PROLOGUE

184 27 4
                                    

dorr

ctarrr

"Habisi mereka jangan sampai ada yang tersisa, aku tidak ingin ada masalah dikemudian hari." titah seorang pria bertopeng silver.

Matanya menatap seluruh penjuru rumah dengan tajam, menelisik apakah ada yang terlewatkan. Tangan kirinya memegang sebuah senter, sesekali ia menghisap rokok yang ada ditangan nya seakan akan menikmati kekacauan yang sudah mereka buat.

Seorang gadis kecil sedang bersembunyi di dalam lemari khusus yang ayah nya buat. Jika dilihat dari luar itu hanya dinding biasa, namun jika dilihat dari dalam itu adalah kaca tebal yang bisa melindunginya dari semua jenis peluru.

"hiks i-ibu. Aku takut, mereka siapa. Kenapa mereka menembaki semua orang dengan kejam. K-kalian dimana kenapa hanya aku yang bersembunyi disini." ia meringkuk ketakutan berusaha menutup mulutnya agar isakannya tidak terdengar.

"Permisi tuan kami sudah menghabisi semua orang yang ada disini." seorang pria bertopeng hitam melapor kepada atasannya dengan kepala menunduk. Terdapat banyak bercak darah di tubuh dan topengnya.

"Sudah selesai? Ada berapa orang yang ada di rumah ini?" ia bertanya sambil mengelilingi isi rumah. Sesekali ia menendang mayat-mayat yang menghalangi jalannya.

"12 penjaga, 8 pelayan, dan 5 keluarga inti tuan."

"T-tapi tuan ada satu orang yang masih hidup." ucapnya dengan kepala semakin tertunduk dalam dan suara sedikit bergetar.

"Siapa?" ucapnya dengan datar sambil menggoyang goyangkan gelas wine.

"N-nona azkia tuan. Putri bungsu keluarga ini."

prangg

"APA KAU TULI!! AKU SUDAH PERINGATKAN PADAMU UNTUK MENGHABISI SEMUANYA, KENAPA KAU TELEDOR." emosinya tiba tiba meningkat saat mendengar laporan dari bawahannya.

"AKU TIDAK MAU TAHU. CARI DIA SAMPAI DAPAT, ATAU NYAWA KELUARGAMU LAH YANG MENJADI TARUHANNYA." ucapnya dengan nada berapi-api.

"Kunci semua pintu dan jendela. Jangan sampai ada cela untuk dia lolos." ucap salah satu penjaga yang memegang HT.

"Gadis nakal. Kau mau bermain main denganku ya. Baiklah larilah sesuka hatimu. Tapi jika aku mendapatkanmu, jangan harap kau bisa melihat dunia ini lagi." meski ia memakai topeng, semua orang dapat melihat ada smirk diwajahnya.

Azkia yang merasa dirinya dalam bahaya pun langsung merangkak keujung lorong. Disana terdapat tangga menuju pintu keluar. Dengan tangan dan kaki yang bergetar kuat ia berusaha untuk tetap maju menuju tangga.

"Ayo azkia kau bisa. Jangan membuat perjuangan ayah dan ibu menjadi sia-sia. Kau pasti bisa azkia, sedikit lagi." ia terus menyemangati dirinya agar tidak menyerah.

Setelah sampai di tangga ia langsung berlari sekuat tenaga. Tetapi karena kecemasan yang berlebihan ia tidak sadar jika membuat kebisingan dengan suara langkah kakinya.

"Tunggu. Apa kau mendengar itu. Dari mana suara itu berasal." pria bertopeng silver itu bangun lalu menelusuri dinding dinding kokoh sambil mengetuk ngetuk.

"Kenapa dinding ini mengeluarkan suara yang berbeda."

klik

"Ternyata ada jalan rahasia. Berikan senterku." pintanya dengan nada tak terbantahkan.

"Disini kau rupanya gadis manis. CEPAT KEJAR DIA. BAWAKAN AKU KEPALANYA."

"Baik tuan."

Semua para penjaga masuk satu persatu kedalam lorong. Sedikit sulit karena dinding ini ukurannya hanya untuk anak-anak.

Azkia melihat kebelakang. Mereka sudah tahu jika ia disini. Ia pun mempercepat langkahnya. Nafasnya terengah-engah, ia sudah tidak kuat rasanya mau mati.

Setelah sampai diluar. Ia langsung berlari tanpa melihat kekiri dan kekanan.

Tinnn

"AAAAA"

brukk

jgarr

"Hah hah hah." ia terbangun dengan nafas terengah-engah dan keringat dingin membasahi dahinya.

"Lo gakpapa kan?" tanya seorang laki-laki dengan tatapan khawatirnya.

Azkia langsung menolehkan kepalanya terkejut dan memukuli laki-laki itu.

"Mimpi buruk lagi? Lo inget sesuatu gak?Keluarga lo misalnya?" ia melontarkan banyak pertanyaan. Sungguh ia sangat khawatir.

"Hmm yaa. Mimpi itu lagi. Dan lagi lagi gue gak bisa mecahin teka-teki ini" ia tertunduk lesu.

Bukan hanya sekali dua kali iya mimpi buruk. Sering kali ia mimpi kejadian yang sama secara berulang-ulang, apa lagi jika ia sedang kelelahan. Tapi tetap saja hasilnya nihil, ia tetap tidak bisa mengingat keluarganya. Yang ia yakini sekarang adalah ialah gadis kecil yang keluarganya di bantai itu.

"Yaudah gak usah dipaksa. Mendingan lo sekarang bangun, trus mandi. Badan lo bau banget anjir." ucapnya sambil menutup hidung.

"Masih Wangi kok. Lo jangan fitnah ya. Gue gak mandi aja tetangga sebelah bisa klepek-klepek liat gue. Apa lagi kalo gue mandi, bisa mati berdiri dia." ucap kia dengan sombong

"Dihh sombong. Lo bisa cantik, mulus, bening gini karna dompet siapa hmm." ucap arsen menyindir kia

"Hehehe. Canda doang kok, ehh nanti kita shopping lagi ya. Skincare gue abis."

"Hm."

"Plus baju?"

"Hm."

"coklat, eskrim, chiki?"

"Ini ni. Tipikal manusia dikasih hati minta jantung. Cepet mandi sebelum gue seret lo kekamar mandi." ucap arsen sambil menggulung lengan bajunya

Kia pun tertawa keras sambil berlari ke kamar mandi. Ia sangat yakin arsen tidak mungkin menyakitinya. Mereka sudah bersama-sama sejak kecil. Arsen selalu melindungi dan mengabulkan semua permintaannya.

*****

aku harap kalian suka sama cerita aku. jangan lupa vote dan komen yaaa. makasihh 😊😘

You're My DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang