YMD | 07 • Pasangan?

28 9 2
                                    


"GAK MAUU!" teriak kia histeris

"Kenapa sih? Kalian kan udah damai, jadi gak ada masalah lagi dong."

"Bu saya sama dia itu gak cocok mainin peran cinderella ini." kia menatap bu endang dengan tatapan frustasi

"Loh kenapa? Lagian dengan adanya acara pensi ini, mungkin kalian bisa damai. Dari kemarin ibu lihat kalian berdua berantem terus. Dewan guru sama temen-temen kalian juga udah setuju."

"Iya gue setuju kok, menurut gue kalian itu emang cocok."

"Duhh gue jadi gak sabar ngeliat mereka di acara pensi nanti."

"Mereka berdua vibesnya kayak orang pacaran banget ya."

Bisikan-bisikan mulai terdengar, kia menggigiti kukunya panik. Ia mencoba memikirkan alasan yang tepat agar ia dan darren tidak menjadi pasangan saat pensi nanti.

Sedangkan darren ia menatap kia dengan senyum tipis. Kali ini, kia tidak akan bisa lolos darinya.

"Saya mau kok bu." ujar darren mantap

Semua orang menatap darren dengan kaget. Pasalnya darren itu tidak mau terlibat dengan semua acara yang diadakan di sekolahnya. Menurutnya acara-acara itu membosankan dan tidak ada manfaatnya.

"Tuhh darren aja mau, masa kamu gak mau. Karena darren udah setuju kalian mulai besok bisa latihan bareng. Ini naskah kalian, nanti jadwal latihannya minta ke panitia ya." bu endang memberikan mereka masing-masing satu naskah lalu pergi meninggalkan kelas.

"Widihh.. jodoh tuh emang gitu ya. Mau sekeras apapun kita nolak pasti ada aja jalan supaya deket."

"Bacot." kia melemparkan tisu yang ada ditangannya kearah dion

"Sabar ya yon nasib jomblo emang gitu. Selalu sial."

atlas dan cakra tertawa lepas di atas penderitaan dion.

"Gapapa deh hari ini dilempar pake tisu. Besok-besok lemparnya pake duit ya bu bos."

twinggg

"Mampus dilempar pake sepatu kan. Lo sih orang lagi emosi lo becandain."

*****

Liora berjalan dengan santai menelusuri koridor. Di telinganya terdapat earphone berwarna kuning. Ia sangat suka dengan warna kuning.

Menurutnya warna kuning itu cerah, melambangkan perdamaian dan keceriaan. Tetapi semua itu, berbanding terbalik dengan kehidupannya. Tidak ada kedamaian dan keceriaan. Semuanya lenyap.

brukk

Liora menatap barang-barang yang jatuh itu dengan datar. Akhir-akhir ini, lokernya selalu saja penuh dengan benda-benda yang tidak berguna. Ia memungut semua barang-barang itu lalu membuangnya ke kotak sampah.

"Kenapa di buang?"

Liora menolehkan kepalanya kesamping. Ada atlas sedang bersandar di tembok dengan tangan menyilang.

"Gue gak butuh."

"Lo gak bersyukur banget ya jadi orang. Ini masih bagus tau, sayang kalo dibuang."

"Kalo lo mau ya lo bisa ambil. Belum lima menit juga."

"Lo gak pernah ngerasain susahnya cari uang. Makanya dengan gampang lo buang semua barang-barang ini. Anak manja kaya lo emang gak bakalan bisa menghargai suatu barang." atlas memunguti barang barang yang liora buang. Mengumpulkannya menjadi satu lalu diletakkan di dekat tiang.

"Gue cuman mau hidup tenang. Tanpa gangguan siapa pun."

"Lo tau di luaran sana banyak orang-orang yang gak mampu. Buat makan aja mereka susah. Sedangkan lo, hidup bergelimpangan harta. Dengan seenaknya lo buang semua itu." atlas menatap liora tidak percaya. Segampang itukah dia membuang-buang barang yang tidak disukainya.

"Gue gak butuh uang, harta, atau barang-barang mewah lainnya. Yang gue mau cuman satu..."

"Ketenangan."

"Gue emang punya segalanya yang orang lain inginkan. Tapi gue gak punya orang yang sayang dan setia sama gue."

