YMD | 04 • Bando Pink

53 12 0
                                    

"LO LAGI!!"

"Aduhh kenapa sih? Gue tuh masih ngantuk banget tau gak." kia masih belum sadar jika yang ada didepannya ini adalah darren.

"Ngapain?" darren sambil menunjuk kia dan tempat duduknya secara bergantian.

"Hah?"

"Lo budek?"

"Apasih anjir gajelas banget, gue gak ngerti bahasa alien!" setelah nyawanya terkumpul ia baru sadar jika darren lah yang telah menarik badannya.

Satu kelas tercengang melihat keberanian kia. Sebelumnya tidak ada yang berani melawan bahkan berteriak kepada darren.

"Dia cewek yang di bandara itu bukan, gue kayak gak asing." tanya reynand sambil mengingat kejadian di bandara.

Dion pun mengangguk dengan semangat. Dia sangat speechless dengan kelakuan calon ibu negara mereka.

"Gila bro, salut gue. Wajib kawal sampe halal ini mah." dion sangat girang, pasalnya darren tidak pernah dekat dengan perempuan. Ia selalu hidup dengan bayang-bayang masa lalu.

"Calon ibu negara kita galak juga ya ternyata. Gue gak bisa bayangin anak mereka bakalan kayak gimana bentukannya. Bapaknya datar emaknya galak."

"Pindah. Itu tempat gue." darren sedikit menyeret badan kia agar keluar dari mejanya.

"Gak! Sekarang ini jadi tempat duduk gue, bu salma sendiri yang nyuruh. Kalo lo gak setuju lo aja ya pergi. Gue masih mau lanjut tidur. Bye." usir kia dengan galak lalu menyentak tarikan darren hingga terlepas.

"Tap-"

"Udahlah bos biarin aja. Mending makan kuaci. Gue denger denger sih ya, kalo kita terlalu benci sama orang nanti jadi bucin lohh." ucap atlas sambil mengunyah kuaci. Atlas sangat suka kuaci, ia tidak bisa hidup jika tidak ada kuaci. Atlas bahkan memiliki motto

"Apapun masalahnya, kuaci solusinya"

Darren tidak menghiraukan ucapan unfaedah atlas. Ia pun mengambil botol minumannya. Karena debat singkat dengan kia ia jadi lupa untuk mengisi tenaganya.

"Tangan lo kenapa bos?" tanya dion sambil mengambil kuaci atlas.

"Woii. Anak gue ini jangan lo ambil." teriak atlas saat dion mengambil bungkusan kuacinya.

"Yaelah. Gue cuman mintak dikit pelit amat, lagian lo anak sultan tapi makannya kuaci. Kere amat." sindir dion sambil menatap sinis atlas.

"Udah tau murah kenapa lo gak beli sendiri. Kalo gue kere terus lo apa? Ganteng doang gak mampu beli kuaci sendiri." balas atlas sambil memeletkan lidahnya.

"Udah udah jangan berantem. Btw tangan lo kenapa? Lo war sendirian lagi?" selidik reynand

Dion, atlas, dan cakra pun melihat kearah tangan darren yang sedang memegang botol. Terdapat balutan luka di sana.

"Kegores."

"Yakin? Kita sahabat lo, gak ada yang namanya rahasia didalam kamus kita." reynand berusaha memancing darren agar cerita, ia sangat tahu sahabatnya ini sedang ada masalah.

Darren hanya diam. Ia tidak mau membebani para sahabatnya dengan masalah pribadinya. Sudah cukup ia merepotkan mereka, akhir-akhir ini banyak masalah yang datang kedalam geng mereka.

"Yaudah biarin dia sendiri dulu. Mungkin dia lagi cari waktu yang tepat buat cerita." ucap dion dengan bijak

"Sok bijak lo. Jijik gue liatnya." atlas melempari dion dengan kulit kuaci.

"Mual gue dengernya." timpal cakra

"Astagfirullah. Salah mulu yaallah." ucap dion sambil mengelus dadanya.

You're My DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang