baru menginjak lantai rumah, suara teriakan Irina terdengar nyaring.
"Kamu tuh emang bener-bener, ya! ANAK HARAM KAYAK KAMU ITU EMANG BISANYA BAWA PENGARUH BURUK!"
"MAMA, STOP!" teriak Juan saat melihat rambut Kala ditarik mamanya. Seolah tuli, wanita itu masih terus menjambak Kala. Bahkan tarikannya semakin kuat.
"MAMA, BERHENTI!" Juan menarik tubuh Irina. Menjauhkan mamanya dari Kalandra yang sekarang sedang menunduk dalam. Rambutnya yang dikuncir sudah mencuat tidak karuan.
"KAMU KENAPA BELAIN DIA? DIA UDAH HAMPIR NGEBUNUH KAMU LAGI, JUAN. SEKARANG KAMU JADI SAKIT GARA-GARA DIA."
"Mama lupa? Sebelum Kala dateng, aku itu udah sakit," balas Juan tajam.
Irina mengalihkan atensinya dari Juan, beralih menatap tajam suaminya yang baru saja menampakan diri.
"Liat gara-gara kelakuan anak aib kamu ini," Irina menunjuk Kala, "kamu harusnya bisa lebih tegas lagi sama dia, biar nggak ngelunjak!"
"Aku harus gimana lagi, sih?" Suaranya meninggi, tangannya mengusap wajah kasar.
"KAMU PIKIR AJA SENDIRI! Udah berapa kali dia hampir ngebunuh Juan? Dari awal aku nggak suka karena aku tau dia bakal bawa pengaruh buruk buat Juan. Dan sekarang terbukti, 'kan? Juan hampir dibunuh."
"Itu cuma pikiran jelek Mama doang! Kala nggak begitu," sahut Juanda.
"KAMU KENAPA NGEBELAIN ANAK HARAM ITU TERUS, SIH?"
"Jaga mulut kamu, Rina!"
"Loh, bener, 'kan? Kamu udah mulai ngebelain anak aib ini? Iya? Kamu udah nggak sayang lagi sama Juan? Kamu mau Juan cepet mati?"
Juno tidak menyangkal kalau dia merasa tersinggung dengan ucapan yang dilontarkan istrinya untuk Kala. Gimana pun juga Kalandra itu anaknya. Juno ingin marah, tapi entah kenapa merasa tidak pantas mengeluarkan emosi di depan istrinya. Dia merasa tidak berhak untuk marah karena kesalahan yang dia perbuat dulu.
"Lagian omongan aku emang bener, 'kan? Pasti nggak ada yang ngajarin dia tata krama, hidupnya sembarangan. Dia juga cuma aib di keluarga ini, lahirnya dia aja udah salah."
Juan juga tidak menyangka kalau mamanya akan berbicara begitu di depan Kala langsung. Dia menatap Kala yang masih diam di sebelahnya, masih dengan kepala yang menunduk dalam-dalam. Dia saja merasa sakit hati mendengarnya, bagaimana dengan Kala?
"Mama tuh keterlaluan tau nggak? Juan ngelakuin itu karena Juan mau. Dan nggak seharusnya Kala dapet perlakuan kasar. Papa juga," tatapan Juan berpindah pada Juno, "kenapa diem aja? Padahal ucapan Mama udah kelewatan."
Remaja laki-laki itu diam sejenak, memandangi Juno dan Irina bergantian, sebelum akhirnya tertawa sarkas. "Juan lupa, Papa juga sama aja kayak Mama. Papa bagian fisik, Mama bagian verbal."
Setelah berbicara begitu, ia segera membawa Kalandra menjauh dari tempat mereka berdiri. Sembari menutup telinga Kala, dia menggiring gadis itu menuju kamar.
"Mama nggak usah didenger. Mama nggak usah didenger. Mama nggak usah didenger," ucapnya berulang kali, tepat di samping telinga Kala.
Juan membuka pintu kamar Kala, membawa gadis itu masuk ke dalam, dan langsung memeluk Kalandra erat-erat. Tidak ada suara yang keluar, tapi getaran bahu adiknya seolah mengadu pada Juan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Matahari Terbit
Fiksi Umum[An orific, with Jung Jaehyun as a face claim] "Nangisnya jangan lama-lama, ya. Nanti napasnya susah, lho." "Aku harus gimana lagi, Kak?" Secuil kisah tentang kakak beradik. Si Sulung yang berusaha menjadi kakak terbaik dan si Bungsu yang berusaha m...