Hari ini jangan lupa berterimakasih, karna kamu memiliki orang yang akan neraktir cilor dikemudian hari.
_________________________________________
Dipaksa jalan jalan, ditarik kesana kesini oleh Keenan, sebenernya bukan pilihan terbaik sepulang membeli seragam. Merasa terlalu cepat untuk mengenal pelosok paling selatan Cianjur, Reas lebih suka menghabiskan waktu untuk bermalas malasan menjelang sekolah dikeesokan hari. Jika tidak butuh seragam, dia pasti tadi menolak begitu Keenan mengajaknya.
Tapi ada satu hal yang sedikit mengobati kekesalannya karna harus berjemur dibawah sinar matahari. Reas terus mengagumi pemandangan indah disepanjang jalan, hamparan kebun teh tak berhenti mengantarkan kedamaian disiang bolong menjelang sore. Matahari mulai bergeser tenggelam,lalu berganti menjadi lembayung warna orange yang disukainya.
Jadi Setelah seragam putih abu didapat, Reas diseret Keenan untuk menemani pemuda itu bermain futsal dilapangan deket sekolah yang nanti jadi sekolah nya.
"Jangan harap sekolahnya bagus yah Re..?"
Reas sedikit melirik ketika Keenan berucap saat anak itu melepaskan Helmnya.
Mungkin Keenan menyadari, begitu Reas turun Kedua matanya langsung fokus untuk menelusuri bangunan sekolahnya, sebuah bangunan tidak begitu mewah, bercat putih abu yang mulai luntur, bukan itu saja semua bangunan juga sama sekali tidak bertingkat.
"Bangunannya juga sedikit kan.? Emang gak banyak yang sekolah disini, satu kelas paling isi 20 murid, kebanyakan pada milih sekolah dikota. Katanya sih biar lebih terjamin buat pendataran kuliah nanti atau melamar kerja.-"
"Tapi menurut saya mah sama aja"
Mendengar penuturan Keenan, Reas agak tidak seruju, karna setahunya nama sekolah juga penting, terkadang jika sekolah itu terkenal memiliki kualitas bagus, maka memang akan lebih dipermudah.
Dulu sekali, saat kepindahan nya masih rencana. Reas sempat menyuruh neneknya untuk mencarikan sekolah terbaik diCianjur, tapi kata Nenek kalau mau sekolah yang cukup punya nama baik, Reas harus ngekos dikota, dan Nenek tidak mengijinkannya.
"Datang oge maneh, sugan teh moal datang" (Datang juga kamu, kirain gak bakalan datang)
Tau tau Ramji sudah berdiri diantara mereka berdua. Memakai baju futsal berwarna merah juga hitam, bernomer punggung 94.
"Wihh Reas ikut juga.."
"Saya yang ngajak, sekalian aja ngenalin sama anak anak."
Ramji mengangguk, "Ya udah buruan gabung. Nanti keburu magrib, udah jam setengah 5."
Reas menetap kepergian Ramji, kembali berlari kearah lapangan rumput yang luas, ternyata jauh dari dugaan Reas, tempat ini cukup ramai. Banyak penonton yang sepertinya menunggu pertandingan, juga para pedagang yang dikelilingi anak kecil, suasana perkampungan yang hampir tidak bisa dia temui dijakarta. "Mau ikut maen gak Re..?"
"Gak bisa maen bola gue." Keenan terkekeh, kesibukan dirinya yang mengganti pakaian biasa menajdi seragam sepak bola tak luput dari perhatian Reas.
Diam diam meski mereka sama sama laki laki, tapi Reas mengagumi postur tubuh Keenan, tubuhnya begitu atletis. Kulitnya sangat putih, Ah Reas menyayangkan kalau Keenan bukan seorang model. "Kamu teh atu bisa na naon..,?" (Terus kamu bisa nya apa.)
"Emang penting banget gue harus bisa apa gitu."
Keenan tertawa menanggapi, "Bukan gitu, seengganya ada yang bisa kamu jemput dikemudian hari, kalau ada yang kamu bisa kan gampang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kaktus | Chansoo
Teen FictionNote : Judul sebelumnya, Selamat pagi Reas. _________ Areas Makna Nugraha Kamu menambah indah yang saya punya disini. "Keenan, dulu saya slalu punya sejuta alesan untuk tidak datang kesini, tapi sekarang saya punya lebih dari sejuta alesan agar saya...