"Semua orang yang gue sayang dan percayai mengkhianatin gue. Lo bilang apa? Bersyukur?" liora mulai menatap atlas dengan serius

"Semua orang itu bersyukur. Tapi lama kelamaan, mereka muak sama kehidupan mereka sendiri."

"Lo tau kenapa ada orang kaya yang gak bahagia sama kehidupan mereka. Itu karena mereka udah terbiasa hidup dengan bergelimang harta tapi mereka gak mendapatkan asupan kasih sayang. Sedangkan orang-orang yang tidak mampu, kenapa mereka gak bahagia juga. Mereka emang hidup dengan kerukunan, saling menyayangi, dan saling mendukung. Tapi mereka lemah di bagian keuangan."

"Harta dan kasih sayang itu sangat penting di kehidupan kita. Satu aja ada yang kurang, hidup lo gak akan sempurna."

"Gue gak pernah ganggu ataupun merebut hak orang lain. Tapi kenapa orang-orang terobsesi sama apa yang gue punya sekarang." liora berusaha mempertahankan suaranya agar tetap stabil. Ia selalu saja sensitif dengan topik ini.

Liora membalikan badannya kembali. Ia mengambil barang-barang yang dibutuhkannya lalu pergi meninggalkan atlas sendirian.

"Disaat gue udah nyaman sama kehidupan yang sekarang. Kenapa para sampah itu datang lagi." ujar liora pelan.

Atlas menatap punggung liora yang mulai menjauh dengan sendu. Ia merasa tidak enak telah mengkritik liora tanpa tau masa lalu yang liora alami.

"Gue bakalan lindungin lo dari para sampah itu. Gue janji mereka gak akan bisa ngusik lo lagi. Lo bisa pegang omongan gue."

"Gue emang player, suka balapan, mabuk-mabukan tapi untuk kesetiaan, gak perlu di raguin lagi."

Atlas meninggalkan koridor sambil membawa barang-barang yang telah liora buang. Rencananya ia akan memberikannya kepada anak-anak di panti atau pengemis jalanan.

*****

Calista mengedarkan pandangannya keseluruh lapangan basket. Ditangannya terdapat kartu berwarna silver. Ia sangat excited ingin memberitahu kan kabar baik ini kepada darren.

"Kak darren." calista meneriaki nama darren saat melihat laki-laki itu akan masuk keruang ganti pakaian.

"Tadaa.. Ayo tebak ini apa?" calista menggoyang-goyangkan kartu tersebut didepan wajah darren. Darren yang merasa risih pun menepis kasar kartu tersebut hingga terjatuh.

"Ihhh kak darren kok kasar banget sihh."

Calista mengambil kembali kartu tersebut. "Ini itu kartu undangan buat pensi nanti. Aku diundang sebagai salah satu pemainnya lohh. Dan aku yakin kak darren juga pasti jadi salah satu pemain dramanya kan. Kayaknya kita berdua bakalan jadi Main cast nya deh kak. Secara kita berdua itu kan cocok banget. Bentar lagi juga kita mau tunangan" ujar calista dengan girang

"Udah?"

"Hah?"

"Ngayalnya. Lo gak usah kepedean ya. Gue tunangan sama lo itu terpaksa."

Darren meninggalkan calista sendirian. Tetapi baru beberapa langkah, ia kembali kearah calista.

"Jangan lupa tanda tangan." darren menyerahkan map yang ada di tasnya.
Lalu masuk kedalam ruang ganti.

Calista menatap map yang ada ditangannya dengan tatapan heran. Ini apa? Kenapa ia harus menandatangani isi map tersebut.

Ia mulai membuka map tersebut dengan pelan. Terdapat surat perjanjian disana.

Perjanjian pra tunangan

Calista menatap pintu ruang ganti dengan sendu. Ia meninggalkan ruang ganti sambil menyeka air matanya.

"Kamu jahat."

*****

Holaa i'm back 😜

Hari ini banyak scene yang sedih-sedih yaa. Rencananya aku mau buat cerita kedua khusus buat liora dan atlas. Tapi itu nanti, setelah cerita "You're My Daisy" selesai.

Jangan lupa follow, vote, dan komen yaa.

FYI cerita liora dan atlas itu Based on True Story lohhh 😚😚

You're My DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang